40 || Selangkah menuju akhir

6.7K 543 3
                                    

Brak!!

"Alhara!!"

Ardhan dan Faika berteriak kompak sesaat setelah pintu terbuka keras. Pasangan muda itu spontan berhenti diambang pintu masuk kala melihat Alhara dengan kondisinya.

Deg!

Hati Ardhan mencolos nyeri begitu senyum pedih ia dapatkan dari sang adik.

"Bang..." panggil Alhara masih dengan posisi baringnya.

"Lar..." Gumam sang kakak. Dia mendekat kearah adik tersayangnya. Berusaha menguatkan hati untuk menerima keadaan pahit ini.

"Bang..." Senyum Alhara kian mengembang, tangannya bergerak kesana kemari, menyusuri bidang brankar mencari letak tangan Ardhan.

Setelah dapat, ia menggenggamnya. Sangat menggenggamnya, Alhara tidak ingin Ardhan pergi begitu saja setelah mengetahui kondisinya yang cacat.

"Dek... kenapa?" Ardhan terisak pilu. Tak apa, Alhara tidak dapat melihat air matanya.

Lagi-lagi Alhara hanya tersenyum. "Alhara cacat, bang."

BUG!

Hati Faika dan Ardhan serasa dibogem tiba-tiba. Faika, calon ibu itu kini menangis seraya bersender pada tembok samping pintu masuk. Tangannya ia gunakan untuk menutup mulut agar isakannya tidak terdengar oleh sang adik ipar.

"Gak dek, abang akan cari'in kamu pendonor, abang janji..." Ardhan menunduk, membuat air matanya jatuh mengenai pergelangan tangan Alhara.

"Bang... Lara gak papa, bang. Alhara masih bisa liat kok." Susah payah Alhara menelan ludahnya. Mana bisa ia melihat? Matanya saja sudah tidak ada!

"Alhara pasti bisa liat.."

"Alhara bisa liat..."

Satu persatu kalimatnya ia keluarkan, sakit jika memendam sakit ini sendirian.

"Aku bisa jalan, aku bisa."

"Aku gak cacat. Gak!"

Ardhan dan Arka serempak memeluk orang tersayang mereka. Memberi kekuatan, bahu yang semulanya tenang perlahan bergetar hebat.

"Aku gak mau cacat, bang."

"Aku gak mau..."

Ardhan memeluk adiknya dari sisi kiri hanya bisa mengangguk. "Iya dek, abang tau. Kamu pasti bisa liat. Abang yakin."

"Aku akan cari pendonor mata secepat mungkin. Aku juga bakal bawa kamu keluar negeri untuk dapetin penangan terbaik. Supaya kamu bisa jalan dengan cepat." Arka menembahi.

"Aku gak mau cacat" lirihan terakhir Alhara sebelum akhirnya tak sadarkan diri.

Diwaktu yang bersamaan, Faika terduduk dilantai dengan kondisi yang sama, tak sadarkan diri.

....

Malam ini, Arka bercerita semuanya tentang Alhara. Mulai dari awal pertemuannya, hingga akhirnya memutuskan untuk mengkhitbah gadis itu dan sampai sekarang.

Syeila ikut prihatin dengan kondisi gadis yang diketahui berstatus kakak iparnya itu.

"Mas Arka gak usah khawatir. Ilham dokter spesialis mata, aku bisa minta tolong sama dia."

Wajah Arka yang semulanya sedih berubah 180°. Aura dingin ia perlihatkan begitu nama lelaki yang membuat adiknya itu seperti sekarang.

"Ilham! Bisa gak sih, orang yang buat kamu celaka itu gak usah diungkit lagi?!" Bentak Arka emosi.

Syeila terlonjak kaget saat Arka membentaknya. "Bukan dia yang buat aku kayak gini, Mas. Justru dia yang udah bantu aku sampai bisa selamat kayak sekarang."

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang