Aslan | 27

4K 290 45
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

    Disisi lain, Shean tengah berada di lorong rumah sakit dengan beberapa bawaan yang cukup banyak. Setelah membereskan pakaian Jenna untuk dibawa, ia langsung menempuh perjalanan ke rumah sakit.

    Ia sedikit berjalan tergesa-gesa, harusnya Shean datang menjenguk Jenna pagi, tetapi karena ia terlalu nyenyak tertidur, ia pun baru bangun pada pukul 11. Butuh waktu satu jam lebih untuk Shean membersihkan dirinya, membereskan rumah, dan menyusun pakaian untuk Jenna disana.

    Tak lupa membawa beberapa pakaian milik dirinya, karena mungkin setelahnya, ia akan sering menghabiskan waktu disana.

    Mengenai kelanjutan kecelakaan tersebut, Shean sudah dihubungi oleh polisi, pelaku akan membayar denda sekaligus membiayai seluruh perawatan rumah sakit. Tetapi, Shean menolaknya. Ia memilikki alasan tersendiri mengenai hal ini.

   Shean masih memilikki hati nurani, ia tahu, bahwa supir pelaku tersebut tak berniat menabrak—Ia hanya lalai. Shean pun tak mempermasalahkannya dan berkata pada polisi, bahwa Shean memaafkannya.

    Namun, karena Aslan—Entah bagaimana bisa, pelaku tersebut dikenai jeratan hukuman penjara, ya, karena keputusan tersebut, ia harus mengubungi Aslan untuk menarik kembali gugatannya.

    Kini, setelah berada di ruangan Jenna, ia langsung mengecek ponselnya lagi, berharap Aslan membalas pesan atau menelepon dirinya.

    Shean menghela kasar, duduk di kursi yang tersedia seraya memperhatikan monitor yang berbunyi lalu menoleh kembali pada Jenna yang masih setia memejamkan mata.

    Fokusnya terpecah saat mendengar suara deringan yang masuk. Shean segera bangkit dan keluar dari ruangan tersebut. Kemudian mengangkat panggilan dari Aslan.

    "Cabut gugatan lo! Ini urusan gue, lo nggak perlu ikut campur!" Shean langsung menyerang Aslan dengan kata-katanya.

    Ia tak habis fikir juga, bagaimana polisi bisa mengiyakan begitu saja? Dan memenjarakan supir yang baginya tak bersalah itu tanpa persetujuan darinya? Bukankah yang berhak adalah Shean?

   Ah, ia lupa, Aslan kan memilikki kekuasaan tinggi.

    "Why? Apa hukumannya kurang? Perlu gue tambahin lagi?"

    Shean memijat pangkal hidungnya dan menghela nafas panjang. Ia harus ekstra sabar dalam menghadapi pria gila yang penuh kekuasaan itu.

    "Lo nggak bisa lakuin itu tanpa persetujuan gue, Lan! Gue yang berhak disini, bukan lo!" tekannya.

    "Lo maafin dia gitu aja? Nyokap lo hampir mati, Shean!"

    "Gue tauu! Tapi itu bukan masalahnya, Lan— Intinya, dia nggak sengaja, kan? Please.. Gue mau lo lepas gugatan itu.." Shean menggigit bibir dalamnya, ia harus bagaimana lagi jika Aslan bersikeras memenjarakan supir malang itu, selain harus memohon.

    "Oke." setelah itu sambungan terputus.

    Shean menghela nafas lega dan akhirnya masuk ke dalam ruangan. Ya, setidaknya Aslan sudah mengiyakan, berarti ia akan melepaskan gugatan tersebut.

    From Violet : sheee, kamar nmr brp? gue udh d loby nii.

    Shean mengulas senyum. Violet sudah ia beri tahu sebelumnya mengenai kecelakaan yang dialami Jenna. Violet pun berniat menjenguknya sekaligus menemani Shean disana.

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang