Gimana puasanya hari ini gengs? Lancar?
Yo sebelum baca, mari vote dulu gengs! Komen juga dong, perasaan dari awal kalian pada diem-diem bae, jangan buat cerita ini sepi kayak kuburan ehehe
Tandai jika ada typo atau kesalahan penulisan!
•
•
•✨ Happy Readings ✨
Kini semuanya sudah berlalu, sudah waktunya Cyra menutup semua lembaran kelamnya di masa lalu dan memulai hidup barunya bersama Bintang juga keluarganya. Tak ada lagi yang harus disesali, tak ada lagi yang harus disalahkan atas semua yang terjadi di masa lalu. Seperti perkataan Dokter Mila atau pun Bintang, semua kehilangan terjadi karena sebuah takdir kehidupan bukan kesalahan manusia.
Angin malam yang berhembus sepoi-sepoi menemani malamnya Cyra saat ini, kembali berdiri didepan balkon dengan tangan bertumpu pada pagar besi pembatas, gadis itu meluapkan semua emosinya yang sempat tertahan. Ia menangis sejadi-jadinya, mengingat kembali luka lama yang membuatnya sempat kehilangan perasaan, mengingat juga dirinya yang tidak akan kuat jika tak ada Bintang di sisinya, dan mengingat kenapa dulu ia egois dengan meninggalkan Bintang sendirian di sini, membiarkan lelaki itu menikam rindu sendirian, membiarkan lelaki baik itu juga terluka karena dirinya.
Maka yang sekarang harus ia lakukan adalah meminta maaf, baik pada dirinya sendiri yang tanpa sadar telah melukai hatinya sendiri juga pada Bintang, sosok lelaki baik hati yang masih mencintainya tulus tanpa batas.
Cyra meremat pagar besi balkon itu, lalu tubuhnya sedikit beringsut ke sisi tembok mendaratkan satu pukulan di sana dengan keras sampai buku-buku tangannya memerah dan sedikit mengelupas. Saat ini, Bintang masih belum pulang. Entah sedang apa ia di luar sana, yang pasti lelaki itu sibuk mengurus pekerjaan kantornya. Jika saja Bintang melihat dirinya yang meluapkan emosi dengan menyiksa dirinya sendiri, dia pasti akan marah dan dengan bodohnya berujar kembali ia rela menjadi samsak hidup.
"Arghh, you're stupid Cyra! Kamu emang nggak pantes buat Bintang, kamu egois, tapi sekarang kamu hidup enak-enakan tanpa memikirkan perasaan Bintang dulu seperti apa saat kamu pergi meninggalkannya, hah?" Nafas perempuan itu terengah setelah meluapkan sumpah serapah untuk dirinya sendiri. Cyra, perempuan itu kini meluruhkan tubuhnya pada lantai. Memeluk kedua lututnya itu dengan posisi kepala tertunduk dalam.
Langit malam ini begitu tanpa bintang, karena langit yang telah menghitam itu perlahan menurunkan hujan yang mengguyur tubuh Cyra. Balkonnya memang cukup besar, tapi tidak seluruhnya tertutup oleh genting.
Cyra mendongak, membiarkan tiap tetesan air hujan membasahi wajahnya. Kini air matanya pun telah bersatu dengan air hujan. Perempuan itu mengangkat satu tangannya, menampa membiarkan telapak tangannya terisi air hujan. Di malam hari dengan hujan seperti ini, Cyra pernah ingin mengakhiri hidupnya saat ia tahu jika ia bukanlah anak kandung dari Karina. Di malam hari dengan hujan seperti ini pula, pertama kalinya ia bertemu kembali dengan Ariel setelah bertahun-tahun.
Cyra kembali memejamkan mata, dadanya terasa sesak mengingat kembali mereka yang telah tiada. Tapi hatinya merutuk karena selama ini ia tak pernah memikirkan bagaimana perasaan Nafisa, ibu kandungnya sendiri. Ia lupa, ia terlalu berpatok pada masa lalu. Maka list orang yang harus ia beri ucapan maaf bertambah 1, Nafisa sang ibu kandung yang selama ini selalu menderita.
"Maaf." lirihnya yang nyaris tak terdengar, karena hujan kian deras dan guntur mulai saling bersahutan.
Di sisi lain, Bintang baru saja tiba di rumah. Memasuki ruang keluarga, netranya tak mendapati sang istri. Hanya ada Ares dan Edo yang masih asyik bermain ludo, dua lelaki berbeda usia itu kompak melirik Bintang yang baru datang.
"AAAAAA!" Bintang refleks memekik kaget saat melihat wajah adiknya dan ayahnya itu penuh coretan tepung yang nyaris menutupi wajah asli mereka.
"Ngapain teriak? Kayak abis ngeliat hantu aja," celetuk Edo.
"Ya, emang Bintang pikir kalian hantu."
"Ihh Abang, muka Ares ganteng begini disamain sama hantu," protes Ares.
"Makanya ambil kaca sana!" ujar Bintang kesal.
"Hahaha, emang muka kamu mirip tuyul kok Res. Tinggal buka baju kamu terus cuma pake celana dalam doang Ayah bisa suruh kamu keluar." Edo yang sedari tadi fokus pada permainan baru ini melihat langsung wajah Ares karena ulahnya.
"Ngapain keluar?" tanya Ares.
"Ngepet lah," jawab Edo ngegas salah lagi.
"Ngomong-ngomong, ayah juga jadi mirip pocong Mumun." Edo melotot saat mendengar penuturan Ares.
"Kualat kamu ngatain orang tua!" Bintang yang melihat pertengkaran keduanya hanya bisa menggelengkan kepala lantas berderap menuju kamarnya, senyumnya merekah saat tiba di daun pintu, seharian di kantor membuatnya merindukan Bulannya.
"Sayang!" Bintang menolehkan kepala begitu memasuki kamar, netranya berpendar ke sana kemari mencari keberadaan sang istri.
"Aku pulang." Bintang berpikir mungkin Cyra sedang didalam toilet, maka dengan cepat lelaki itu mengganti pakaiannya yang sedikit basah karena kehujanan saat tadi memasuki rumah.
"Sayang!" Bintang membuka pintu toilet yang ternyata tak terkunci, alisnya mengerut saat tak menemukan siapapun di sana.
"Kok nggak ada?" Langkahnya lantas menuju balkon kamar, meski sedikit sangsi karena di luar sedang hujan tapi Bintang tetap mencarinya di sana. Sampai sayup-sayup telinganya mendengar suara isakan kecil dari seseorang di balkon.
Jantung Bintang berpacu dengan cepat, tangannya memutar knop pintu dan menemukan Cyra di sana. Bermandikan air hujan dengan keadaan memeluk kedua lututnya. Bintang menipiskan jarak, membiarkan baju yang baru ia ganti itu basah terkena air hujan.
Tubuhnya ikut merunduk, menyamakan tinggi tubuhnya dengan Cyra. Satu tangannya menggapai wajah Cyra, membingkai wajah itu dengan sorot mata penasarannya. Satu persatu pertanyaan menelusup di pikirannya, tentang kenapa Cyra menangis sendirian di sini?
"Do you need me to hug you?" Daripada bertanya kenapa, Bintang lebih dulu menawarkan sebuah dekapan. Dekapan yang mungkin bisa sedikit menenangkan keadaan hati Cyra.
Cyra mengerjap pelan, ia tak tahu sejak kapan Bintang pulang dan berakhir di sini bersamanya? Tak mau memikirkan itu lebih lama, maka yang Cyra lakukan adalah melingkarkan kedua tangannya pada ceruk leher lelaki itu. Menyembunyikan kepala di dada bidang lelaki itu dan kembali menumpahkan tangisnya di sana.
Bintang yang paham dengan suasana hati sang istri yang sedang buruk pun membalas dekapan itu dengan erat, satu tangannya bahkan naik ke punggung mengusap punggung bergetar itu dengan pelan.
"Maaf." Cyra tiba-tiba mendongak seusai bibirnya yang kelu mengucapkan kata 'maaf'.
"For what?" Bintang bertanya dengan masih mengusap punggung Cyra.
"Semuanya." Kedua alis Bintang bertautan, heran dengan perkataan ambigu dari Cyra.
"Aku nggak ngerti." Ucapan Bintang membuat Cyra mengulas senyum.
"Mari kita mulai lembaran hidup baru Bibin, di mana semua luka sudah sepenuhnya hilang."
🌙 TBC 🌙
Gimana chapter ini? Huaa, konflik pertama telah selesai gengs. Cyra udah sepenuhnya sembuh sekarang.
MAU NEXT KAPAN? SETUJU NGGAK KALAU AKU RAJIN UP? KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA DULU SINI....
SPAM emot ❤ biar cerita ini ramai.
Jangan lupa Follow akun wattpadku
{Instagram: @fiaafnh & @fiaafiatistory_}
{Tiktok: @fiaafnh} untuk tau info selanjutnya ataupun konten-konten menarik di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CYRA 2 {COMPLETE}
Romance{SEQUEL DARI CYRA STORY BY FIAA_AN} °°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°° ❞ 𝕂𝕚𝕤𝕒𝕙 𝕜𝕚𝕥𝕒 𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕦𝕤𝕒𝕚 ❞ - 𝒞𝒴ℛ𝒜, © 2022 "Tugasku berusaha Sedangkan, tugasmu adalah membiarkan." Cyra, seorang gadis yang sudah terluka terl...