21

591 100 32
                                    

Seungwan mengaduk buburnya dengan tidak nyaman didapur belakang, bahkan sudah lewat tiga minggu sejak malam kejadian. Tapi Taehyung masih bersikap biasa saja hingga hari ini, seolah tak menyadari bahwa dia ingin memperkosa Seungwan malam itu. Taehyung hanya bertanya kenapa dirinya terkunci dikamar mandi dengan tubuh yang tersungkur lemas di atas lantai? Tentu Seungwan tak menjawabnya, dirinya hanya berkata bahwa tak tahu hal tersebut tengah terjadi padanya.

"Taehyung?"

Sang pemilik nama pun bahkan tak menoleh ataupun sekedar berdehem, dan untuk kesekian kalinya Seungwan menghela napas. Dirinya hanya ingin menanyakan paperbag givenchy itu milik siapa? Tapi yang diajak bicara bahkan tak mau menjawab ataupun merespon perkataannya.

"Taehyung, tiga minggu yang lalu apa kau minum?"

Pertanyaan tersebut mampu membuat suaminya menoleh, menatap Seungwan dengan pandangan heran sembari mengangkat alis kanannya. Tak lekas menjawab, Taehyung terlihat segera menghabiskan sarapannya serta meneguk hingga tandas susu coklat yang telah dibuatkan sang istri.

"Bagaimana kau tahu?"

Akhirnya, pertanyaan Seungwan terjawab hanya karena kalimat tanya yang barusaja Taehyung lontarkan. Jika pria itu bertanya kembali, kemungkinan besar memang Taehyung minum waktu itu "Ada banyak makanan di meja makanmu, serta paperbag givenchy?"

Pria bermarga Kim itu terlihat membuka mulutnya, seperti mengingat kembali suatu peristiwa "Giselle dan Ibu kemari, mungkin milik Giselle. Ada apa?"

"Kau tak ingat dengan apa yang telah kau perbuat malam itu?"

Taehyung lagi-lagi mengabaikan Seungwan, setelah meletakkan bekas piring dan gelas pria itu berjalan kembali. Menuju arah tangga atas guna ke kamarnya untuk mengambil beberapa gambar bangunan yang telah dirinya buat selama dua minggu terakhir ini. Hatinya gigih untuk memenangkan tender di Jeju bulan depan, mau tak mau dirinya harus menang dalam proyek pembangunan museum seni ini.

Sedangkan Seungwan yang mengamati kepergian suaminya dengan diam tersebut hanya mampu tersenyum. Dirinya memilih segera bergegas membersihkan sisa sarapan mereka agar bisa segera berangkat untuk bekerja.

•••••

"Soora?"

"Ah, Unnie, kemarilah" titah wanita bermarga Choi itu dengan lembut. Wanita cantik itu berjalan kearahnya, memberikan sebuah amplop putih berukuran sedang pada Seungwan. Tentu Seungwan menerimanya dengan baik. Hari ini tanggal tiga puluh, hari dimana Seungwan mendapat upah bayaran tiap bulannya. Mereka akan pulang sebentar lagi, mengingat sekarang sudah pukul delapan malam "Pak Park tadi menitipkan ini padaku"

"Terimakasih" ucap Seungwan lembut sembari tersenyum.

"Mau kutraktir tangsuyuk Unnie?"

Seungwan mengulum tipis bibirnya karena ingin berasalan, dirinya memiliki acara setelah ini. Menolak ajakan Soora juga tidak enak, tapi dirinya harus segera pergi "Soora, eumm.. bukan maksudku menolak, tapi aku ada keperluan setelah ini. Bagaimana jika lain kali saja? Aku yang akan membayar nanti" ujar Seungwan dengan puppy eyes yang telah dibuatnya agar Soora tak marah.

"Oke deh"

Seungwan menghela napas lega, akhirnya Soora mengerti. Keduanya lalu keluar dari cafe bersama, mengunci pintu cafe lalu saling pamit untuk pulang ke rumah masing-masing. Setelah kepergian Soora beberapa langkah, Seungwan melirik jam silver yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya, masih jam delapan lebih sedikit, tak apa jika dirinya harus pergi ke mall sebentar.

Tujuannya adalah membelikan kado untuk Taehyung, karena besok pria itu akan berulang tahun yang ke tiga puluh satu. Apakah ini semua juga akan percuma? Mengingat bahwa tahun lalu saat Seungwan memberikan kado suaminya sebuah jam tangan dan pena, tapi hingga kemarin pun, Seungwan dapat melihat kotak kecil hijau yang penuh akan debu masih rapi dengan kertas kado itu terletak di pinggir lemari milik Taehyung. Pria itu bahkan tak membukanya sama sekali.

MISTAKE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang