38 || Penyesalan

6.1K 519 8
                                    


....

Arka kembali mengangguk, "Apakah matanya perlu diangkat?"

"Dilihat dari kerusakan yang dialami, dikhawatirkan akan mengalami infeksi dan merusak beberapa organ lain, jadi--."

"Sudah ada persetujuan dari pihak keluarga?" Potong Arka yang langsung paham dengan maksudnya.

2 perawat dan 4 dokter lainnya kompak menggeleng. "Belum ada dokter." Widya berucap "sampai saat ini pihak kepolisian masih mencari keberadaan keluarga pasien, tapi dipastikan tinggal beberapa waktu lagi."

"Kita tidak bisa melakukan tindakan tanpa persetujuan dari pihak keluarga pasien." Ucap Arka. Ia menghela napas pelan "apakah identitasnya juga belum diketahui?" Tanyanya.

"Ada satu saksi yang memberi informasi pada pihak rumah sakit dan kepolisian." Lidina bersuara.

"Pasien atas nama Alhara Zeyn Putri Alfarabi."

Deg!

Arka mematung, dadanya sesak begitu mendengar nama pasiennya.

"Siapa?!" Tanyanya ulang.

"Alhara Zeyn Putri Alfarabi."

Arka spontan berbalik, memperhatikan tirai hijau dibelakangnya. Dengan panik ia membuka penghalang itu.

Matanya membola sempurna dengan degupan jantung yang semakin mengeras.

"Alhara..." cicit Arka begitu melihat kondisi sang istri yang terbaring tak berdaya dengan bekas darah dibeberapa bagian tubuh dan wajahnya. Jangan lupakan matanya yang masih setia mengeluarkan darah walaupun tidak sederas tadi.

Rekan kerja Arka yang ada didalam satu ruangan itu kebingungan dengan tingkahnya.

"Apa dokter kenal dengan pasien?" Tanya Widya.

"Dia istri saya."

Jawaban lirih Arka dapat terdengar jelas diruangan itu. Membuat mereka terkejut tak percaya.

Dengan hati yang rapuh dan air mata yang entah sejak kapan mengalir, Arka mencoba berdiri dengan tegar.

"Operasinya akan segera dimulai, siapkan semua alat." Ucap dokter muda itu tanpa memindahkan pandangannya dari sang istri. Bahkan tangannya terus mengusap pipi mulus Alhara.

Sesuai dengan aba-aba dari Arka, semuanya bergerak.

"La... aku minta maaf sama semuanya. Aku akan jujur sama kamu setelah kamu bangun. Maaf, mata kamu harus aku angkat, Yang..." Arka terisak sembari memeluk tubuh istri kecilnya.

Sungguh bodoh ia telah memperlakukan Alhara dengan semena-mena tanpa berfikir lebih jauh.

"Yang... aku gak bakal tinggalin kamu, aku janji."

"Kamu perempuan kuat yang aku kenal. Kamu perempuan yang aku cinta. Aku akan lakukan yang terbaik untuk kamu, akan."

"Semua peralatan telah siap, dokter." Siska, salah satu perawat memberikan informasi pada atasannya.

Arka menyeka air mata dan memperbaiki posisi masker yang sejak tadi berada didagunya.

"Kita mulai operasinya..."

...

Didalam ruangan tindakan, 5 orang dokter dan 2 orang perawat sedang melakukan operasi kepasa pasien yang dalam keadaan kritis.

"Korban mengalami patah tulang dibagian leher, lebam di pelipis kiri, dan pergeseran tulang belakang yang menyebabkan salah satu sarafnya terjepit."

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang