09 || Cafe

5.1K 623 1
                                    

Sesuai permintaan Ricky tadi, Alhara sudah menunggu di depan gerbang perumahan dimana rumahnya berada.

Sudah lebih dari 5 menit ia menunggu, tapi keberadaan Ricky dan Bu Nia belum juga terlihat. Ia mengeluarkan benda pipih dari dalam kantong tasnya.

Pip!

Baru saja ingin mengirimkan pesan pada Ricky, sebuah mobil silver dengan plat RGN3201 berhenti tepat didepannya.

Pintu bagian belakang terbuka, menampilkan Bu Nia dengan baju syar'i nya yang berwarna hitam dengan warna senada. Ia tersenyum kearah muridnya. Dan Alhara membalasnya.
Alhara mulai memasuki mobil dan duduk disamping Bu Nia.

♡♡♡♡

"Kamu tadi kemana, dek?" Tanya Ardhan yang sedang duduk di depan tv menonton kartun naruto dengan cemilan yang setia menemaninya.

"Tadi Lara ke cafe, Bang. Bimbingan olimpiade sama Bu Nia." Ucap Lara yang berjalan mendekat kearah sang kakak.

"Oh, kirain kemana, oh iya, cowok itu siapa?" Ardhan sedikit memiringkan kepala menghadap sang gadis.

Kening Alhara berkerut, menimba pertanyaan dari Ardhan. "Yang mana, Bang?" Tanyanya kemudian.

"Yang pegang tangan kamu" Ucap Ardhan sedikit ketus.

Alhara kaget dengan ucapan Ardhan. Apakah tadi kakaknya itu melihatnya? Ah! Sepertinya tidak mungkin, Ardhan kan masih ada diluar saat jam segitu.

"Eh- emm.. Itu kakak kelas Lara, Bang. Gak sengaja tadi, orang kita mau ambil pulpen." Jelas Alhara.

Ardhan meletakkan cemilannya di meja tepat dihadapannya. Menepuk-nepuk tangannya dan memperbaiki posisinya agar sepenuhnya menghadap sang adik.

Tangannya terangkat memegang kedua bahu adiknya. "Kamu gak bohong, kan?" Tanya Ardhan meyakinkan. Alhara tersenyum dan mengangguk.

"Alhara berani sumpah, Bang Ardhan percaya, Kan?" Ardhan mengangguk dan membawa adiknya kedalam dekapannya.

"Gue gak mau liat Lo bersentuhan sama yang bukan mahram, Dek"

♡♡♡♡

Arkana Edzar Aditya. Pria jangkung itu baru saja keluar dari mobil pajero hitam miliknya. Dengan setelan jas khusus dokter yang dipadukan dengan Jeans hitam dan sepatu hitam - membuat penampilannya semakin mempesona.

Prakteknya hari ini sudah selesai lebih awal, ia memilih untuk mengistirahatkan tubuh dan pikirannya dengan nongkrong disebuah cafe yang tidak terlalu jauh dari jarak rumah sakit.

Baru saja ia melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe, matanya sudah tertuju pada satu titik. Gadis dengan parah manisnya tengah bersentuhan tangan dengan lelaki yang tidak ia kenal.

Napasnya memburu, tangannya mengepal didalam saku jas dokternya. Rahangnya mengeras, ia dapat melihat dengan jelas raut wajah terkejut gadis manis itu.

Sebelum hilang kendali, ia berbalik dan kembali kemasuk dalam mobil. Sebelum menancapkan gas, ia sempatkan bertanya pada Ardhan keberadaan gadis SMA yang beberapa minggu lalu sudah menjadi istrinya.

"Halo, Dhan." Sapa Arka lewat sambungan telepon di telinga kirinya.

"Halo, Ka. Kenapa?" Tanya Ardhan dari seberang sana.

Bukannya menjawab, Arka justru bertanya balik
"Alhara kenapa diluar?"

"Dia diluar? Lo liat dimana?"

"Cafe, pegangan tangan sama cowok lain." Jawabnya ketus.

"Astagfirullah, gak mungkin Lara kayak gitu, Ka." Tekan Ardhan.

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang