Twenty - One

3.3K 373 155
                                    

Special Satnight.

Happy Reading.

***

4 April 2012, 5:47 AM, Jakarta, Indonesia.

Burung berkicauan menyambut terbitnya matahari dari ufuk Timur. Rumah besar ini terlihat sangat tentram pagi ini, para pembantu dan tukang kebun sedang sibuk dengan tugas mereka masing-masing.

Angin berhembus kencang seiring dengan suara berisik dari atas langit. Helikopter berwarna merah tersebut perlahan landing di lapangan golf yang terdapat di samping kiri rumah mewah itu.

Para asisten rumah tangga, securty, dan banyaknya tukang kebun mulai berbaris di samping tangga helikopter yang perlahan terbuka, bersamaan mereka menundukkan kepala saat seorang wanita memakai blazer biru tua turun dengan sangat anggun.

"Selamat pagi Lady Jenny" ucap mereka serempak membungkukan tubuh mereka dengan hormat.

"Aduh kesandung!" ringis Lisa ia langsung tersenyum canggung sambil bergelayut di lengan Jenny.

Lisa tidak bisa menahan keterkejutannya saat sampai di rumah berlantai 4 ini, Lisa bahkan ragu bahwa ini adalah rumah, baginya ini adalah istana.

Rumah bercat putih itu di kelilingi dengan pepohonan sejuk di sekelilingnya, luas rumah sekaligus halamannya sangat besar. Lisa langsung menebak rumahnya yang selalu dibilang rumah terbesar dan terkaya jika di bandingi dengan rumah Jenny mungkin rumahnya hanya seperempat saja.

"Dimana papa?" tanya Jenny melepaskan tangan Lisa, temannya itu benar-benar norak.

"Ada di ruang santai Lady" jawab salah satu pembantu mewakilkan.

Jenny hanya mengangguk kemudian berjalan dengan sangat anggun menaiki mobil golf listrik yang akan mengantarkannya dan Lisa mencapai pintu utama.

Lisa sangat merasa kecil disini, melihat pembantu di rumah ini saja seperti melihat artis selebriti, pakaian mereka sangat formal tidak mencerminkan seperti asisten rumah tangga pada umumnya, tukang kebun dan securty memakai jas hitam membuat mereka menjadi terlihat lebih gagah.

"Oh shit! mereka punya senjata?" bisik Lisa terkejut pada Jenny.

Saat di perjalanan menuju pintu utama Lisa tak sengaja melihat seorang asisten memasuki pistol di balik bajunya.

Jenny menghela nafas "Tenanglah, jangan bersikap mencurigakan karna seluruh pekerja disini sudah terlatih bela diri dengan senjata, jadi jangan sampai mereka curiga kalau lo penguntit bisa-bisa lo langsung di tembak mati saat ini juga" ucap Jenny dengan tenang.

Lisa menggigit bibir bawahnya, ia seperti masuk ke dalam rumah presiden yang tidak boleh bergerak bebas, sangat menakutkan.

"Kita sudah sampai, semoga harimu menyenangkan Lady" ucap sang supir beraksen Italia.

Jenny tak menjawab ia hanya memasang raut wajah dinginnya dan berjalan memasuki rumah dengan Lisa yang berjalan di sampingnya.

Para pekerja di rumah ini memang sudah biasa dengan sikap dingin Lady mereka, dari kecil memang Jenny sudah memiliki sikap seperti itu karna orang tuanya tidak pernah mendidiknya seperti anak kecil seumurannya melainkan di didik untuk menjadi seorang pemimpin sejak ia berumur 3 tahun.

Dua pria yang menjaga di depan pintu menunduk sebelum mereka membukakan pintu utama. Jenny masuk bersama Lisa yang langsung di sambut dengan hormat dari puluhan asisten rumah tangga.

Setiap langkah Jenny melewati mereka para asisten itu membungkukkan tubuh mereka dengan tangan yang di taruh di depan dada.

"Welcome home Lady, tuan sudah menunggu anda" ucap kepala asisten membungkuk dengan penuh ke hormatan.

Forever With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang