26 : Masa Lalu Bintang

608 61 0
                                    

Gengs, fii berterimakasih banget sama kalian yang rajin vote. Itu artinya kalian udah cukup mengapresiasi fii 🙃 terimakasih juga buat kalian yang udah mampir ke cerita fii yang jauh dari kata baik ini, meski jadi siders 🙂 Gapapa, fii ga akan marah kok. Itu hak kalian 🙃

Boleh fii minta, tulis kesan dan pesan kalian di sini 👇 selama baca CYRA 2. Supaya fii bisa perbaiki cerita di kemudian hari 🙃

Yuk vote dulu....

Bismillah:)



✨ Happy Readings

Ruangan berdiameter 7x7 m2 dengan warna cat dominan grey menjadi tempat di mana Cyra, Bintang, Samuel, juga Bumi berada di ruangan yang sama. Ruangan CEO dari Faran's Group.

Cyra duduk di sofa berwarna hitam berdua dengan Bintang, sedangkan Bumi dan Samuel duduk di sofa satu lagi yang tak jauh dari pintu.

"Aaaa lagi, Sayang!" Rengekan dari Bintang mengalihkan atensi Bumi dan Samuel yang sedang mengunyah pizza. Lelaki itu merengek minta disuapi lagi oleh sang istri.

"Baru tau gue kalo si Bos bisa punya kelakuan kayak bocil." Bumi menggeleng takjub.

"Mereka pasangan yang serasi ya, Pak Bumi?" Samuel mengulas senyum tipis usai mengatakan itu.

"Hm, sangat amat serasi sampai membuat jiwa jones saya meronta-ronta," dengus Bumi.

"Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kamu mengenal istri saya?" tanya Bintang pada Samuel sambil menekankan kata 'istri'.

Samuel yang mendapat tatapan intimidasi dari Bintangpun berdehem canggung, "Sudah cukup lama Pak Bintang, mungkin sudah berjalan 5 tahun."

Bintang mengerjap, ternyata sudah selama itu mereka mengenal? Selanjutnya, lelaki dengan setelan jas kantor berwarna navy blue itu menoleh pada Cyra seolah meminta penjelasan lebih.

"Iya, pertemuan pertama aku sama Samuel itu karena aku hampir aja nabrak dia pas aku mau berangkat ke Columbia." Cyra menengadah, menatap langit-langit kantor seolah sedang mengingat kembali masa lalunya.

Flashback on

Mobil berlogo bluebird melaju dengan kecepatan sedang, dalam mobil tersebut duduk seorang supir taksi dengan penumpangnya seorang perempuan yang tengah menumpahkan tangis. Sang supir yang diperkirakan berusia sekitar 40-an itu melirik sekilas penumpangnya yang tak lain adalah Cyra.

"Saya lihat sepertinya Neng ini sedang banyak masalah," ucapnya sembari fokus menyetir. Sedangkan sang empu yang dipanggil 'neng' tersebut hanya diam mendengarkan.

"Nangis aja Neng nggak apa-apa, perempuan itu memang meluapkan emosinya hanya dengan menangis. Saya juga punya anak di rumah, usianya mungkin tidak jauh seperti neng. Dia kalau lagi apa itu namanya kata anak muda." Si supir menaruh jari telunjuknya di dagu. "Galau, iya galau pasti nangis. Ngadu-ngadu ke saya atau ke ibunya, anak saya itu apa-apa pasti curhatnya ke orang tua sekalipun masalah sama pacarnya." Si supir terkekeh geli menceritakan anaknya.

"Sebagai orang tua, saya sama istri saya selalu merangkul anak. Apapun masalah dia kita kasih solusi, support juga harus. Karena yang dibutuhkan anak itu bukan hanya materi, tapi kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya." Cyra menunduk dalam selama sang supir bercerita, setelahnya ia pun mengangkat pandang lalu mengangkat dua sudut bibirnya ke atas.

"Anak Bapak beruntung mempunyai orang tua seperti kalian, walau hidup tak bergelimang harta tapi sangat kaya akan kasih sayang, tidak seperti saya."

CYRA 2 {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang