Aslan | 11

4.5K 334 59
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

   Aslan melangkah sempoyongan di sebuah lorong. Kepalanya terasa berat akibat meneguk banyak alkohol hingga berakhir mabuk, matanya berkunang-kunang namun Aslan tetap mencoba melangkah menuju sebuah unit apartemen.

   Ia sampai di depan sebuah unit tersebut. Aslan menghantupkan kepalanya pada pintu tersebut, tersenyum gila seraya mengetuk pintu itu dengan lemah padahal ada bel yang berada disamping pintu tersebut. Ia menyentuh keningnya yang terasa amat berat, pada akhirnya Aslan meluruh dengan keadaan kacau. Ia hanya bisa berharap orang yang ia butuhkan saat ini membuka pintu.

    Beberapa menit kemudian, terdengar suara dari dalam, hingga pintu terbuka.

    Seorang perempuan dengan balutan piyamanya muncul dari balik pintu, menyipitkan matanya—Memandangi pria yang terduduk di lantai dengan bingung—Hingga detik selanjutnya matanya melebar dan dengan segera menghampiri Aslan.

    "Astaga, lo ngapain masih keluyuran jam segini?" ocehan Darissa terhenti kala ia mencium bau yang menyengat. "Lo mabuk?! Ya, tuhan!" Lanjutnya mengoceh yang sama sekali tak digubris Aslan.

    Aslan memandangi wajah Darissa dengan intens, tersenyum dan segera mendekap perempuan itu. Sang empu begitu terkejut dan hendak melepaskan namun Aslan menahannya.

    "Gue butuh lo, Sa."

***

   "Duduk sini, biar gue buatin minum." titah Darissa dengan lembut.

    Aslan menurut—Duduk di kasur milik Darissa. Setelah itu Darissa beranjak pergi keluar dari kamar, meninggalkan Aslan yang kini diam. Ia mengusap kasar wajahnya, Aslan memikirkan hal bodoh yang ia lakukan. Pertama, pergi dari Leon dan Aurora. Kedua, pergi ke club dan berakhir mabuk. Terakhir, yang paling ia sesali adalah berada di unit apartemen Darissa.

    Aslan melirik jam tangannya, yang sudah menunjukkan pukul 02.00. Aslan masih ingat beberapa kejadian, tak detail namun ia ingat jelas bagaimana ia datang dan memeluk Darissa lalu tak lama terkapar dipelukan perempuan itu. Entah bagaimana Darissa mengangkutnya ke kamar. Yang jelas ini adalah tindakan bodoh yang ia sesali.

     Ia takut menyesali karena tak bisa mengontrol dirinya apalagi tadi, ia dalam keadaan mabuk.

     Suara pintu terbuka, mengalihkan perhatian Aslan. Ia melirik Darissa dari ekor matanya. Terlihat perempuan itu membawa segelas di nampan. Darissa meletakkan gelas itu di nakas dan ikut duduk di samping Aslan. Darissa memandangi Aslan yang terlihat gusar.

    "Minum dulu." ujarnya sembari menyerahkan sebuah gelas. Aslan bergeming. Tak menyentuhnya sedikitpun, membuat Darissa menghela nafaa dan kembali menaruh gelas itu.

    Terjadi keheningan.

     Darissa menatap Aslan yang hanya diam, pria itu kacau dan terlihat banyak pikiran. Darissa baru menyadari, sepertinya Aslan sedang dalam masalah.

    "Lan, mau gue peluk?" Pertanyaan Darissa memecahkan keheningan dan membuat Aslan menoleh. "Lo nggak perlu cerita masalahnya kalo emang belum siap, gue cuma mau kasih lo sandaran." Lanjutnya gugup.

    Tiba-tiba dan tanpa berkata sepatah katapun, Aslan langsung merengkuh Darissa—Menyembunyikan wajahnya di ceruk leher perempuan itu.

     Beberapa saat, Darissa terdiam. Jantungnya semakin berdetak kencang, ia merasa pikirannya blank seketika. Darissa membalas pelukan Aslan seraya
menepuk pelan punggung kekar pria itu.

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang