Hallo, how are you?
Aku update lagi nih my luv-luv
Mari, sebelum baca vote dulu
WAJIB KOMENTAR YA 😂
Baca Bismillah dulu jangan lupa:)
•
•
•✨ Happy Readings ✨
Sekian menit berlalu, gadis yang memiliki nama lain Bulan itu mematung di depan pagar besi berwarna coklat tua yang menjulang tinggi. Belum saja kakinya melangkah masuk, pagar tersebut terbuka memunculkan penjaga rumah mewah berlantai dua itu.
"Maaf, mau cari siapa ya Neng?" Sang satpam bertanya dengan tatapan mata menilai, netranya bolak-balik menatapnya dari atas ke bawah.
"Buka!" Bukannya menjawab pertanyaan, sang gadis malah menyuruhnya. Satpam tersebut mengernyitkan dahi, ia rasa ia pernah melihat gadis ini namun di mana?
"Maaf Neng, orang yang belum punya izin nggak bisa masuk ke dalam." Si gadis bernama Cyra itu memejamkan mata sejenak, sebelum tangannya merogoh ponsel dari dalam tasnya mengotak-atik sesuatu sebentar, sebelum mengulurkan tangan ke depan berniat memberi tahu satpam tersebut.
"Saya Cyra, Yania Cyra Batrisyia atau Bulan Adhara. Putri dari majikan anda," ucap Cyra sembari memperlihatkan fotonya sewaktu SMA dulu.
Satpam tersebut mengerjapkan mata, netranya kembali menatap bolak-balik gadis di hadapannya yang katanya putri dari Fahmi, majikannya.
"Apa iya?"
"Buka atau anda dipecat!" Mendengar suara yang tak main-main ditambah wajah yang terlihat meyakinkan membuat satpam tersebut mengangguk takut. Pria berusia 35 tahun itu berderap mundur lalu mendorong pagar besi itu mempersilakan nona mudanya untuk masuk.
"S-silakan masuk, Neng!" Cyra mengangguk lalu berderap masuk.
Tak ada yang berubah dari halaman depan rumah milik sang ayah ini, masih sama seperti 5 tahun yang lalu. Meski Cyra hanya sempat tinggal sebentar di sini, namun ingatannya begitu kuat. Ia bahkan tau, di sudut halaman itu masih terdapat pohon Mangga harumanis yang kini semakin bertambah rindang.
Melangkahkan kakinya menuju pintu utama, Cyra sempat berhenti. Logikanya mengatakan jika kedatangannya kini akan membuat sang ayah marah besar, bagaimana pun ia pergi tanpa pamit dan datang kembali tanpa kabar. Orang tua mana yang tak cemas jika putrinya berbuat seperti itu? Maka dari itu, sepulang dari bandara kemarin Cyra langsung menuju kediaman milik mama Karina. Jikalau nanti sang ayah mengusirnya, ia tak khawatir karena masih bisa tinggal di rumah mendiang sang mama.
Tingnong Tingnong
Dua kali ia menekan bel, namun pintu tersebut tak kunjung dibuka. Sampai ketiga kalinya ia menekan bel, pintu tersebut baru terbuka menampakkan wanita paruh baya yang ia terka sebagai ART di rumah milik sang ayah.
"Maaf, Neng ada keperluan sama siapa ya? Kalo ada perlu sama bapak, bapak masih di kantor. Kalo ada perlu sama ibu, ibu ada di halaman belakang. Kalo ada perlu sama den Langit, den Langitnya juga masih kerja. Kal-"
Merasa informasi itu tak penting, Cyra memilih nyelonong masuk ke dalam meninggalkan sang ART yang mematung syok dengan sikapnya.
"Eh tunggu, Neng! Saya belum selesai bicara. Neng nggak boleh masuk sembarangan tanpa izin." Cyra berhenti, ia memutar tubuh lalu menatap tajam ART itu.
"Saya tidak perlu izin untuk masuk ke rumah orang tua saya, permisi!" Setelahnya, ia kembali melanjutkan langkah lalu menaiki undakan anak tangga satu persatu. Cyra masih ingat jika kamarnya terdapat di lantai atas, maka dari itu ia tak perlu bertanya lagi.
"Sopo toh cah itu? Sombong sekali. Moso iyo ibu sama bapak punya anak koyo gitu?" ART yang asli keturunan Jawa tersebut mendumel kesal, ia masih tak percaya jika gadis itu adalah anak dari majikannya. Pasalnya, selama ia bekerja 3 tahun di rumah ini sang majikan sangatlah baik dan juga berlaku lemah lembut jauh berbeda dengan gadis yang tadi ditemuinya barusan. Yang terkesan sombong dan tak sopan padanya.
"Bi, bi Iyem!" Dari arah belakang, suara seseorang memanggilnya.
"Iya, Nya," sahutnya seraya berlari kecil menemui majikannya.
"Iya Nya, ada apa?" tanyanya setibanya di sana.
"Tadi ada tamu? Saya denger bibi kayak lagi ngobrol sama seseorang." Wanita paruh baya dengan paras yang masih terlihat cantik itu pun bertanya.
"Itu Nyonya, iya tadi ada tamu. Tapi tamunya nyelonong gitu aja naik ke lantai atas. Udah gitu pakaiannya serba hitam serem banget Nya kayak abis dari kuburan gitu, jutek lagi Nya keliatannya." Dahi wanita paruh baya yang tak lain adalah Nafisa itu berkerut.
"Tamunya nyelonong? Kok nggak sopan? Memangnya siapa tamunya, Bi?" tanyanya.
"Anu, Bibi juga nggak tau Nyonya. Bibi juga heran itu tamunya Nyonya kok sombong weleh to."
Nafisa menghela nafas, "Memang tamunya cewek atau cowok? Dia bilang mau perlu sama siapa?"
"Tamunya cewek Nyonya, cantik orangnya. Dia juga nggak bilang mau ada perlu sama siapa"
"Masih muda?"
"Iya Nya, masih muda. Mungkin nggak jauh usianya dari den Langit. Badannya lumayan tinggi, putih, rambutnya kayaknya panjang. Bibi nggak tau sih soalnya dia pake topi."
"Dia nggak bilang apa-apa lagi ke Bibi?"
"Oh iya ada Nya." Bi Iyem tersebut menyengir, ia baru ingat jika tamunya mengatakan beliau adalah anak dari majikannya. "Katanya cewek itu anaknya Nyonya sama tuan, tapi saya nggak percaya toh Nyonya sama tuan itu lemah lembut, baik, so-"
Untuk yang kedua kalinya ucapan bi Iyem terpotong karena Nafisa yang sudah berlari meninggalkannya.
"Ono opo iki? Dua kali aku ngomong ora selesai-selesai," gumamnya. "Opo iyo cah ayu itu anaknya Nyonya sama tuan?" Mengedikkan bahunya acuh, bi Iyem pun memilih melanjutkan kembali tugasnya.
Mendengar perkataan bi Iyem yang mengatakan jika tamunya adalah anaknya, pikiran Nafisa langsung tertuju pada Bulannya. Bulannya yang pergi bertahun-tahun dan sekarang kembali?
Nafisa berlari, menaiki satu persatu anak tangga dengan jantung berdebar juga mata yang mulai berair. Jika benar Bulannya yang datang, maka Nafisa akan sangat senang. Penantiannya selama bertahun-tahun akhirnya terbayar sudah.
"Bulan, kamu pulang sayang?" racaunya masih dalam undakan anak tangga, sampai tubuhnya berhenti tepat di depan pintu kamar berwarna putih gading dengan nafas yang sudah terengah.
Tangan keriputnya bahkan sudah mendingin, takut jika harapannya pupus. Tapi ini memang benar kamar Bulannya, selama 5 tahun ini tak pernah ada yang memasuki kamar ini selain dirinya jika sedang rindu. Dengan jantung yang berdetak makin kencang, Nafisa menaruh tangannya pada knop pintu.
Ceklek
———————🌜🌜🌜———————
SIAP YA BUAT NEXT CHAPTER?
SPAM VOTE DAN KOMEN DULU DONG
FOLLOW AKUN WP : @fiaa_an
FOLLOW JUGA AKUN TIKTOK : @fiaafnh
BUAT LIHAT KONTEN-KONTEN MENARIK DISANA, SIAPA TAU JUGA AKU BUAT SPOILER ATAUPUN THRILLER DI SANA
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRA 2 {COMPLETE}
Romance{SEQUEL DARI CYRA STORY BY FIAA_AN} °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° ❞ 𝕂𝕚𝕤𝕒𝕙 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕦𝕤𝕒𝕚 ❞ - 𝒞𝒴ℛ𝒜, © 2022 "Tugasku berusaha Sedangkan, tugasmu adalah membiarkan." Cyra, seorang gadis yang sudah terluka terl...