bantu komen ya kalo ada typo🥰
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
"Violet?" Genta membelakkan mata, sangking terkejutnya. Begitu juga dengan Aslan, mereka tak percaya seseorang yang tak pernah mereka perkirakan selama ini ialah dalang pembunuhan Ghea.
Violet hanya diam tak berkutik, ia hanya bisa menunduk penuh ketakutan. Genta mengeraskan rahangnya dan melangkah mendekati Violet lalu menarik rambut perempuan itu. Violet berteriak keras kesakitan dengan air mata yang meluruh.
"Ampun.." Violet menangis ketakutan. Bukan takut karena merasa bersalah, ia takut dengan Nero. Pikirannya terus terisi lelaki gila itu yang membuatnya berada di kantor polisi.
Beberapa polisi berdatangan dan langsung menarik Genta, melerai keduanya.Violet tersungkur dengan keadaan kacau, ia terisak. Begitu juga dengan Genta, ia kembali menangis sambil meratapi nasib, pelaku yang sudah tertangkap apakah bisa mengembalikan kembarannya? Apakah dengan Violet di penjara bisa menghidupkan Gheanya?
Gladys memeluk anak lelaki semata wayangnya tersebut dan ikut terisak. Ada perasaan sedikit lega mengetahui pelakunya sudah tertangkap, meski dia masih tak ikhlas karena kematian Ghea, tak bisa dipungkiri ada rasa ingin mencabik perempuan yang telah membunuh anaknya.
"Mohon untuk keluar, biar kami yang akan mengurus." ucap salah satu polisi sambil menghadang.
Gafra menarik istrinya mendekat setelah sang istri melepas pelukan, ia juga merangkul sang putra untuk keluar. Ia memberikan isyarat lewat lirikan kepada Aslan agar ikut keluar bersama dirinya. Bagi Gafra, air matanya sudah kering. Menangisi dan meratapi kematian anak perempuannya sudah tiada gunanya, yang harus ia lakukan terakhir untuk bertanggung jawab atas kematian putrinya hanya dengan menghukum sang pelaku, memberinya balasan yang setimpal.
Kasus ini tidak akan selesai begitu saja. Akan ia pastikan hidup Violet tidak akan setentram dahulu lagi, bahkan seluruh keluarga Violet— Mereka semua akan mendapatkan balasan akibat perbuatan Violet, tidak akan ada yang Gafra biarkan tenang setelah ini.
"Kita tutup kasus ini dengan tertutup ya, sayang." Gafra berujar pelan sambil mengelus surai rambut halus milik Gladys yang sedang terisak. "Aku pastiin hidup mereka nggak akan tenang dimanapun mereka berada." Tersirat nada ancaman yang penuh kebencian sebelum ia tersenyum saat Gladys meliriknya.
***
Keadaan Shean masih sama. Ia terpuruk dan juga kacau.
Semua orang menatapnya dengan tatapan jijik. Tak jarang, banyak yang terang-terangan memberikannya kata kasar, tak takut— Mereka juga berani mendorong Shean.
Shean mengeratkan jari jemari pada tasnya, kepalanya hanya menduduk sepanjang berjalan di koridor. Semua orang memusuhinya, mereka membenci Shean. Bahkan ramai di situs sekolah yang membicarakan soal dirinya sebagai pembunuh.
Suasana mendadak hening ketika Shean melangkahkan kakinya di kelas tersebut. Mereka semua memberikan tatapan takut, sinis, serta jijik. Shean berusaha mengacuhkan dan tetap berjalan ke bangkunya, duduk seraya melepaskan ranselnya.
"Cih, sok sedih!"
"Padahal mah pembunuh, sumpah eneg banget kok bisa berani sekolah ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASLAN
Teen Fiction‼️ FOLLOW SEBELUM BACA ‼️ Ini kisah Aslan, sosok kejam yang ditakuti murid-murid. Awal pertemuan mereka, Aslan itu cuek, aneh dan tertutup. Namun, dibalik itu semua Aslan adalah pria yang berbahaya. Semua murid menjulukinya SI PENGUASA KEJAM...