41 || Ending

10.9K 650 24
                                    

Ini adalah bagian akhir dari cerita Lauhul Mahfudz. Selamat bertemu dicerita baru untuk menemani hari kalian🖤 Kalau sempat:v tapi InsyaAllah sempat.

Enjoy my writing♡

....

"Ihhh! ini keponakan onty?" Lucu banget! Ganteng lagi!" Pekik Alhara histeris.

Hari ini adalah perdana ia bertemu langsung dengan Hynan, anak satu-satunya dari Amara dan Revan.

"Ganteng lah, kan perpaduan mama sama papa'nya." Ucap Amara.

"Pipinya kok gembul gini! Dikasi makan apa sama mama kamu?" Alhara begitu gemas dengan sang ponakan. Sedari tadi ia terus mengunyal pipi gembul bayi 9 bulan itu.

"Alhara?" Panggil Ranti dari belakang.

Alhara, Amara, Arka dan Revan kompak menoleh. Keempatnya saat ini sedang menikmati pemandangan dari rooftop villa milik keluarga Alfarabi.

"Iya, ma?" Sahut Alhara dengan senyumnya pada sang mertua.

Ranti membalas senyum Alhara. Ia mendekat dengan nampan berisi sereal dan susu, sarapan gadis itu setiap hari akhir-akhir ini.

"Makan dulu sayang."

Alhara menoleh kesamping dimana Amara berada. "Ra. Ambil Hynan dulu nih." Katanya sembari mengangkat bayi laki-laki itu kepangkuan bunda'nya.

"Mari." Kata Amara.

Alhara mengulurkan tangan kearah Ranti, bersiap untuk mengambil nampan berisi sarapannya.

"Biar aku." Arka langsung merebut nampan itu dari sang Ibu dengan satu tangan. Tangan lainnya ia gunakan untuk menggendong Dila.

"Ma. Ambil Dila dulu."

Amara yang paham dengan situasi beranjak dari duduknya dan duduk di samping Revan yang tak jauh dari sana.

Kini giliran Arka dan Alhara yang duduk bersampingan.

"Liat sini, Yang." Kata Arka yang dilangsung dikerjakan Alhara.

Dengan senang hati Alhara menoleh kearah suaminya. Bersiap untuk menerima suapan.

Satu persatu suapan hingga sereal dan susu putih itu habis.

"Sebentar kita ke rumah sakit?" Tanya Alhara yang diangguki Arka.

"Kira-kira, aku bisa jalan kapan?"

Arka menghirup udara sekitarnya dengan rakus. "InsyaAllah 4 kali terapi lagi. Tapi kamu tenang aja. Sekarang'kan kamu udah bisa berdiri, dalam waktu dekat kamu pasti bisa jalan." Arka mengelus lembut puncak kepala gadisnya.

Alhara mencoba tersenyum, "Aamiin." Pandangannya perlahan turun kearah kedua kakinya. Merabanya lembut.

"Tenang, besok-besok kita bisa jalan lagi." Ucapnya menguatkan diri.

Dari jauh, Aditya, Ranti, Revan dan Amara memperhatikan interaksi pasangan muda itu. Senyum mereka berikan dengan tulus.

Perjuangan berobat 4 bulan bukanlah hal yang mudah. Selama itu pula mereka berusaha mendapatkan informasi tentang pendonor mata yang cocok dengan Alhara.

Drrrt...

Dering panggilan dari ponsel Arka mengalihkan perhatian. Ia segera meletakkan mangkok sereal istrinya dan mengangkat panggilan penting itu.

"Iya, Syei?"

"Bisa ke rumah sakit sebentar, Mas? Mas Ilham mau bicara, ada 3 pendonor mata yang informasinya sudah diyakini benar."

"Oke, Mas kesana sekarang."

Setelah panggilan itu berakhir. Alhara bertanya dengan senang.

"Ada pendonor, kak?"

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang