Aslan | 1

16.1K 901 91
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

   Seorang perempuan cantik berdiri di depan sebuah rumah mewah dengan kedua tangan yang memegang dua koper besar. Kedua matanya menatap rumah tersebut dengan penuh kegembiraan, senyumnya mengembang dengan matan yang kini mulai menyipit. Rumah minimalis yang luas, halaman terlihat bersih, dan nuansanya yang berwarna putih dan cokelat. Terlihat indah saat di lihat. Ia menyukainya.

  "Shean, biar mama aja yang angkat kopernya." Ucap seorang wanita paruh baya diiringi dengan senyumanya.

   Sheanna Fabriella, lebih akrab di panggil Shean. Lahir sekaligus tinggal di Los Angeles, karena mamanya menikah dengan seorang pria asing, mamanya pun harus mengikuti almarhum suaminya yang memang berasal dari Los Angeles. Ini bukan pertama kalinya Shean ke bandung— kota asal sang mama lahir. Sudah berkali-kali ia dan mamanya berkunjung ke bandung tetapi kali ini ia tidak hanya berkunjung melainkan pindah.

   Setelah papa sekaligus suami mamanya meninggal, mamanya mulai bekerja di sebuah perusahaan untuk menafkahi Shean. Ia pun di pindahkan pekerjaan di daerah bandung untuk jangka waktu yang cukup lama.

  Berapa lama? Shean juga tak tahu karena ia tidak begitu memikirkan berapa lama ia di sini.

  Sheanna Fabriella, perempuan cantik yang kini duduk di bangku kelas 12. Rambut hitam panjang yang bergelombang, bola mata berwarna hitam, hidung mancung dan alis yang tebal. Wajahnya yang rupawan mampu membuat pria akan bertekuk lutut jika melihatnya. Shean selalu bisa menarik perhatian pria manapun dengan wajah cantik dan sikapnya yang ramah.

  "Nggak usah, mah. Shean bisa kok," jawab Shean dengan cepat. Ia melangkah dengan dua koper yang ia seret. Meninggalkan sang mamah yang kini tersenyum tipis.

  Langkah Shean terhenti di depan pintu rumah minimalis berwarna cokelat itu, seorang pemilik rumah lama memberikan kunci tersebut pada mamanya yang langsung di terima sang mamah. Shean memperhatikan Jenna, sang mama yang kini membuka pintu rumah minimalis tersebut.

  Helaan nafas Shean terdengar lega saat Shean masuk ke dalam rumah itu. Ia melangkah menaiki tangga menuju sebuah kamar dengan dua koper tersebut. Setelah beberapa menit mengangkat koper itu, Shean langsung melangkah meninggalkannya.

  Perlahan ia membuka pintu berwarna cokelat yang terletak di ujung. Shean mengerjapkan mata, mengedarkan pandangan dengan kaki jenjangnya yang ikut melangkah.

  Shean berjalan dan duduk di sebuah ranjang yang sudah tersedia. Ia melepas cardigan yang melekat di tubuhnya. Tersisa tanktop hitam dan celana jeans miliknya.

  "Shean, mama ngobrol dulu ya sama temen mama." Kebetulan sekali pemilik rumah lama yang menjual rumah mewah ini adalah teman SMA Jenna, sang mama.

  Shean mengangguk kecil. Setelah sang mama menghilang dari pandangannya, barulah Shean berdiri seraya melangkah keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.

  Ia menyusuri rumah tersebut, sebenarnya Shean menyukai rumah ini namun... bukankah ini terlalu mewah? Sedikit aneh jika Jenna tiba-tiba bisa membeli rumah mewah ini apalagi di kawasan perumahan yang terkenal dengan orang-orang kaya atau pejabat tinggi.

  Darimana Shean tahu? Dari awal datang, perumahan di sekitarnya sangat mewah bahkan jauh lebih mewah dari rumah yang akan ia tempati, Shean sempat mendengar Fina berbicara tentang kawasan rumah yang mereka tempati sepenuh penghuninya adalah orang kalangan atas— Yang kaya dan memilikki segalanya.

  Pekerjaan Jenna adalah seorang sekretaris di sebuah perusahaan besar. Selain itu, saat di Los Angeles mereka tinggal di apartemen yang terbilang cukup kecil. Sebenarnya, menurut Shean, cukup aneh jika Jenna bisa membeli rumah yang kini mereka tempati terutama pada kawasan ini.

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang