Happy Reading.
***
"Selamat sore Lady" sapa seorang suster tersenyum saat berpapasan dengan pasien yang berada di kursi roda itu.
"Sore sus" Jenny balik menyapa dengan senyumannya.
Sudah hampir dua minggu Jenny dan Amelia melakukan masa pemulihan mereka, tak ada sedetikpun mereka hilang dari pengawasan, orang-orang yang berada di sekitarnya selalu merawatnya tanpa mengeluh.
"Amelia dimana Pa?" tanya Jenny dengan suara seraknya.
Jenny belum sembuh total, ia masih bergantung pada kursi roda jika mau kemana-mana, dan tentunya harus selalu dalam pengawasan.
Regi yang mendorong kursi roda Jenny tersenyum ketika anaknya bertanya padanya padahal seminggu ini Jenny sadar tidak pernah sekalipun mau berinteraksi padanya.
"Papa ga tau, tadi sih pas kamu mandi dia di bawa jalan-jalan sama Andre dan Adinda" jawab Regi membelokkan kursi roda itu menuju taman rumah sakit.
"Pa kita harus cari Amelia! Aku takut saudara-saudaranya bakal menyakiti Amelia pa ayo!" ucap Jenny panik.
Regi memberhentikan kurai roda itu tepat di depan air mancur rumah sakit, ia berlutut di depan Jenny dengan senyumannya.
"Jenny kamu ga boleh langsung berprasangka buruk pada seseorang, dulu Andre dan Adinda memang jahat pada adiknya, tapi semua orang bisa berubah menjadi lebih baik sayang apa lagi sama saudara kandungnya sendiri, yakan?" ucap Regi menasehati.
Jenny melempar pandangan ke arah lain memutuskan kontak mata oleh papanya "Papa udah ga marah lagi sama aku?" tanya Jenny lirih enggan menatap mata sang papa.
Regi lagi-lagi tersenyum, ia memegang pipi Jenny agar kembali menatapnya "Papa marah sama kamu kemarin sebelum papa tau kalau putri papa ini cuma bisa hidup kalau ada Amelia Jihane Chedid yang berada di sampingnya" ucap Regi tertawa melihat Jenny yang tak bisa lagi menahan senyumnya.
"Makasih ya pa udah nerima aku dan kelainan aku sebagai putri papa" ucap Jenny menggenggam tangan papanya.
"Harusnya papa yang berterima kasih sama kamu karna sudah memberi kesempatan untuk bisa mencintai kamu sebagaimana ayah lain yang mencintai putri tunggalnya" ucap Regi mencium kening Jenny "Maafin papa ya sudah menyusahkanmu dari kamu masih balita" lirih Regi.
"Mama juga minta maaf ya sayang karna tidak bisa memberi waktu untuk melihat pertumbuhanmu, sekarang mama nyesel banget ternyata putri mama ini udah tumbuh dewasa bahkan sudah bertemu teman di masa tuanya nanti" ucap Vania memeluk Jenny dari belakang.
Regi ikut memeluk Jenny dari depan hingga kepala mereka saling bentur yang membuat mereka tertawa. Jenny memejamkan matanya saat merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan dari kedua orang tuanya, ia sangat bersyukur karna tuhan memberinya kesempatan untuk hidup kembali bahkan kehidupannya jauh lebih baik dari yang kemarin.
"Jen itu bukannya Amelia?" tanya Vania menunjuk seorang wanita yang sedang duduk di bangku taman bersama seorang wanita lain dan pria bersamanya.
Jenny mengangguk semangat "Ayo kesana" ucap Jenny.
"Udah kangen banget ya sama pacar kamu?" tanya Regi dengan tawanya namun Jenny hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Regi mendorong kursi roda Jenny menuju bangku taman, ketiga orang yang menyadari kedatangan Jenny tersenyum menyambut wanita itu.
Adinda dan Andre bangun dari duduk mereka.
"Gimana kabar kamu Jenny?" tanya Adinda dengan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever With You (End)
Roman d'amourThrowback 2011 - 2013. "Ketika racun adalah jawabannya." JENMEL FANFICTION. WARNING GxG.