31

594 84 48
                                    

Seungwan mulai menggeliat tak nyaman saat dirasa pergerakan dari belakang tubuhnya telah menganggu tidurnya sekarang. Dengan setengah kesadaran, dia dapat merasakan aroma yang menusuk-nusuk hidungnya dua minggu terakhir ini. Sea salt dan kayu-kayuan yang mendominasi membuat Seungwan tahu siapa pelaku dibalik belakang tubuhnya. Seungwan berbalik dengan senyum, matanya masih setengah terpejam, dan benda lembap itu mengecup hidungnya ringan sebagai tanda salam di pagi hari.

"Tak ingin bangun?" pertanyaan itu mengudara beserta tangan kekar Taehyung yang merengkuh pelan badan sang istri, membawa Seungwan lebih dalam ke pelukannya "Kita akan ke Gereja hari ini sayang.."

Pipi Seungwan memerah kala sentuhan ringan mengenai wajahnya, pergesekan antara kulit keduanya membuatnya panas tanpa dirasa. Seungwan memilih membuka matanya, menatap iris legam hitam yang memandangnya sendu "Kau sudah selesai?" suara serak dari tenggorokan Seungwan menandakan bahwa wanita itu memang benar-benar baru bangun tidur.

Mereka sudah tidur bersama selama dua minggu terakhir ini, lebih tepatnya Taehyung memang memaksa wanita-nya untuk tidur satu ranjang didalam kamar Taehyung. Seungwan bangkit saat Taehyung juga bangkit dari ranjang. Keduanya harus pergi ke Myeongdong untuk menghadiri acara rapat Taehyung serta pesta perayaan proyek besar yang dilakukannya. Taehyung berkata dia juga tak tahu siapa yang akan memenangkan proyek besar ini, hanya saja jika dirinya menang, laki-laki itu sudah berjanji akan mengajak Seungwan liburan ke Paris.

Seungwan yang mendengar itu hanya mampu mengulas senyum, pria itu bahkan bersikap seolah-olah bahwa mereka adalah pasutri yang hidup dengan penuh kebahagiaan.

"Kau belum siap?"

Taehyung menggeleng dengan mengelus pelan daerah dagunya, meraba dengan memperhatikan pantulan wajahnya didepan cermin kamar "Jambang dan kumis ku sudah tumbuh, ini tak akan baik untuk acara rapat nanti. Bisa bantu aku bercukur?"

Seungwan yang sudah rapi pun akhirnya mendekat ke arah Taehyung dengan pelan "Dimana alat cukurmu?"

"Di ruang kerjaku, didalam laci meja nomor dua dari bawah" Seungwan berjalan meninggalkan Taehyung yang akan mandi. Ruang kerja yang seperti ruang keramat itu bahkan baru Seungwan masuki dua kali, dan untuk kali ini pria itu meminta Seungwan dengan lembut tanpa bentakan, dia mengingat tamparan keras yang dirinya dapatkan pada pipi kirinya hanya karena membersihkan tempat itu.

Seungwan mulai membuka pintu coklat besar itu, tentu suasana abu yang mendominasi langsung Seungwan tangkap di penglihatannya saat ini. Taehyung suka warna ini, hampir semua tempat ataupun barang pribadi miliknya berwarna abu tua. Pria itu menyukai warna itu sejak Seungwan mengenal nya.

"Laci nomor dua dari bawah" gumam Seungwan saat sudah berada di depan meja kerja Taehyung. Dengan perlahan dia membuka laci tersebut dan mendapatkan alat cukur serta shaving cream milik suaminya. Setelah mengambilnya, Seungwan segera menutup laci tersebut, tetapi beberapa saat kemudian netra nya ditarik untuk melihat buku berwarna merah fanta dengan hiasan buah persik dan semangka di covernya. Taehyung menulis diary? Pria itu benar-benar menulis buku harian? Seungwan bahkan tersenyum hanya untuk membayangkannya.

Seungwan menoleh sebentar ke arah pintu, matanya melirik sesekali ke arah sekitar, seperti mengawasi jika Taehyung masuk dengan tiba-tiba. Dia ingin sekali membukanya, meski ini privasi, Seungwan sangat penasaran dengan isinya. Bagaimana tipe Taehyung dalam menulis buku harian? Dipenuhi poto polaroid dengan beberapa baris kalimat atau hanya tulisan panjang pada setiap lembarannya. Seungwan mulai membukanya, seketika senyumnya terbentuk karena beberapa tulisan disana, dimana Taehyung menceritakan kehidupan sehari-hari nya. Hingga lembar selanjutnya mampu membuat tangan Seungwan terasa kaku, pupil nya melebar tanpa sadar. Banyak foto di lembaran tersebut dengan beberapa note romantis yang tertulis.

MISTAKE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang