61 : Selamat Jalan, Bintangku

932 46 6
                                    

Hai gengs, ini udah beneran last chapter ya.

Tulis kesan dan pesan kalian di sini selama baca cerita CYRA.

Share cerita ini pakai hastag #cyrawattpad di Tiktok dan Instagram.



✨ Happy Readings

Kematian, adalah suatu hal berpisahnya ruh dan raga. Tapi siapa sangka jika Cyra sempat merasakan kematian itu sebentar, atau mungkin hal itu yang disebut sebagai mati suri oleh kebanyakan orang? Seingat Cyra, ia bertemu dengan Bintang di alam serba putih itu. Berbincang, memeluknya, bahkan berdebat karena Bintang tak mau ia ajak pulang. Cyra tak tau kenapa Bintang bersikeras ingin di tempat itu dan menyuruhnya untuk segera pulang, bahkan lelaki itu dengan tega mendorong paksa Cyra untuk masuk ke dalam cahaya yang katanya akan membawa Cyra pulang.

Kemarin, usai dokter mengatakan jika Cyra sudah melewati masa kritisya. Wanita yang sudah menjadi ibu itu langsung membuka matanya, hal pertama yang Cyra lakukan adalah menatap sekitar ruangan itu lalu bertanya pada sang dokter.

"Di mana, Bintang?" tanya Cyra.

"Apa Bintang yang anda maksud adalah suami anda?" tanya dokter.

"Ya, di mana suami saya?" tanya Cyra lagi.

"Sebaiknya anda harus lebih banyak istirahat lagi, untuk pertanyaan anda barusan lebih baik anda bertanya langsung pada pihak keluarga, mereka jelas lebih tau." Saat itu Cyra mendesah kasar mendengar rentetan perkataan sang dokter, tak tahukah dia jika Cyra sungguh menginginkan kehadiran Bintang disisinya?

Dan pagi ini, Cyra yang sudah dipindahkan ke ruang rawat mendapatkan sebuah kabar yang membuat hatinya berdenyut nyeri. Wajah kedua orang tuanya, wajah Langit kakaknya, wajah Bumi, Okky, Koko, Esta, bahkan kedua mertuanya dan Ares menampakkan raut wajah yang penuh kesedihan. Cyra belum bertanya mengenai hal itu, dia justru mengulum senyum karena berpikir mereka bersedih karena Cyra melahirkan di usia kandungannya yang belum cukup? Oh ayolah, Cyra dan anaknya kini sudah baik-baik saja, mereka tak perlu bersedih seperti itu. Namun saat netranya mengabsen ada satu orang yang paling Cyra nantikan kehadirannya tak nampak, dahinya mengerut heran. Ke mana Bintang?

"Kok pada diem sih? Harusnya seneng dong baby M udah lahir," ucap Cyra sambil menatap wajah mereka satu persatu. Ada yang menjawab perkataannya itu dengan helaan nafas berat, ada pula yang tersenyum sangat tipis. Cyra sungguh tak bisa mengartikan ekspresi itu. Namun saat bibirnya melontarkan sebuah pertanyaan, raut wajah mereka semakin membuat Cyra heran.

"Di mana, Bibin? Dari tadi kok aku nggak liat dia? Padahal anaknya udah lahir dia kok nggak excited lagi sih?" Cyra ingat dari mulai Bintang tau Cyra sedang mengandung, laki-laki itu begitu excited menunggu kelahiran bayinya.

"Hey, kok pada diem? Aku lagi tanya loh." Cyra mencebikkan bibirnya saat respon mereka semua tidak sesuai dengan keinginannya.

"Bulan, kamu harus terima kenyataan ya, Nak!" Nafisa maju selangkah, wanita tua itu mengusap puncak kepala Cyra dengan sayang.

"Maksud Mama apaan?" Terlihat kerutan samar di dahi Cyra. "Oh aku tau, maksudnya harus terima kenyataan kalau aku nggak bisa lahiran normal, kan? Malah dioperasi?" Cyra memang menginginkan proses kelahiran normal namun ternyata takdir berkata lain.

"Aku terima kok, Ma." Cyra tertawa kecil. "Aku tetep jadi ibu meskipun melahirkan secara caesar." Cyra pernah mendengar jika melahirkan caesar kata orang tidak sepenuhnya merasakan perjuangan seorang ibu, padahal nyatanya baik caesar ataupun normal semuanya sama-sama membutuhkan perjuangan.

CYRA 2 {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang