10 : Sebuah Kejujuran

1K 83 12
                                    

Absen dong pake nama tempat tinggal kalian....

Cung yang udah vote? Moga rezekinya banyak, Aamiin

Yang demen komen juga nih, moga sehat selalu 🙂

Bismillah dulu kuy:)



✨ Happy Readings

"I Love You Bulan, will you marry me?" ucap Bintang seraya menyodorkan sebuah cincin cantik padanya.

Cyra mematung diam membisu tak tau harus apa, dan kenapa juga Bintang melamarnya secepat ini? Bahkan di saat luka hatinya juga belum sembuh?

"Bulan!" Bintang meraih tangannya, lelaki itu tanpa izin memakaikan cincin yang tadi ia perlihatkan pada jari manis sang kekasih. "Aku tau kamu mungkin syok karena aku ngelamar kamu secepat ini, tapi aku nggak mau nunggu lebih lama lagi."

"Jadi apa jawaban kamu? Kamu mau kan jadi istri aku? Jadi ibu dari anak-anakku? Bersatu selayaknya Bulan dan Bintang yang menerangi malam?" Masih di posisi berlutut, Bintang mengarahkan bibirnya pada punggung tangan sang kekasih meninggalkan satu kecupan di sana.

"Diam tanda kamu setuju?" satu alis Bintang terangkat.

"Aku akan menerima kamu jika kamu bisa menjadi penawar dari lukaku." Alis yang tadi terangkat satu kini mengerut dua-duanya. Bintang berdiri, menegakkan tubuhnya lalu menatap dalam manik mata Bulannya. Ia mencoba mencerna apa maksud dari perkataan Bulannya.

"Luka apa yang kamu maksud?" Cyra memalingkan wajah, gadis itu tersenyum paksa.

"Luka lama yang tak pernah sembuh," jawabnya.

"Maksud kamu?" bingung Bintang.

"Banyak hal yang nggak kamu tau selama ini, lima tahun aku sendirian dengan luka yang terus menikam, membabat habis hatiku. Aku tau itu semua keputusanku sendiri, tapi saat itu aku pergi dengan harapan dengan menjauh aku bisa sembuh. Tapi nyatanya-" Cyra menggantung kalimatnya. Gadis itu balas menatap manik mata hitam legam Bintang dengan sedikit mendongak. "Kamu tau apa yang terjadi? Aku mengalami Alexithymia, sebuah kondisi di mana seseorang sulit memahami atau mengungkapkan emosinya. Aku cacat mental, tidak seharusnya berdampingan dengan kamu yang sempurna." Wajah gadis itu begitu tanpa ekspresi, namun ia beranikan untuk jujur sepenuhnya pada Bintang. "Nyatanya pergi bertahun-tahun lamanya tak membuat luka itu sembuh namun justru semakin parah, aku yang lemah dan sendirian akhirnya berakhir seperti ini. Kembali datar dan dingin."

"Untuk itu, jangan lagi berharap lebih padaku Bintang. Aku bukanlah Bulan yang dulu lagi, aku kini seorang gadis tanpa perasa-" Ucapan Cyra terpotong karena Bintang yang lebih dulu menarik tubuhnya, mendekapnya begitu erat.

"L-lepas! Aku kesulitan bernafas." Saking eratnya ia bahkan sampai memukuli punggung lebar Bintang membuat sang empu mengendurkan dekapannya.

"Kenapa kamu nggak pernah mau jujur sama aku? Kamu tau, lukamu juga lukaku. Kamu terluka aku pun terluka, kalau begitu mari kita berjuang sama-sama."

"Buktikan jika kamu mampu!" balas Cyra. Bintang melepas dekapannya, lelaki itu bahkan meneteskan air matanya dari saat pertama Cyra yang berusaha jujur.

"Kisah kita belum usai, maka biarkan aku yang berjuang, tugasmu hanya membiarkan. Biarkan aku yang mengembalikan kamu seperti dulu." Selanjutnya, Bintang kembali membawa tubuh Cyra ke dalam dekapannya. Lelaki itu mengusap kepala Cyra dengan sayang juga sesekali mengecup puncak kepalanya.

CYRA 2 {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang