Cung yang ingat scene sebelumnya?
Kasih fii emot ini 😊 dong
Tekan vote jangan lupa:)
SPAM KOMEN dari kalian juga fii tunggu!
Bismillah dulu yuk;)
•
•
•✨ Happy Readings ✨
Takdir hidup siapa yang tau, kita bisa memilih ingin seperti apa kehidupan kita namun takdirlah yang menentukan hasil akhirnya. Sama seperti takdir pasangan hidup, kita bisa mencintai siapapun tapi takdir bisa saja bertolak belakang dengan apa yang kita cinta. Bersyukurnya, takdir mempersatukan Cyra dan Bintang. Dua insan yang saling mencintai lalu dipersatukan dalam ikatan pernikahan meski jalan yang dilalui pun penuh lika-liku.
Halaman depan rumah Fahmi dan Nafisa dengan luas 20x10 m2 sudah disulap sedemikian cantiknya dengan dekorasi pernikahan yang didominasi dengan warna putih, berbagai macam bunga hidup dengan warna beragam ikut menghiasi dekorasi pernikahan Cyra dan Bintang. Di bagian tengah, terdapat dua pasang kursi khusus untuk melangsungkan akad nikah yang akan dimulai beberapa menit lagi. Tidak jauh dari situ, terdapat sebuah pelaminan lengkap dengan kursi mempelai pengantin serta orang tua kedua mempelai.
Keadaan di halaman depan rumah Fahmi begitu nampak ramai, baik dengan para tamu undangan yang sudah datang lalu sanak keluarga dari kedua belah pihak mempelai tak lupa juga dengan para karyawan Wedding Organizer yang sibuk mengatur tata letak ataupun menggiring para tamu untuk duduk di tempat yang disediakan. Begitu berbeda dengan di dalam kamar Cyra yang disulap menjadi kamar yang begitu cantik, dengan berbagai hiasan khas pengantin di ranjangnya.
Cyra yang sedikit lagi selesai didandani pun duduk dengan keadaan hati yang gelisah, terlebih saat ia tau jika akad nikah akan segera dilangsungkan.
"Tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan, Cyra." Gadis yang sedang dipasangi siger atau mahkota khas adat sunda itu pun melirik seorang wanita di sampingnya.
"Saya gugup, Dok." Wanita yang tak lain adalah dokter Mila tersebut mengulas senyum lalu meraih tangan Cyra yang sejak tadi bergerak tak diam di pangkuan paha sang pemilik.
"Saya mengerti, untuk itu ikuti arahan saya jangan sampai anxiety menguasai tubuh kamu," ucapnya seraya mengusap pelan punggung tangan Cyra.
"Dok, apa saya benar mengambil keputusan secepat ini?" Untuk ke sekian kalinya dokter Mila mengulas senyum, senyum yang begitu membuat siapapun merasakan ketulusannya.
"Menurut saya, keputusan kamu sudah benar. Seperti apa yang pernah saya bilang, memiliki pasangan hidup dapat mempercepat pemulihan kamu."
"Akad nikah akan segera dimulai, Mbak tolong hidupkan monitornya!" Seorang karyawan dari WO memberitahu lewat sambungan HT yang dipegang oleh dokter Mila.
"Oke, baiklah," balas dokter Mila yang langsung menghidupkan monitor yang sudah tersedia di dalam kamar Cyra.
Di sisi lain, Bintang yang sudah datang pun sudah duduk di kursi tempat akad akan dilangsungkan. Lelaki berusia 24 tahun dengan beskap berwarna putih yang melekat pas di tubuh atletisnya itu duduk dengan gusar menjelang proses ijab kabul.
"Kita mulai saja, Pak?" tanya salah satu petugas kementrian agama.
"Mulai saja," jawab Fahmi.
Suasana haru mulai menyelimuti halaman rumah Fahmi dan Nafisa saat lantunan ayat suci Alquran mulai dikumandangkan, lalu diakhiri dengan proses ijab kabul.
"Ananda Xaquille Bintang Faran, sudah siap?" tanya Fahmi.
Bintang mengangguk mantap, "Siap."
Fahmi menarik nafas dalam, pria paruh baya itu memejamkan mata sesaat sebelum mengucapkan. "Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan kawinkan Engkau Ananda Xaquille Bintang Faran bin Edo Swasdika Faran dengan puteri kandung saya Bulan Adhara Firdaus binti Fahmi Firdaus dengan maskawin seperangkat alat shalat dan uang 1 Milyar dibayar tunai!"
Sama seperti Fahmi, Bintang pun menarik nafas dalam lalu dalam satu tarikan nafas ia pun menjawab dengan begitu lantang. "Saya terima nikah dan kawinnya Bulan Adhara Firdaus binti Fahmi Firdaus dengan maskawin tersebut dibayar tunai!"
"Bagaimana para saksi, sah?"
"SAH!"
"Alhamdulillah, Barakallahu lakaa wa baraka 'alaika wa jama'aa bainakuma fii khair."
Di dalam kamar, untuk pertama kalinya setelah Cyra divonis mengalami Alexithymia setetes bulir air mata jatuh membasahi wajahnya yang sudah cantik bak seorang ratu. Cyra akui, ini pertama kalinya ia merasakan keharuan yang luar biasa setelah ia mendapat vonis Alexithymia. Dan itu karena pernikahannya dengan Bintang.
"Tisu?" Dokter Mila disampingnya menyodorkan sehelai tisu bersih pada Cyra yang disambut baik oleh Cyra. Gadis itu mengambil tisu lalu mengusap sedikit air mata yang jatuh pada wajahnya.
"Bagaimana perasaanmu sekarang, Cyra?" tanya dokter Mila.
"Campur aduk, tapi saya merasakan sebuah perasaan menyelimuti hati saya, Dok."
"Bagus, baru selesai ijab pun perubahan kamu cukup ada bagaimana jika nanti kalian sudah hidup sebagai pasutri? Saya yakin, Bintang adalah yang terbaik. Dia yang selama ini kamu cari, dia yang sebenarnya menjadi obat mujarab bagi kamu, Cyra." Cyra diam mencerna semua perkataan dokter Mila. Pikirannya kembali mengelana pada masa lalunya dengan Bintang, dimulai dari mereka kecil yang sudah berteman baik lalu sempat dipisahkan karena Bintang atau Bibinnya itu pindah ke luar kota mengikuti orang tuanya. Bertemu kembali saat mereka bersekolah di SMA yang sama, bersatu sebagai pasangan kekasih setelah keduanya tahu jika Cyra adalah Bulan dan Bintang adalah Bibin. Sempat berpisah untuk yang kedua kalinya saat Cyra sendiri yang memutuskan untuk pergi jauh dengan alasan mengobati luka hatinya sampai sekarang ia yang mengalami Alexithymia.
Cyra menyadari, jika perasaan Bintang memang setulus itu padanya. Sampai-sampai lelaki itu rela menunggunya bertahun-tahun lamanya. Berusaha sedemikian rupa untuk memulihkan kembali luka hatinya setelah beberapa waktu lalu Cyra yang menceritakan semua keadaannya. Bintang tetap menerima apa adanya, mencintainya dengan begitu besar, sejak dulu bahkan sampai detik ini. Perasaan Bintang tak pernah sama sekali berubah, yang ada Cyra melihat perasaan cinta itu kian membesar terbukti dengan Bintang yang telah meminangnya beberapa detik lalu.
"Bulan Sayang." Sebuah tepukan di bahu sebelah kirinya membuat Cyra terperanjat, gadis yang mengenakan gaun kebaya berwarna putih itu menolehkan wajah dan mendapati sang mama yang mengulas senyum dengan sangat manis. "Ayo temui suami kamu, Nak," ucapnya pelan.
Cyra mengerjapkan mata, separuh pikirannya masih tak percaya jika detik ini ia telah resmi menjadi seorang istri, Nyonya dari seorang Xaquille Bintang Faran.
"Ayo, Sayang!" Nafisa mengulurkan tangannya dan disambut oleh tangan gemetar milik Cyra. "Rileks Bulan!" bisik Nafisa.
Di detik berikutnya, Nafisa dan dokter Mila sama-sama berjalan berdampingan di kedua sisi Cyra menuntun sang puteri untuk bertemu dengan pangerannya.
———————🌜🌜🌜———————SIAP YA BUAT NEXT CHAPTER?
SPAM VOTE DAN KOMEN DULU DONG
FOLLOW AKUN WP : @fiaa_an
FOLLOW JUGA AKUN TIKTOK :
@fiaafnhFOLLOW JUGA AKUN IG : @fiaa_an dan @fiaafiatistory_
DI SANA AKU AKAN BUAT KONTEN-KONTEN MENARIK, ATAU KALIAN AKAN TAU INFO-INFO CERITA CYRA. BISA AJA AKU SPOILER NEXT CHAPTER DI SANA ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRA 2 {COMPLETE}
Romance{SEQUEL DARI CYRA STORY BY FIAA_AN} °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° ❞ 𝕂𝕚𝕤𝕒𝕙 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕦𝕤𝕒𝕚 ❞ - 𝒞𝒴ℛ𝒜, © 2022 "Tugasku berusaha Sedangkan, tugasmu adalah membiarkan." Cyra, seorang gadis yang sudah terluka terl...