04 || Belajar bersama

7.5K 681 4
                                    






_♡Happy Reading!♡_

Jangan Lupa Vote!

"Baiklah, karena lima menit lagi waktu istirahat akan tiba,  saya minta tolong kepada ketua kelas untuk bawa buku tugasnya ke ruang guru saja," ucap Bu Mhita selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia.

Alhara mengangguk, "Baik, Bu."

Alhara adalah ketua kelas di kelas XI IPA 1 ini, dipilih langsung oleh teman kelasnya, lantaran ia adalah murid yang rajin, disiplin, dan berada di peringkat pertama diangkatannya. 

Seorang siswa bernametag Miko mendekat ke arah meja Alhara, "La? Bisa liat buku kamu gak?" 

Alhara megangguk, "Bisa, nih!" Alhara memberikan buku tugasnya pada Miko.

"Ra? Aku juga liat, ya!" izin Naya yang berada di samping Alhara.

"Emangnya kamu belum?"

"Udah sih, tapi tinggal cocokin jawaban aja, gak apa-apa, kan?"

"Hm."

"5 menit lagi aku ambil, ya."

"Oke!" kata Miko.

Alhara berdiri dari duduknya, lalu menggulung buku seperti mikrofon dan mendekatkan pada mulutnya, "GUYS! BAGI YANG BELUM, BUKU AKU ADA DI MIKO, KALIAN BISA LIAT KAYAK BIASA!" teriak Alhara besar.

Sontak semua teman kelasnya mendongak k earah Alhara seraya menaikkan jempolnya lalu berlarian ke arah Miko untuk menyontek buku tugas sang ketua kelas.

Inilah yang disukai teman kelas Alhara terhadapnya, Alhara adalah sosok malaikat bagi mereka, sosok penyelamat. Ia tidak pernah menolak saat teman-temannya meminta pertolongan kepadanya.

Jangan kalian pikir jika semua siswa yang ada dikelas IPA 1 adalah yang terpintar, karena di SMA GANTALA, baik yang bisa dan yang masih harus belajar giat demi nilai akan dicampur baurkan, setiap guru tidak membeda-bedakan siswanya, tidak pula menuntut banyak.

Prinsip dari semua guru yang ada di SMA GANTALA adalah menjadikan murid-muridnya menjadi siswa berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Tidak pernah memaksa muridnya untuk memiliki nilai tinggi di setiap mata pelajaran.

Kelas IPA 1, berbagi masalah dan menyelesaikannya bersama. Jika siswa A memiliki prestasi dalam mata pelajaran MTK, maka dia akan dijadikan pedoman atau guru les pribadi bagi teman-temannya. Juga seperti Alhara, ia dan teman-temannya akan mengadakan belajar bersama tiga kali setiap minggu, dan itu berlangsung di rumahnya.

Seperti saat ini, Alhara tengah berada di gazebo tepat di halaman belakang rumahnya.  Sejak 10 menit yang lalu ia terus saja memeriksa buku paket yang akan digunakannya untuk mengajar teman kelasnya.

Alhara melirik jam tangan hitam yang melilit pergelangan tangannya.

Pukul 14.27

"Biasanya mereka udah pada dateng," gumam Alhara.

"Assalamualaikum, La!"

"Assalamualaikum, Alhara."

"Assalamualaikum!"

"Heyy wastap bro!"

"Siang, La!"

Semua teman kelas Alhara muncul dari balik pintu kaca yang sedari tadi terbuka, mereka langsung mengambil tempat masing-masing.

Ada yang duduk di meja taman, ada yang di karpet khusus terbuat dari bulu, ada yang lebih memilih naik ke atas gazebo.

Mengingat teman-teman Alhara setiap minggu akan balajar di rumahnya, Ayah Mannaf memfasilitasi semua kebutuhan belajar mereka, seperti; meja mini, gazebo dengan ukuran yang besar, alat tulis menulis, wifi, papan tulis beserta alatnya, bahkan sampai computer pun ayah Mannaf menyiapkannya khusus untuk teman kelas dari sang putri, mengingat tidak semua teman kelas Alhara berstatus orang yang mampu.

Total ada sekitar 16 computer yang disiapkan langsung oleh Ayah Mannaf untuk teman anaknya. Sekitar 32 dari 35 orang teman kelas Alhara datang ke rumahnya siang ini untuk belajar.

"Guys, Miko, Gina, sama Gio mana?" tanya Alhara sambil menatap teman kelasnya satu persatu.

"Miko lagi gak bisa hadir, katanya sih lagi demam," jawab teman Alhara yang bernama Rian.

"Kalau Gina sama Gio lagi keluar kota, katanya urusan penting."

"Oh, okedeh, kita mulai aja, ya"

"Yoi!" pekik mereka dengan kompak.

Alhara mengangguk lalu berjalan ke arah papan tulis untuk memulai pembelajaran siang ini. Dengan lihai, ia mengerjakan soal Fisika yang ada di dalam buku paket sembari memberi teman-temannya penjelasan.

Sekitar satu jam mereka semua sudah mengerjakan 50 nomor soal fisika, dengan kerja sama tentunya. Sesekali mereka mengemil untuk menghilangkan rasa ngantuk.

Hingga adzan Asar berkumandang, mereka semua menutup buku masing-masing lalu bergegas masuk ke dalam musholla yang ada di rumah Alhara, mengerjakan perintah Allah .

Setelah selesai mereka kembali ke halaman belakang lalu mengerjakan soal-soal yang sempat tertunda. Terhitung sudah dua jam lebih mereka berada di rumah Alhara, dan seperti biasa, saat Ayah Mannaf datang dari kantor, mereka akan berbincang sebentar lalu pamit untuk pulang.

"Om, kita pulang, ya!" pamit Ajeng pada Ayah Mannaf.

"Kalian hati-hati, ya, salam untuk orangtua kalian."

"Oke, Om!" pekik semuanya dengan lantang.

Mannaf hanya terkekeh dengan tingkah laku teman-teman anaknya. Mannaf tidak pernah membedakan teman-teman Alhara.

"Hati-hati, guys!" kata Alhara saat satu persatu kendaraan yang ditumpangi teman-temannya melaju keluar dari pekarangan rumah.

"Kamu gak akan pernah berubah, sayang, Arka pasti bangga punya istri kayak kamu," gumam Ayah Mannaf yang setia berdiri didepan pintu rumahnya.

Sekarang ayah tau kenapa Arka sangat terburu-buru meminangmu saat dulu, dia mencintai kamu yang apa adanya, Mannaf membatin.

Bersambung...

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang