39 || Drama baru.

5.9K 533 10
                                    


"Arka berhasil menemukan Amara, Num. Arka anak aku berhasil." Batin Ranti seraya memeluk erat Amara, gadis cantik yang memiliki wajah persis seperti menantunya.

"Kamu sudah ketemu sama orangtua kamu?" Tanya Ranti setelah pelukan berakhir.

Amara yang juga ikut menangis bersama Ranti pun mengangguk. "Sudah Tante, tadi Kak Arka udah antar aku sama mas Revan ke makam."

"Kamu tau?" Lirih Ranti. Jarinya bergerak membelai setiap inci wajah cantik itu.

"Bunda sama Ayah kamu sayaang sekali sama kamu. Setelah kamu hilang, mereka cari info kesana kemari untuk menemukan putri keduanya."

"Sebelum mereka pergi, mereka nitip pencarian kamu sama Tante juga Om. Dan alhamdulillah, anak Tante berhasil wujudin keinginan itu."

Sekali lagi Ranti memeluk Amara, dari posisinya, ia melirik kearah sang menantu yang sejak kemarin masih betah dengan tidur pulasnya.

"Kamu do'ain kakak kamu ya, nak. Semoga dia cepat bangun."

Samar-samar Amara mengangguk, "Pasti Tante."

....

"Ba-ng..." Lirih Alhara yang membuat semua menoleh.

"Ba-bang..."

Ranti, Aditya, Arka, Amara, dan Revan berlari kearah Alhara.

"La.. ini mama, sayang." Ujar Ranti.

"Kamu jangan banyak gerak dulu ya, sayang." Kata Aditya sembari menggenggam tangan sang menantu.

"Pa... Ma... bang Ardhan mana?"

"Ardhan sama Faika dalam perjalan menuju kesini, La." Arka yang sedari tadi was-was dengan istrinya berucap.

Setelah 2 hari koma, Alhara berhasil melawan kondisi dimana kehidupannya diambang batas.

"Ma-mata Lara gak bisa dibuka..." Adunya pelan.

Amara memilih mundur dan menangis diam dipelukan Revan.

"Gak bisa dibuka, Ma."

Ranti menghirup udara dengan kasar, sakit melihat kenyataan ini. "Jangan paksa dulu ya, sayang." Ucapnya Lirih, bahkan ia sudah menangis sesegukan dalam diam agar menantunya tidak mengetahui bahwa ia sedang menangis.

"Aku gak bisa rasa mata aku."
Genggaman tangan Alhara ia kuatkan pada Aditya. Dan Aditya pun membalasnya tak kalah erat. "pa... aku gak bisa rasa mata aku, Pa." Adunya untuk yang kesekian kali.

"Akhh!" Karena kebanyakan bergerak, Alhara merasakan sakit dibagian leher.

"Yang... jangan banyak gerak dulu, leher kamu gak baik." Ucap Arka lembut.

Tanpa memperdulikan ucapan sang suami, gadis itu justru kembali bertanya. "Kak... kamu dokter, kan?"

Dengan tangannya yang menganggur, ia menelisik sekitarnya mencari tangan suaminya. "Kak... kamu dokter, kan?" Tanyanya ulang karena tidak mendapat jawaban.

"Periksa mata aku, Kak. Aku gak bisa rasa mata aku." Alhara mulai menangis.

"Hiskk..."

Alhara menghentikan pergerakan tanganya saat mendengar suara tangisan. "Kak? Kamu kenapa?"

"Maafin aku, La. Maaf." Kini Arka tengah memeluk Alhara dari samping.

"Minta maaf untuk apa?"

"Mata kamu udah gak ada, La. Mata kamu rusak."

Deg!

Semuanya kompak membuang pandang bersamaan dengan berhentinya pergerakan Alhara.

"Gak ada?" Beo Alhara. Dapat Alhara rasakan anggukan dilehernya.

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang