Aku duduk dikurung gelita.
Ditemani lilin yang hampir habis dimakan sedu.
Kuas menari di atas kanvas, melukis merah bibir penuh jelita.
Seraya melihat foto yang bingkainya disulam oleh rindu.Bukankah aku harusnya bahagia?
Lantas kenapa isak ku berada di ujung mata?
Apakah ini rasanya dibungkam semesta?Apa kau akan kecewa melihatku begini?
Apa kau akan murka melihatku begini?
Apa kau akan menangis melihatku begini?Aku terlalu cemburu, kau sudah terlalu nyaman tinggal di rumah baru.
Sementara di sini hanya tersisa bau mu yang bisa terhidu.
Bahkan jejak telapakmu ikut tersapu.
Tidak ada kiasan untuk kata rindu.Akhirnya, aku sudahi perang batin di dada.
Di sambut indahnya arunika.
Akhir kata.
Sampai jumpa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Iseng
PoetryBerisi sajak iseng yang tertuang diantara malam dan siang. Ditulis oleh sebuah tinta yang keluar dari balik jemala. Dariku sajak sederhana.