17 || Perhatian Ketua Osis

5.7K 567 7
                                    

Bismillahirarrahmanirrahim...



"Allɑh tidak pernɑh mengɑtɑkɑn
•Kɑu ɑkɑn gɑgɑl jikɑ tidɑk mencobɑ
Tɑpi Allɑh mengɑtɑkɑn,
•Jikɑ kɑu gagal,teruslɑh mencobɑ"



ꨄ︎Sᴇʟᴀᴍᴀᴛ Mᴇᴍʙᴀᴄᴀꨄ︎

1

17 || Perhatian ketua osis


"Maaf dokter, ini yang anda minta tadi."

Ucap seorang pria dengan baju Cleaning Service khas rumah sakit seraya memberikan satu kotak P3K serta satu buah tiang infus lipat.

Arka menerima pemberian pria didepannya itu. "Terima kasih, kamu bisa kembali."

"Sama-sama, dokter. Kalau begitu, saya kembali ke rumah sakit sekarang, permisi"

Arka mengangguk, setelah kepergian pria tadi, ia segera berjalan masuk kedalam rumah. Beberapa tetangga menatap dirinya bingung, tapi ia tidak memperdulikan itu.

Sesampainya di kamar Alhara, ia segera membersihkan tangannya. Menggantungkan cairan infus di tiang lalu menyambungnya dengan selang infus.

Tangannya dengan lihai menusukkan jarum kepunggung tangan sang istri. Setelah selesai, ia memberikan sedikit plister agar tidak terlepas.

"Bunda..." beo Alhara masih tertidur.

Arka mendekatkan dirinya pada wajah sang istri. Mengelus lembut pucuk kepala yang masih tertutupi kerudung putihnya.

"Yang... Lara..." Panggil Arka.

"Ayah...."

"Sayang... bangun, yuk."

"Hiks...Bun-da..." Alhara terisak dalam tidurnya.

Tangan Arka turun menepuk pelan pipi Alhara mencoba membangunkan.

"Heyy... kamu kenapa?" Tanyanya lembut.

"AYAH!" Teriak Alhara yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Arka sedikit memundurkan dirinya saat gerakan refleks dari Alhara.

"Mimpi buruk?"

Alhara menutup wajahnya dengan kedua tangan, sedikit meringis saat nyeri ditangannya terasa.

"Sssht"

Arka yang melihat darah Alhara yang tersedot masuk kedalam selang infus langsung melepaskan tangan istrinya dari wajah. Ia meletakkannya dibawah.

"Kamu tenang dulu ya." Bujuknya, Alhara bergeming.

"La, aku akan jadiin kamu wanita paling bahagia didunia mulai saat ini. Aku gak mau janji sama kamu, tapi aku bisa pastiin itu akan terjadi."

Alhara mendengar semua ucapan suaminya, tapi tetap saja, apapun yang ia katakan, tidak akan merubah perasaan rapuhnya saat ini.

"Kamu mau makan? Dari tadi kamu gak makan lo." Alhara menggeleng, ia tidak memiliki nafsu makan untuk sekarang.

"Kamu tidur lagi, aku jagain kamu." Alhara mengangguk, dengan sadar ia menggenggam tangan kiri Arka sangat erat hingga kealam bawah sadarnya.

***

Setelah mengetahui berita kepergian orangtua Alhara. Semua teman kelas dan beberapa sahabatnya sepakat untuk melayat hari ini. Setelah jam 9 tadi pagi, mereka semua sudah ada dirumah Alhara, tapi sang pemilik rumah belum juga terlihat.

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang