Hai gengs, masih ada yg nunggu cerita ini update nggak?
Cung yg nunggu?
Jangan lupa buat vote, komen, share lebih bagus...
•
•
•✨ Happy Readings ✨
Setelah 2 hari berada di Bandung untuk berziarah Cyra dan Bintang sudah kembali ke kediaman keluarga Faran, keduanya memang belum ingin untuk menempati rumah mereka karena masih banyak masalah yang belum usai juga atas permintaan ayah dan bundanya untuk menetap sementara di rumahnya.
Saat ini Bintang dan Cyra tengah menikmati makan malamnya di sebuah restoran dengan menu makanan khas Jepang.
"Kamu cobain mie ramen punya aku deh, ini pedesnya mantul banget." Cyra sudah menyendokkan mie beserta kuahnya dari mangkuknya, lalu mengulurkannya pada Bintang. "Aaaaa, buka mulut kamu!" Bibir mungilnya itu pun ikut terbuka saat memerintah Bintang untuk buka mulut.
"Nanti kalau aku sakit perut gimana? Aku kan nggak suka makanan pedes, Sayang."
"Ini cuma level 5 belum level 10, badan aja gede masa sama pedes takut." Cyra mencibir yang tentu saja membuat Bintang menekuk wajah kesal.
"Bukan takut cuma kalau nanti sakit perut gimana?"
"Nggak akan, kamu cuma cobain satu sendok bukan satu mangkok." Meski Bintang terus menolak ia tetap menuruti perkataan istrinya, lelaki itu pun menerima satu sendok mie ramen milik Cyra yang katanya level 5. Baru masuk ke dalam mulutnya, rasa panas dan terbakar langsung Bintang rasakan.
"Hah pedes banget." Bintang berseru di sela-sela usahanya untuk menelan mie ramen itu.
"Lemah ah!" cibir Cyra lagi. Disaat Cyra melanjutkan memakan mie ramennya, Bintang beranjak terburu-buru yang Cyra terka pergi ke toilet. Melihat bagaimana raut wajah Bintang yang lucu karena kepedasan justru membuat Cyra tertawa kecil. Dia juga tak tau kenapa, dari hari kemarin seolah ada suatu dorongan untuk mengerjai Bintang.
Di sisi lain, Bintang memuntahkan semua makanan dari dalam mulutnya. Dari dulu, dia memang paling anti dengan makanan pedas.
"Kalau aja bukan kamu yang nyuruh aku pasti nggak akan mau." Ya, jika bukan Cyra wanita tercintanya yang menyuruh sudah jelas Bintang akan menolaknya.
"Perasaan dari kemarin dia ngerjain aku terus." Bintang jadi berpikir selama tinggal satu atap dengan adiknya Ares, Cyra jadi tertular kejahilan adiknya itu. Jika begini dia harus segera pindah rumah.
"Bintang?" Bintang refleks memutar tubuh saat ada orang yang memanggilnya, matanya membola saat melihat siapa yang memanggil namanya. Raut wajah yang tadi tertekuk kesal karena sang istri secepat kilat berubah menjadi datar.
"Kamu Bintang Faran kan? Long time no see, Bin." Seusai mengucapkan itu, orang yang berjenis kelamin perempuan itu menarik kedua sudut bibirnya.
"Maaf, saya masih ada urusan." Bintang hendak pergi meninggalkan orang yang barusan memanggilnya, namun lengan mungil milik orang itu dengan cepat mencekalnya.
"Tunggu! kita baru saja bertemu Bintang."
"Lepas! Saya sudah tidak ada urusan denganmu lagi, Felisha Alora." Bintang menyentak sambil menghempaskan lengan perempuan bernama Felisha Alora. Seorang perempuan yang pernah mengisi hatinya dulu, seorang perempuan yang juga menjadi sahabatnya, dan seorang perempuan yang turut memberinya luka.
"Wah." Felisha bertepuk tangan. "8 tahun tidak bertemu, ternyata kamu masih mengingat baik nama lengkapku Bintang."
Mendengar itu Bintang di tempatnya tersenyum menyeringai, "Bagaimana saya bisa lupa pada orang-orang yang dulu menjadi sahabat saya?"
"Ah ralat, mantan sahabat saya sekaligus mantan kekasih saya yang sudah memberikan saya luka."
Felisha mematung, ucapan Bintang benar adanya.
"See? Tidak bisa lagi berkilah, hm?" Bintang memalingkan wajahnya ke samping. "Kalau begitu saya permisi." Setelahnya, Bintang dengan segera mengayunkan langkah meninggalkan Felisha seorang diri.
Cukup lama ditinggalkan oleh Bintang ke toilet membuat Cyra mengedarkan pandangan mencari sosok Bintang, merasa netranya tak menemukan Cyra pun berdiri, ia hendak melangkahkan kaki berniat menyusul Bintang ke toilet sebelum netranya menangkap siluet Bintang yang berjalan ke arahnya dengan tergesa.
Kening Cyra berkerut heran sekaligus masih gemas melihat wajah suaminya yang memerah karena kepedasan, namun dibalik itu bukan karena kepedasan penyebab wajah Bintang memerah melainkan karena Bintang tengah mengatur emosinya yang tiba-tiba saja bergejolak setelah pertemuannya kembali dengan Felisha.
"Kita pulang!" kata Bintang setelah tiba di hadapan Cyra.
"Hah?" Cyra yang tak mengerti membuka mulutnya terkejut, terlebih ia menangkap wajah Bintang yang sepertinya sedang marah.
"Ayo kita pulang!" Bintang menarik tangannya, namun urung karena Cyra mencekal balik lengannya.
"Tunggu! Kamu marah karena aku kasih kamu mie ramen level 5 punya aku?" Cyra bertanya, ia jadi tak enak hati jika kebenarannya seperti itu.
Di tempatnya Bintang memejamkan mata sekilas, hadirnya penyebab luka masa lalu tanpa sadar telah membuatnya dikuasai amarah dan menyebabkan Cyra salah paham.
"Kita pulang dulu, nanti aku jelasin kalau udah di rumah." Nada suara Bintang memelan, tak sekeras saat pertama ia meminta Cyra pulang.
"Kamu marah ya?" Cyra menunduk, memilin ujung baju yang ia kenakan. Tingkahnya saat ini sudah seperti anak kecil yang dimarahi oleh ibunya.
Bintang yang melihat itu menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum simpul. Amarah yang tadi meletup sirna seketika saat melihat Cyra merajuk dan merasa bersalah.
"Hm, aku marah sama kamu," ucap Bintang sambil bersidekap dada.
Cyra mengangkat pandang, netranya mengerjap, bibirnya tertekuk ke bawah. Ia jadi menyesali perbuatannya tadi.
"Maaf." cicitnya sambil menunduk kembali, tak berniat untuk menghadap langsung pada wajah Bintang.
"Aku maafin, tapi ada syaratnya." Cyra kembali mengangkat pandang, menatap penasaran syarat apa yang diajukan. "Syaratnya apa?" tanyanya.
"Berenang malam-malam lagi kayak kemarin." kata Bintang sambil menaikturunkan kedua alisnya menggoda.
Mendengar syarat yang seperti itu secepat kilat membuat wajah Cyra kesal, ia lantas melayangkan satu pukulan ringan pada lengan atas Bintang. "Itu sih maunya kamu, nggak! Syaratnya yang lain!" ketus Cyra.
Tau kenapa Cyra sekesal itu mendengar syarat Bintang? Karena yang terjadi di malam hari itu saat mereka berenang bukan hanya sebuah kecupan dan dekapan saja, melainkan Bintang mengerjainya balik dengan membuat Cyra kedinginan di dalam air dan parahnya lelaki itu tak membiarkan Cyra untuk membilas tubuhnya lebih dulu, malam itu Bintang dan Cyra berebut kamar mandi karena kedinginan.
"Kamu jail banget malem itu, males aku." Cyra mencebikkan bibirnya.
"Aku kan udah kasih pilihan, mandi barengan atau tunggu aku keluar kamar mandi 10 menit. Kamu malah pilih tunggu aku selama itu."
"Ya aku tau modus kamu mandi bareng tapi ujungnya malah yang la-" Bintang tiba-tiba saja membekap mulutnya untuk tak bersuara lagi, pasutri itu baru menyadari jika mereka masih berada di tempat umum, yang tak seharusnya membicarakan hal-hal seperti itu di sini.
"Lanjutin ngomelnya di rumah, ayo!" Bintang menggenggam tangan Cyra membawanya pulang seusai meminta pelayan ke mejanya dan membayar semua tagihan makanannya.
🌙 TBC 🌙
Gimana chapter ini?
MAU NEXT KAPAN? SETUJU NGGAK KALAU AKU RAJIN UP? KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA DULU SINI....
SPAM "BULAN BINTANG" biar cerita ini ramai.
Jangan lupa Follow akun wattpadku
{Instagram: @fiaa_an & @fiaafiatistory_}
{Tiktok: @fiaafnh} untuk tau info selanjutnya ataupun konten-konten menarik di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRA 2 {COMPLETE}
Romance{SEQUEL DARI CYRA STORY BY FIAA_AN} °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° ❞ 𝕂𝕚𝕤𝕒𝕙 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕦𝕤𝕒𝕚 ❞ - 𝒞𝒴ℛ𝒜, © 2022 "Tugasku berusaha Sedangkan, tugasmu adalah membiarkan." Cyra, seorang gadis yang sudah terluka terl...