𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
Aslan berlari disepanjang lorong rumah sakit dengan wajah paniknya. Bersama Shean. Mereka berlari masuk ke dalam lift, air mata Shean sudah berderai tak henti-henti, sepanjang perjalanan Aslan menenangkan gadis itu sebisa mungkin, walau caranya harus sedikit kasar.
Sebelum pergi dari apartemen, Shean mendapatkan kabar bahwa Jenna kecelakaan lalu lintas— Insiden itu, membuat Shean kalang kabut dan mau tak mau meminta Aslan mengantarnya.
Mereka berdiri di ruang UGD, Shean meluruh, ia memukul dadanya yang terasa sesak. Ia meraung hingga membuat suster turun tangan untuk membuatnya diam.
Ini pertama kalinya, Jenna kecelakaan parah, mobilnya ditabrak oleh truk saat Jenna sedang melakukan perjalanan untuk menjual mobilnya, naas, truk tersebut mengalami rem blong— Dan, menabrak mobil Jenna hingga terseret sejauh 10 meter lalu menabrak sebuah pohon. Hal itu, menyebabkan Jenna mengalami luka pendarahan yang cukup parah.
Sampai saat ini, Shean belum mengetahui keadaan Jenna bagaimana. Operasi tengah berjalan saat dia langsung di larikan ke rumah sakit.
Aslan mengusap wajahnya secara kasar. Kejadian ini tak terduga dan bukan dari rencananya. Ia tak segila itu mencelakai Jenna yang sudah baik kepadanya.
Namun, Aslan tetap menyalahkan diri atas insiden itu. Ini salahnya, jika saja perusahaan tak diambang kehancuran—Juga Jenna tak berniat menjual mobilnya, kecelakaan ini takkan terjadi.
Aslan memandangi Shean yang terus terisak. Ia duduk di bangku panjang dengan tatapan yang mengarah pada gadis itu. Aslan bingung harus melakukan apa.
"Shean—"
"Jangan, Lan.. Jangan ganggu gue, tolong.." Gadis itu memohon sembari terisak. Ia muak. Muak melihat Aslan berada di sini. Ini semua terjadi karenanya, tak pantaskah Shean menganggap Aslan adalah dalang dari kejadian ini? Pria itu mampu membuat perusahaan yang dinaungi Jenna hancur dalam sekejap, itu berarti, Aslan mampu mencelakai ibunya, bukan?
Shean menaikkan pandangan, menatap nyalang penuh kebencian pada pria itu.
Berdiri dan menghampiri Aslan. "Penipu! Lo bilang lo nggak bakal nyakitin nyokap gue!"
Aslan menggeleng, "Nggak, She, gue nggak tau soal ini, gue bukan penipu."
"Terus? Apa? Pembunuh?"
"Shean!" Aslan berdiri, menatapnya dalam sarat peringatan. "Jaga mulut lo! Kejadian inu murni kecelakaan, gue nggak tau soal ini! Dan, bukan gue pelakunya!" tandasnya.
Shean tertawa getir. "Lo puas, kan liat gue menderita gini? Lo puas udah hancurin hidup gue dan nyokap gue? Iya, kan?"
Aslan meraup wajahnya sebelum memejamkan mata sekilas. Emosinya tak terbendung jika Shean terus menodongnya dengan berbagai macam pertanyaan yang memojokkan.
"Kenapa sih? Salah gue itu apa? Semenjak kehadiran lo, hidup gue hancur, tau nggak? Gue cape, Lan. Kapan sih lo lepasin gue?"
Shean mendorong dada kekar yang terlapis kaos tersebut dengan kuat. Memukulnya berulang, melampiaskan segala amarahnya lewat pukulan itu. Namun, tak ada respon dari Aslan, pukulan Shean bukan apa-apa baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASLAN
Teen Fiction‼️ FOLLOW SEBELUM BACA ‼️ Ini kisah Aslan, sosok kejam yang ditakuti murid-murid. Awal pertemuan mereka, Aslan itu cuek, aneh dan tertutup. Namun, dibalik itu semua Aslan adalah pria yang berbahaya. Semua murid menjulukinya SI PENGUASA KEJAM...