32 || Kesalapahaman, mungkin.

4.7K 531 12
                                    



Sakitnya cukup saat ini, besok-besok jangan lagi.

-Alhara Zeyn

"Kenapa gak telpon Arka, dek?"

Ardhan bertanya dengan raut muka serius pada sang adik yang tengah terbaring di brangkar UKS sekolah. Setelah sadar dari pingsannya, ia langsung menelpon Ardhan untuk menjemputnya pulang.

"Emangnya abang sibuk?" Bukannya menjawab, Alhara justru balik bertanya dengan sendu.

"Bukannya gitu, tapi abang heran aja sama kamu, kok telpon abang? kenapa gak telpon suami kamu?"

"Kak Arkanya sibuknya bang, tadi pagi aja dianya pergi buru-buru."

Ardhan yang sedari tadi duduk disamping Alhara berpindah keatas brankar.

"Dia antar kamu gak, tadi?"

Alhara mengubah posisinya menjadi duduk dengan bersandar pada kepala brankar. "Gak"

"Jadi, kamu naik apa kesini?"

"ojek."

Ada rasa tidak suka didalam lubuk hati Ardhan. "sesibuk itu? Sampai antar istri sekolah aja gak bisa." Ketusnya

Alhara hanya mengangkat bahunya acuh.

"Pulang yuk."

Ardhan mengangguk, ia membantu sang adik untuk turun dari brankar.

Baru saja keluar UKS, ia melihat Ricky bersama dengan beberapa anggota PMR dibagian sisi luar ruangan. Karena rasa ingin tahu yang besar, Alhara mendekat kearah seniornya itu setelah mempersilahkan Ardhan agar menunggunya diparkiran.

"Lain kali gue gak mau lihat kalau kalian kayak gini." Tegur Ricky dengan tegas.

"Maaf, Kak. Lain kali gak lagi." Ardi yang notabenenya adalah ketua PMR merasa tertekan saat berbicara dengan alumni kakak kelasnya itu.

"Kenapa, kak?" Tanya Alhara saat berdiri tepat di belakang Ricky.

Ricky berbalik, ia menggeleng kecil lalu kembali menatap 5 orang anggota PMR itu. "Gue pegang omongan Lo. Yaudah, kalian boleh bubar. Terima kasih atas kerja samanya."

Inilah yang mereka sukai dari seorang Guntur Ricky Narendra, pria yang apabila menegur, ia akan menunggu waktu yang tepat dan membawanya kesalah satu tempat kosong agar tidak ada orang lain yang mendengarnya. Yang apabila menasihati tidak pernah berkata kasar, dan akan meminta maaf atau berterima kasih diakhir kalimatnya.

"Sama-sama kak. Kalau gitu, kita pamit, kak." Ujar salah satu gadis dengan rambut ikalnya.

Ricky tersenyum tipis dan mengangguk. "Baik."

Setelah ke 5 orang juniornya pergi, Alhara kembali bertanya pada pria disampingnya. "Mereka ada masalah?"

Ricky yang sedari tadi memperhatikan arah pergi anggota bawahannya menoleh pada Alhara yang juga menatapnya. "Ada."

Alhara hanya mengangguk paham, sengaja tidak bertanya lebih lanjut lagi.

"Kalau gitu, saya pulang dulu ya, kak."

"Hati-hati"

Alhara menaikkan satu jempolnya lalu berbalik dan melangkah ke arah dimana kakaknya menunggu.

"Tambah cantik."

****

Arka masih setia berada disamping gadis pasiennya sedari tadi. Ia tidak ingin jika Syeila kembali kejang karena berusaha untuk keluar dari masa komanya. Jari jemarinya sedari tadi pun masih saling bertaut dengan jari pasien VVIP itu.

Lauhul Mahfuzh (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang