03 || Dia

8.7K 714 1
                                    

Pintu kamar Alhara terbuka, menampilkan gadis cantik dengan seragam putih abu-abu yang dipadukan dengan kerudung segi empat berwarna putih, ransel yang tersampir di bahu kanan juga buku paket yang ada di pelukannya.

"Udah mulai belajar Dek?" Tanya Ardhan, kakak Alhara.

"Iya, Bang, semalam diinfo-in sama Bu Nia di grub," jawab Alhara sambil menaruh buku dan tasnya di meja ruang tengah.

Ardhan hanya mengangguk.

"Nih! Susu coklat dan kopi susu kesukaan anak-anak Bunda," Kata Bunda Hanum yang berjalan ke arah meja makan dengan membawa dua buah gelas berisikan susu coklat dan kopi susu.

Alhara mengambil susu coklat yang diberikan oleh Bunda Hanum, dan kopi susu diberikan pada anak pertama, Ardhan Muhammad AlFarabi.

"Oh iya, Bunda, kemarin Lara diminta sama Bu Nia untuk ikut olimpiade matematika," ujar Alhara dengan sesekali menyeruput susu coklat favoritnya.

"Udah dek, ikut aja. Nanti yang bimbing kamu biar Abang," balas Ardhan dengan kesombongan tingkat dewanya.

"Ikut saja, Nak. Malahan bagus kalau kamu ikut, menang alhamdulillah, kalah tidak masalah, yang penting ada banyak pengalaman dan materi baru yang kamu kuasai," Kata Ayah Mannaf yang baru saja keluar dari kamar.

"Pagi, Ayah!" sambut Alhara dengan memberi pelukan hangat pada sang Ayah.

"Pagi, Sayang." Ayah Mannaf sesekali mengecup lembut pucuk kepala Alhara yang berbalut hijab.

"Pagi, yah," Ardhan ikut menyambut.

Mannaf melerai pelukannya, beralih pada Ardhan dengan menepuk bahunya.

"Pagi, jagoan, gimana kuliahnya, Nak?" Tanya Mannaf pada Ardhan.

"Alhamdulillah, lancar, Yah. 2 tahun lagi Ardhan lulus."

"Alhamdulillah, terus kapan balik ke Malaysia?"

"Mungkin minggu depan, Yah, gak tentu soalnya."

Mannaf hanya mengangguk lalu duduk di kursi samping Alhara, berhadapan dengan Ardhan dan istrinya, Hanum.

"Abang, minta tolong kamu yang antar Lara ke sekolah, ya?"

"Loh! Mang Adi ke mana, Bunda?" tanya Alhara. Bukan bermaksud untuk menolak, hanya saja, Ardhan adalah manusia tersibuk di rumah setelah Ayahnya. Juga, baru kemarin kakaknya itu menginjak Indonesia setelah berkuliah di Malaysia. Alhara tidak ingin sang Abang kelelahan karena hanya mengantarnya.

"Kenapa, Dek? Kamu gak mau?" tanya Ardhan sedikit kecewa.

"Abang gak capek?"

"Kalau untuk kamu, tidak ada kata capek!"

****

*SMA GANTALA*

Mobil Ardhan berhenti tepat di depan gerbang sekolah Alhara, ia mengulurkan tangannya untuk disalami sang adik. Alhara menerimanya dengan senang hati, katanya 'biar berkah'.

Ia segera keluar dari mobil dan melangkah masuk kedalam lingkungan sekolah saat mobil Ardhan menjauh dari hadapannya.

Saat berada tepat di bawah gerbang, ia menoleh ke arah belakang karena panggilan seseorang.

"Alhara!" Teriak seorang gadis berambut panjang sepinggang yang dibiarkan terurai begitu saja dengan hiasan bando berwarna merah.

"Jia!" Alhara melambaikan tangannya.

"Bang Ardhan udah pulang?" tanya Jia dengan berjalan beriringan bersama Alhara

"Iya, kemarin. Mungkin minggu depan balik lagi," jawab Alhara dengan pandangan lurus ke depan.

"Kabar Bunda sama Ayah kamu gimana? Udah seminggu nih aku gak main ke rumah kamu lagi."

"Alhamdulillah, Ayah sama Bunda baik-baik aja. Bdw, kenapa dua hari yang lalu kamu gak ke rumah?"

"Emangnya di rumah ada apa?"

"Kemarin semua teman Bunda sama Ayah pada kumpul, cuman mama kamu doang yang gak ada."

"Oh, kemarin keluarga aku juga kumpul, selama satu minggu ini kita nginep di Bali."

"Wah! Gak ngajak-ngajak, gak seru ah kamunya,"

"Orang kamu juga pergi sama Billa! Dasar!"

"Oh iya, ya, tapi aku, kan ajak kamu, tapi kamunya aja yang gak mau ikut."

"Orang lagi di Bali!"

Selama perjalanan menuju lantai dua, mereka habiskan dengan terus bercerita.

Saat ditangga terakhir, tiba-tiba seorang wanita menabrak Alhara dari arah depan dan membuatnya oleng kebelakang.

"Ahkkk!"

Mungkin Alhara sudah bersimbah darah karena jatuh dari tangga paling atas jika saja tubuhnya tidak di tahan oleh seseorang yang berada di belakangnya.

"Alhara!" pekik Jia yang kaget.

"Lo gak apa-apa, kan?" tanya seseorang yang masih menahan tubuhnya.

Alhara memperbaiki posisi berdirinya dengan dibantu Jia dan orang yang menabraknya tadi.

"Ma-maaf, ya, gue gak sengaja sumpah, tadi gue dikej-" Perempuan yang baru saja menabrak Alhara meminta maaf dengan nada sendunya.

"Iya gak apa-apa, lain kali hati-hati," ucap Alhara lembut.

"Sekali lagi maaf ,ya, gue turun dulu." Dibalas anggukan Alhara.

"Oh iya, makasih, ya, Kak, udah mau tolongin saya." Alhara merasa tidak enak hati pada kakak kelasnya itu.

"Iya sama-sama, tapi lo gak apa-apa, kan? Siapa tau ada yang sakit gitu."

"Gak ada kak, sekali lagi makasih"

Laki-laki itu hanya mengangguk lalu mengulurkan tangannya. "Kenalin, gue Ricky, anak kelas IPA 3."

Alhara menyatupkan tangannya didepan dada lalu mengangguk sambil berkata, "Saya Alhara, kak, kelas IPA 1."

Ricky menarik uluran tangannya lalu mengangguk sembari tersenyum, "Kalau gitu, gue naik dulu, lain kali hati-hati."

"Iya, Kak, makasih sebelumnya."

Ricky hanya berjalan menaiki tangga selanjutnya sambil mengangkat salah satu jempolnya.

*****

Tandai Typo yah!


Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang