Aslan | 14

3.5K 243 29
                                    

Hiatusnya kelamaan ya?😭🙏🏻

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

   Panik adalah hal pertama yang dirasakan Leon setelah mengetahui putra satu-satunya juga ikut masuk rumah sakit. Dalam perjalanan, Leon tak bisa berhenti mengumpat. Pikirannya sangat kalut. Ia sangat takut terjadi sesuatu kepada Aslan.

   Sesampainya di rumah sakit, Leon langsung berlari menuju ruangan UGD. Ada dua polisi yang tengah berbincang di depan sana. Namun melihat kehadiran Leon, mereka langsung menghampirinya.

   Sedikit informasi, Aurora berada di rumah sakit yang berbeda dengan Aslan. Karena rumah sakit yang di tempati Aslan saat ini yang terdekat dengan kejadian ia dikeroyoki.

   "Pak Leon?"

   "Gimana ini bisa terjadi?" Leon melontarkan pertanyaan itu dengan amarah tertahan.

    Polisi itu berdehem, "Kami sudah mengkonfirmasi dan menemukan bukti kuat dari saksi. Bahwa ini adalah aksi pengeroyokan. Pelaku akan segera kami cari dan tangkap. Untuk bukti dan siapa saksi anda bisa ikut kami ke kantor polisi." tuturnya.

    Leon mengusap wajah kasar dan mengangguk. Sebelum pergi lagi, ia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. Yaitu Romeo—Tangan kanannya. "Bagaimana dengan istri saya?" Tanyanya begitu panggilan tersambung.

   "Nyonya sadar. Namun, beliau terus bergumam nama Aslan. Apa yang harus saya lakukan?"

   Leon terdiam beberapa saat. Lalu berkata, "Nggak usah lakuin apapun, cukup biarkan dia sendiri, dan jangan sampai dia tau Aslan di rumah sakit!"

   "Baik, tuan."

***

   "Mama serius bakal berangkat?"

   Jenna mengangguk dengan tatapan fokus pada jalanan. "Yes, Shean. Kamu tau kan pekerjaan ini penting, mama nggak bisa tinggalin. Dua hari aja kok, mama janji bakal pulang. Okey?"

   "Oke, Shean ngerti kok." Jawab Shean tersenyum paksa. Pasalnya, mereka baru-baru saja berada di sini karena pekerjaan Jenna tetapi lagi dan lagi, karena pekerjaan juga, Jenna harus berangkat selama dua hari. Hal itu membuat Shean khawatir.

   Mamanya bahkan jarang berada di rumah dan kini harus berangkat pergi lagi. Shean khawatir dengan kesehatan mamanya itu, walau mamanya selalu meyakinkan dirinya bahwa wanita itu baik-baik saja. Tetap saja, Shean takut mamanya berakhir drop karena terlalu sibuk pada pekerjaan.

   "Ma! Awas!"

   Citt!

   Wajah Shean hampir saja terhantam dengan dashboard akibat mamanya langsung mengerem secara mendadak setelah mendengar pekikan Shean. Keduanya sama-sama terkejut begitu melihat sesuatu dari dalam mobil.

   Shean melirik Jenna yang berancang-ancang ingin keluar dari mobil.

   "Ma, kayaknya jangan deh, kita telpon polis—" Ucapan Shean terpotong kala Jenna mengabaikannya dan langsung keluar dari mobil dengan ponselnya. Shean menatap khawatir sang mama dari dalam mobil, Jenna terlihat sedang berbicara dengan beberapa pemuda yang memegang beberapa benda.

   Shean menutup mulutnya saat Jenna hendak dipukul, namun tidak sempat karena Jenna menunjukkan sesuatu dari ponselnya hingga seperkian detik mereka langsung berlari terbirit-birit. Membawa seseorang yang terkapar lalu pergi dengan motor masing-masing. Shean tidak tahu apa yang Jennq tunjukkan pada mereka hingga mereka lari, tetapi Shean tidak perlu memikirkannya, baginya yang penting orang itu sudah pergi.

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang