Aslan | 16

3.8K 254 75
                                    

INFO!!
KARENA AKU MAU REVISI CERITA INI, JADI MAAF YAA KALO SEMISAL NANTI AKU LAMBAT UP, TAPI TENANG AJA, AKU NGGAK NGUBAH ALUR DARI PART 1, CUMA MEMPERBAIKI TYPO SAMA SUSUNAN WORDNYA AJA.

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

    "Kalo gue bilang, gue pacar lo, gimana?"

  Ya tuhan, omong kosong apa ini?

    "Gue harus pulang." Cicitnya mengalihkan pembicaraan.

  "Hm?"

  Shean membuka matanya perlahan dan dapat ia lihat Aslan yang mengukungnya dengan satu tangannya, pria itu menatapnya lekat.

  "Lo jangan becanda deh." Ucapnya tertawa garing. Namun pudar setelah melihat wajah Aslan tampak serius.

  Shean meneguk ludahnya. Ia melirik ke samping Aslan, memandang apa saja asal tidak menatap lelaki itu.

  "Gue nggak becanda,"

  Sebenarnya ada apa dengan Aslan? Aneh sekali tiba-tiba mencarinya lalu mengatakan hal yang bagi Shean sangat mustahil. Ia menjadi pacar Aslan? Oh, bahkan berdekatan dengan Aslan tak pernah terpikirkan sebelumnya.

  Apapun tentang Rezgart, Shean ingin menjauh dari lingkungan itu. Karena ia selalu mengingat peringatan Violet.

  "Gue nggak tau sebenarnya lo kenapa. Gue bakal anggap pertemuan kita hari ini nggak ada, atau lo bisa anggap kita nggak pernah kenal. Soal omongan lo tadi gue anggap nggak pernah denger. Dan, sebaiknya jangan temuin ibu gue dan satu lagi, jangan nyuruh temen lo buat bawa gue." tutur Shean panjang lebar. Gadis itu tersenyum paksa lalu melangkah melewati pria itu.

  Sebelum membuka pintu, Shean menyempatkan untuk berpamitan. "Gue pergi, cepat sembuh ya."

  Setelah keluar dari ruangan itu, Shean bernafas lega tapi tak lama ketika ia melihat beberapa pria yang memakai jaket Rezgart tadi masih berada di sini—Sahabat Aslan. Tak hanya itu, Shean juga mendapati dua perempuan yang berdiri di sana. Memandanginya dengan tatapan sinis.

  Shean meremas roknya dan perlahan Shean melangkah mengabaikan tatapan-tatapan tajam yang menghunusnya, ia merasa tak nyaman, gugup dan takut. Dengan segera, Shean mempercepat langkahnya.

  Darissa dan Ghea saling bertatapan, Ghea mengedikkan bahu acuh sedangkan Darissa tampak mengernyit dengan tatapan yang masih tajam menyorot kepergian Shean.

  Tanpa sadar, Darissa mengepalkan tangan. Ia merasakan perasaan aneh yang menjalar. Hatinya terasa panas, amarahnya seakan ingin meledak dan rasa kesal yang menjadi satu. Mungkinkah.. ini cemburu?

  Sebenarnya hubungan mereka apa? Apa ada suatu hal yang tak ia ketahui? Aslan.. Pasti mereka memyembunyikan sesuatu. Darissa yakin itu.

  Cukup lama Darissa melamun hingga ia tersentak ketika sebuah tangan menyentuh bahunya.

  "Ris, ayo masuk." Ajak Marvell.

  Darissa menoleh dan mengangguk. Ia melangkah masuk bersama teman-temannya.

***

  Darissa menyuapkan sesendok bubur kepada Aslan. Pria itu tampak membuka mulut dan menerimanya. Lalu kembali fokus pada ponselnya dengan serius. Darissa meletakkan piring tersebut dinakas dan mengambil segelas air putih.

  Ia kembali membantu pria itu untuk meneguknya. Aslan tampak menerima semua perlakuan Darissa sedari tadi. Menyuapinya, membantunya minum, dan hal lainnya.

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang