Nineteen

3.5K 355 199
                                    

Happy Reading.

***

2 April 2012, 1:23PM, Los Angeles, California.

"Jen ayolah jangan sampe putus cinta membuat lo mati kelaparan" keluh Laura yang sedari tadi memaksa Jenny untuk makan karna temannya itu belum makan dari semalam.

Jenny tak bergeming ia masih setia memeluk gulingnya sambil menatap kosong pemandangan Los Angeles di bawah sana melalui pintu kaca balkon kamarnya.

"Raa" panggil Sari.

Laura menengokkan kepalanya kebelakang dan ia menyeringit menatap wanita yang jauh lebih tua darinya berdiri di samping Sari.

"Sini"

Sari melambaikan tangannya agar Laura menjauhi Jenny, Laura meletakkan mangkuk bubur itu di atas meja nakas dan menghampiri Sari dengan kerutan bingung di dahinya.

"Siapa Sar? tanya Laura.

"Saya Bunda, Jenny memanggil saya dengan sebutan itu" jawab wanita itu tersenyum tipis.

"Laura Bund" ucap Laura menyalimi.

Bunda kembali tersenyum tipis saat Sari menarik Laura untuk keluar membiarkan dirinya dengan Jenny berdua, Bunda berjalan menghampiri wanita yang sedang melamun itu.

"Jenny" panggil Bunda mengusap kepalanya.

Jenny yang merasa kenal dengan suara itu langsung membalikkan badannya dan ia langsung memeluk Bunda dengan sangat erat.

"Amelia pergi ninggalin Jenny Bunda" adu Jenny mulai menangis dalam dekapan wanita yang belum terlalu ia kenal namun ia merasa sangat nyaman itu.

Bunda mengusap punggung Jenny yang bergetar "Menangislah kalau itu membuatmu baik, tapi jangan pernah berpikir kalau seseorang yang mencintaimu telah meninggalkanmu, jika kamu masih mencintainya dia akan selalu ada dalam hatimu." ucap Bunda semakin membuat Jenny menangis kencang sampai sesegukkan.

Bunda tak akan meminta Jenny untuk berhenti menangis, Jenny adalah manusia yang mempunyai hati, dengan menangis perasaannya akan lebih terobati.

"Jangan terlalu larut dalam kesedihan sayang, yakinlah orang yang benar-benar mencintaimu pasti akan pulang menemuimu" ucap Bunda saat tangis Jenny mulai sedikit mereda.

"Gimana kalau Amelia mencintai Jenny hanya sebatas kata? tidak benar-benar dari dalam hatinya?" tanya Jenny merenggangkan pelukkannya untuk menatap Bunda dengan berlinang air mata.

"Itu hanyalah pikiran buruk yang mempengaruhi dirimu, walaupun Bunda hanya bertemu denganmu dan Amelia saat di lift, Bunda merasa Amelia juga sangat mencintaimu, bukankah kamu melihat dia benar-benar sangat nyaman saat tidur dalam dekapanmu?" ucap Bunda menghapus air mata Jenny dengan ibu jarinya.

"Amelia mengajari Jenny bagaimana cara mencintainya tapi Amelia tidak mengajari Jenny cara untuk berhenti mencintainya" ucap Jenny menutup wajah dengan kedua tangannya dan kembali menangis saat merasakan hatinya kembali terluka.

"Apa kamu ada keinginan untuk berhenti mencintainya?" tanya Bunda mengelus punggung Jenny membiarkan wanita itu mengeluarkan racun dari dalam tubuhnya melalu tangisan.

Jenny menggeleng lemah "Jenny lelah Bunda, tapi Jenny tidak pernah berpikir untuk berhenti mencintai Amelia." ucapnya memeluk kedua kakinya dengan wajah yang ia benamkan di kedua lututnya.

"Jangan memaksakan apa yang tidak kamu bisa lakukan, cukup tetap mencintainya sampai dia kembali dalam pelukkanmu" ucap Bunda mengelus kepala Jenny dengan lembut.

"Kalau dia tidak kembali bagaimana Bunda?" tanya Jenny mendongak agar bisa menatap mata wanita yang lebih tua darinya itu.

Bunda tersenyum dengan ragu ia berkata "Ikhlaskanlah"

Forever With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang