27

548 92 49
                                    

Seungwan terisak pelan, tubuhnya bergetar didalam kamar miliknya. Mengamati luka punggungnya yang sobek dengan menampakkan setengah daging putih kemerahan itu. Air matanya bahkan tak berhenti untuk keluar sekarang. Dirinya sudah berada dirumah, setelah kejadian hukuman yang amat menyakitkan itu, Taehyung membawa paksa dirinya pulang ke Seoul tanpa pamit pada keluarga mereka. Dan sekarang, dirinya ditinggalkan sendiri dengan keadaan yang mengerikan. Pria itu pergi kembali dengan menenteng satu tas besar dan koper hijau miliknya. Seungwan tak tahu kemana tujuan suaminya, dan dirinya juga tak mau tahu tentang hal itu.

"Aww..." rintihnya dengan mengoles betadine di area punggung yang dapat dijangkau. Sesekali isakan itu terus keluar. Pikirannya menerawang kembali atas apa yang telah diperolehnya selama hidup bersama Taehyung. Seungwan hanya mendapat kebencian dari pria itu. Baru beberapa saat hatinya pulih dari luka, Taehyung kembali menabur garam diatasnya. Seungwan sungguh tak tahan lagi, dia sungguh ingin berpisah, itu yang terpikirkan didalam otaknya namun hati kecilnya tak sejalan dengan hal itu. Seungwan ingin tetap berada disamping pria itu. Bukankah Seungwan gila? Apa dirinya sudah jatuh cinta pada Taehyung? Seungwan juga tak tahu, dirinya bahkan bingung dengan isi pikirannya saat ini.

Seungwan segera mengambil bra tanpa tali miliknya, kemudian memakainya disusul dengan dress maroon longgar. Hari ini adalah hari sabtu, dia tak mau melewatkan rutinitas doa pagi nya saat ini. Dia masih terasa sehat untuk beribadah sekarang.

Seungwan tak mandi, dia hanya mengelap tubuhnya dengan air hangat dengan pelan, jika mandi mungkin luka yang masih terbuka lebar itu tak akan cepat sembuh dalam waktu dekat. Dengan perlahan Seungwan melangkahkan kakinya untuk keluar kamar usai memoles sedikit wajahnya, tersenyum bahagia seakan hidup tanpa ada beban. Beginilah Seungwan, harus berpura-pura bahagia yang nyatanya dia sangat merasa menderita.

•••••

Seungwan berjalan menuju pintu gereja, beberapa para peribadat juga mulai memasuki tempat ibadah tersebut. Seungwan melaksanakan doa pagi dengan penuh khidmat yang dibimbing oleh pendeta didepan sana. Berselang tiga puluh menit, beberapa peribadat mulai meninggalkan gereja satu persatu, dan sekarang tinggal Seungwan seorang diri yang berada didalam sana. Dirinya hanya duduk terdiam di bangku paling depan, memandang patung Tuhan didepan sana. Nanar itu mulai kembali lagi dipelupuk matanya. Seakan berbicara lewat batin, mengapa jalan hidupnya seperti ini?

Selama dua puluh delapan tahun dirinya menghembuskan napas, mengapa belum ada sepintas kebahagian yang mampir untuk menemaninya? Bukannya Seungwan tak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh-Nya, Seungwan sangat bersyukur, dirinya memiliki orang-orang yang menyayanginya, bisa menghirup dan bernapas dengan oksigen tanpa harus membayar, diberikan sehat dan dilimpahkan dengan cinta dari orang sekitarnya.Dia sangat bersyukur atas semua hal itu, tapi didalam hatinya masih merasakan kejanggalan hingga saat ini, dan Seungwan tak tahu apa itu.

Lelehan itu meluruh saat melihat kedepan sana, tempat pendeta membimbing doa, Seungwan kembali diingatkan dengan ikrar pernikahan yang diucapkannya dua tahun yang lalu. Peristiwa yang seharusnya disambut dengan hati bahagia tapi tidak bagi Seungwan.

Kenapa Seungwan harus terikat dengan permainan ini? Dan mengapa selalu pria itu yang muncul diangannya saat Seungwan memanjatkan doa kepada sang Tuhan? Mengapa? Berkali-kali Seungwan meminta kebahagiaan dalam hidupnya, Tuhan menjawab dengan bayangan Taehyung yang selalu ada didepan matanya saat Seungwan selesai berdoa.

Apakah kebahagiaan Seungwan adalah Taehyung, suaminya? Seungwan bahkan tak yakin akan hal itu.

•••••

"Astaga Nona kau lama tak berkunjung kemari" sapa Yuna, biarawati yang bertugas di panti asuhan Danbam ini. Seungwan hanya mampu tersenyum, memang benar yang dikatakan gadis didepannya ini, dia lama tak berkunjung kemari semenjak makan malam dirumah Bibi Ahn kala itu.

MISTAKE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang