02

751 109 0
                                    

2016

Seungwan berjalan menuju rumahnya, dirinya barusaja pulang dari tempat kerja paruh waktu di rumah makan. Seungwan setengah bersiul untuk menghilangkan sunyi saat dirinya melangkah, dengan mengayun-ayunkan kantong plastik berisi makanan sisa. Hari ini bosnya sangat baik, memberi beberapa daging asap serta ayam untuk dirinya, meski sisa, ini sangat layak dan masih bisa dimakan.

"Aku pulang" ucap Seungwan setengah berteriak dengan membuka pintu. Matanya membelalak mendapati beberapa teman kakaknya berada di dalam sana, ada yang menonton tv, berbaring dengan memakan kacang kulit, bermain uno, serta ada juga beberapa lainnya yang sibuk berpesta dengan beberapa botol soju.

Seketika pandangan tak suka Seungwan layangkan pada wanita serta pria yang berada disana, selalu begini, membuat pesta seenaknya lalu pergi tanpa membersihkan semua kekacauan yang telah mereka perbuat. Terlebih melihat wanita berambut coklat yang sedang asik dengan botol sojunya, Oh Seunghee, wanita yang paling Seungwan benci setelah Ibunya.

"Seunghee?" panggil Seungwan dengan sedikit keras karena suara musik dari bass menggema mengharuskan dirinya sedikit berteriak.

"Kau bahkan memanggil kakakmu tanpa sopan santun sama sekali?" celetuk salah satu pria yang sedang menuang soju disana.

Sopan santun jidatmu itu! Bahkan kalian yang tidak mempunyai sopan santun sama sekali, menggunakan rumah orang untuk berpesta sesuka hati. Ingin rasanya Seungwan berteriak dan memukul kepala pria tersebut dengan botol soju disampingnya, dirinya ingin menyadarkan siapa disini yang kurang didikan akan sopan santun.

Hingga hatinya kembali dongkol melihat Seunghee yang berjalan ke arahnya dengan santai serta senyum miring yang ditampilkan dari bibir wanita itu "Sedikitlah sopan dengan kakakmu ini, panggil aku ini Unnie"

Sialan! Munafik! Bahkan lihat wanita didepannya ini dengan sengaja menginjak kaki Seungwan sangat keras, dirinya tak akan pernah menganggap Seunghee sebagai kakaknya, mereka hanya benih yang tumbuh di rahim yang sama, hanya itu. "Siapa yang akan bertanggung jawab atas semua ini? Aku lelah, selalu begini, kau yang berpesta dan aku yang membereskannya"

"Tentu harus dirimu, tanganku terlalu lemah untuk membersihkan ini semua nantinya"

Tanpa menjawab, Seungwan menyentak kakinya dengan kasar, berlalu pergi ke kamar meninggalkan mereka. Dirinya muak dengan hidupnya selama ini, semua tak berjalan sesuai dengan keinginannya.

•••••

"Seungwan!" panggilan tersebut menggema disaat pemilik nama masih sibuk dengan cucian piring yang menumpuk di wastafel. Seungwan melepas sarung tangannya lalu berjalan menuju arah ruang tv, disana ada Seunghee, serta Ibunya yang menyilangkan tangan didepan dada.

"Dimana uang gajimu?"

Seungwan menatap tak suka kearah sang lawan bicaranya "Aku tak punya uang gaji, hasil kerja paruh waktuku selama ini kutukar dengan makanan di tempatku bekerja" Inilah kebiasaan sang Ibu, menagih uang gaji bulanan Seungwan yang ia dapat, bahkan selama ini Seungwan mengisi perutnya dengan uang miliknya sendiri. Ibunya serta Seunghee tak pernah sekalipun memberinya uang jajan, bila mereka makan dengan makanan yang enak seperti pizza atau daging panggang sekalipun, Seungwan hanya mereka beri pasta kacang merah serta roti tawar. Hanya itu.

Seungwan bukan anak disini. Dia babu. Hanya babu bagi mereka berdua.

"Kau berbohong!" tuduh Seunghee dengan tatapan nyalang kearahnya. Sialan, memang sial, kenapa dirinya harus memiliki kakak seperti Seunghee, orang yang hanya bisa menyuruh dan memanfaatkan keberadaan Seungwan.

"Aku melihatmu bersama Seulgi kemarin, membeli beberapa makanan enak dikedai persimpangan jalan saat itu"

Setelah kalimat tersebut usai, Seungwan terhenyak kala Ibunya melangkah maju kearahnya, menyambar rambut sebahu miliknya lalu ditarik dengan keras oleh wanita tersebut "Kau berani membohongi Ibumu?"

Seungwan hanya meringis menahan sakit, kedua iblis ini hanya menyiksa nya setiap hari "Seunghee sayang, ambil uangnya, masuklah ke kamar Seungwan" ucap Ibunya dengan masih menarik kuat rambut milik Seungwan. Seunghee dengan patuh berjalan menuju kamar Seungwan, membuka kamar tersebut lalu berjalan ke semua penjuru ruang berwarna biru. Menggeledah, mengacak, serta membongkar semua barang yang ada disana.

Dalam cengkraman Ibunya tersebut Seungwan hanya menahan tangis, dirinya pasti selalu kalah dari dua wanita ini "Jangan diambil, kumohon"

Seungwan semakin meringis karena Ibunya semakin menambah cengkraman tersebut dengan kuat, isaknya mulai terdengar di rungunya sendiri. Sakit. Ini sangat sakit.

"Ibu aku menemukan daging dan ayam disini" teriak Seunghee dari arah kamar.

Ibunya menyentak cengkraman tersebut dengan kuat membuat Seungwan mengaduh, tak berselang lama setelah dirinya menunduk untuk menahan tangis serta sakit, tamparan keras dirinya dapat di pipi kanannya.

Plak

"Berani nya kau menyembunyikan makanan seperti itu?!"

Seungwan hanya tersenyum miring, menatap Ibunya dengan penuh kilatan emosi disana. "Ambil, ambil semuanya, makanlah. Ambil juga uangku, hasil kerja ku selama ini ambil saja. Ku letakkan di kotak ungu diatas meja rias!" suara Seungwan mengeras dengan langkahnya yang cepat menuju kamarnya yang sudah tak berupa. Menatap Seunghee dengan tatapan yang dapat menghunus siapa saja yang melihatnya "Ambil! Kubilang ambil! Kenapa hanya diam?! Cepat keluar!"

Seunghee stagnan ditempatnya, takut akan ucapan Seungwan barusan, tidak biasanya wanita ini marah sampai seperti ini. "Aku juga manusia, yang mempunyai batas kesabaran"

Dengan gerakan cepat Seungwan menarik tangan Seunghee dan membawa kotak ungu tadi. Menyentak lengan Seunghee dengan kuat setelah mereka berada diluar kamarnya "Kau bisa mengambilnya. Habiskan semuanya! Aku bekerja bukan untukku, tapi untuk menghidupi kalian! Ambil!"

Bunyi benda dilempar terdengar bersamaan dengan banyak lembaran uang lima puluh ribu won yang melayang di udara. Sedangkan Seunghee serta Ibunya hanya saling menatap dalam diam setelah Seungwan membanting pintu kamarnya dengan keras.

Setelah masuk kekamarnya, Seungwan membantingkan diri pada ranjang, menenggelamkan seluruh kepalanya disana. Menangis sesenggukan, dirinya ingin pergi dari rumah ini, Seungwan tidak mau lagi menjadi babu untuk Ibunya dan Seunghee. Tidak Mau.

TBC
Happy Reading
Maap bila ada typo maapkan
Jangan lupa vote komennya semua

MISTAKE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang