Ekstra Part 2

7.4K 461 10
                                    

Sekarang, waktunya baca ekstra part bagian 2.


So,

Enjoy my writing.

Pagi ini, Arka dan Alhara berniat untuk berziarah ke makam orangtua Alhara dengan membawa si bayi mungil, Rafabian. Diusianya yang sudah menginjak umur 1 tahun, Rafabian tumbuh jadi anak yang aktif, berpipi gembul, dan kulit putih. Wajahnya pun semakin mirip dengan sang ayah.

"Sayang. Udah belum?"

Panggilan dari lantai bawah masuk kedalam indra pendengaran Alhara. Ibu muda satu anak itu segera mengambil satu kain berwarna gelap didalam laci lemari. Memakainya untuk menutupi wajah cantiknya.

"Udah." Teriak Alhara dari dalam kamar agar sang suami mendengarnya.

Setelah siap, Alhara segera menyusul turun dilantai bawah. Tersenyum saat Arka menatapnya. "Kenapa?" Tanyanya malu.

"Kamu cantik, La. Walaupun wajah kamu ketutup, tapi orang-orang bisa liat kecantikan kamu dari mata indah itu."

Alhara menatap lain arah, menyembunyikan lipatan dibawah matanya.

"Udah siap?" Tanya Arka paham situasi.

Alhara kembali menatap Arka. Mengangguk setelahnya. "Udah."

"Biar aku yang gendong Rafa, yang."

Arka memberikan sang anak yang sedari tadi digendongnya kepada Alhara. Kemudian berjalan lebih dulu keluar rumah dengan sang istri dibelakangnya.

...

30 menit setelah berkendara, mobil pajero sport putih milik dokter muda Arkana berhenti tepat diarea parkir tempat pemakaman umum. Berjalan berdampingan dengan sang istri hingga tiba ditempat tujuan.

"Assalamualaikum, Bunda, Ayah." Ucap Alhara dan Arka kompak. Sedangkan Rafabian, bocah kecil itu hanya mengoceh tidak jelas digendong ayahnya.

Alhara berjongkok diantara makam kedua orangtuanya. Menatap keduanya bergantian. "Bunda, Ayah, Alhara datang." Mata perempuan bercadar itu mulai berkaca-kaca.

Berbalik, menatap wajah tampan anaknya. "Alhara bawa cucu Bunda sama Ayah. cucu yang sedari dulu kalian tunggu." Ucapnya sendu lalu mengambil Rafabian dari gendongan Arka. Mendudukkan bayi mungil itu tepat didepannya.

"Sayang, ini nenek sama kakek kamu." Ujarnya lagi pada sang anak. Rafabian hanya tersenyum mendengar ucapan Bundanya. Lalu menunduk sembari memainkan tanah kubur dibawah kakinya. "Alhara juga bawa satu orang lagi. Perempuan cantik yang mirip dengan Alhara. Anak Bunda sama Ayah." Alhara menoleh, dari jauh, dua keluarga kecil berjalan kearahnya dengan senyum masing-masing.

Keluarga Amara dan Revan juga 2 anaknya. Dan keluarga Ardhan-Faika serta anaknya. Kedua keluarga itu ikut bergabung, berjongkok dimasing-masing sisi makam.

"Assalamualaikum." Ucap Revan, Ardhan, Faika, dan Amara kompak.

"Waalaikumussalam." Jawab Alhara dan Arka.

Arka mengambil kembali Rafa dari depan istrinya. Membersihkan tangannya menggunakan tissue basah yang dikantongi sedari tadi.

"Bunda, ini Amara." Kata Amara sembari tersenyum pada gundukan tanah didepannya. Meratapi nasib yang begitu kejam. Berpisah dari kedua orangtua sejak bayi dan harus kehilangan tanpa adanya pertemuan lebih dulu. "Anak kalian." Lanjut Amara dengan isakan kecilnya.

"Anak Ayah sama Bunda udah ada disini. Kami lengkap dengan pasangan sejati kami masing-masing." Ardhan membuka suara.

"Ayah, Bunda, kami minta ridho dan restu kalian." Lanjutnya.

Kedatangan mereka secara lengkap untuk pertama kali berlanjut hingga matahari berada tepat diatas kepala. Khawatir dengan anak-anak, para orang dewasa memilih pamit setelah melakukan doa dan yasinan bersama. Meninggalkan 2 gundukan tanah berisi raga manusia yang telah ditelan usia.

"Kita kerumah dulu ya, nanti bersih-bersihnya sekalian disana. Aku udah siapin pakaian untuk kalian." Ujar Amara begitu tiba diparkiran.

Yang lainnya mengangguk kemudian naik keatas mobil masing-masing. Melaju menjauh dari tempat peristirahatan terakhir manusia menuju tempat singgah yang sementara.

Begitu tiba dirumah Amara. Para orang dewasa mengganti pakaian anaknya terlebih dahulu kemudian mengganti pakaiannya. Berjalan turun kelantai dasar. Untuk para perempuan, mereka bergegas masuk kedalam dapur, sedangkan untuk laki-laki, mereka berkumpul diruang keluarga. Mengurus anak masing-masing sembari berbincang ala mereka.

Drrt....

Suara dering HP milik Alhara berbunyi diatas meja depan Arka.

Jia

Nama kontak yang ada dilayar pipih benda canggih itu.

"Sayang. Jia nelpon." Ujar Arka sedikit keras agar Alhara mendengarnya.

Alhara keluar dari dapur sembari mengelap kedua tangannya di daster panjang miliknya. Mengambil HPnya dan mengangkat panggilan tadi.

"Halo."

"Ha?!"

"Innalillahi. Saya kesana sekarang."

Bersamaan dengan pekikan kaget Alhara. Dering ponsel Arka ikut terdengar. "Baik. 10 menit saya tiba disana. Siapkan ruang tindakannya sekarang."

....

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang