Celsi kembali mengarahkan pandangannya kearah dimana system berada namun nihil tidak ada siapa - siapa lagi yang ada hanya Celsi seorang di ruangan besar nan gelap tampa ada penerangan kecuali lampu kecil tepat di atas Celsi.
Celsi menghela nafas panjang lalu mengambil selimut yang telah berada dilantai dengan keadaan mengenaskan, sedikit robek namun masih bisa dipakai lalu Celsi menyelimuti badannya seketika ruangan terasa teramat dingin bahkan badan Celsi telah kedinginan.
" Xaviar anjing...."
" Dah lah lebih baik gue tidur dulu "
Setalah itu Celsi menyelimuti seluruh badannya dan tertidur akibat kelelahan batin dan juga pikiran.
Xaviar yang melihat di layar handphone menaikkan satu alisnya, tidak sesuai ekspektasi seharusnya Celsi sedih akan kepergian orang tuanya dan keluarganya yang lain namun ini nihil tidak ada sedikitpun raut kesedihan yang ada hanya raut marah dan juga kesal.
Xaviar tersenyum srimk dengan tajam menatap handphone lalu mengaktifkan pendingin agar Celsi tersiksa.
Setelah itu menyimpan handphone di saku tampa melihat reaksi Celsi. Ada yang lebih menarik dari pada itu yaitu mangsanya yang kini berada di depannya yang kini keadaannya tidak bisa dikatakan baik dia adalah musuh dari penghianat perusahaan dan seluruh keluarga besarnya dan keturunannya kini berada di penjara menyaksikan kematian satu persatu keluarganya.
Xaviar akan menghabiskan seluruh nyawa sampai ke akar - akarnya agar tidak ada lagi sampah yang menggangu kehidupannya baik itu dendam ataupun yang lainnya.
Akhirnya tersisa wanita penghianat yang telah menyaksikan kekejaman Xaviar sejak tadi.
Lihat saja tubuh wanita itu sudah bergetar ketakutan dengan air mata yang turun dengan deras.
Xaviar berjalan menuju tempat wanita penghianat itu yang kini tubuhnya sudah bergetar hebat.
" How are you ?" Tanya Xaviar
Xaviar mengangkat tangan kekarnya lalu mengelus pipi yang dipenuhi bedak itu dengan kasar menancapkan kuku - kukunya ke pipi penghianat itu tampa perasaan.
" Ah.... sit...."
" Ampun tuan, saya tidak akan melakukannya lagi "
Xaviar tambah menancapkan kukunya ke pipi yang kini telah mengeluarkan darah yang mengalir Kejari - jari tangan Xaviar yang panjang dan indah.
" Ah....."
" Poor thing " ejek Xaviar setelah itu menampar pipi wanita itu dengan keras.
Xaviar mengambil tissue yang diberikan bawahannya dan melabnya yang terkesan menggoda bahkan wanita yang baru saja di siksanya menatap terpesona Xaviar.
Xaviar melemparkan belati yang berada di sakunya tepat di kedua mata wanita itu.
"Ah....."
Teriak wanita itu kesakitan yang berusaha melepaskan belati itu dari kedua matanya dengan tangan bergetar.
Xaviar menonton pertunjukan itu dengan meminum wine nya , setelah pertunjukan selesai dan akhirnya si wanita itu bisa melepaskan belati itu dari kedua matanya namun kedua matanya ikut keluar sungguh pertunjukkan yang luar biasa.
Dering handphone berbunyi saat ingin bermain-main dengan wanita penghianat itu.
" What..."
".............."
"HM"
Setelah percakapan panjang dari si penelepon walaupun di balas singkat Xaviar tidak membuat malam menjadi pagi.
Xaviar menatap tajam mangsanya dengan suara basnya mampu membuat setiap orang yang mendengar bergidik ngeri.
" Nyalakan pemanas dan jangan ada yang membuka pintu ini. Biarkan wanita ini mati bersama mayat - mayat seluruh keluarganya " perintah Xaviar lalu pergi dari penjara itu.
Setelah itu bawahannya melakukan tugas yang diberikan oleh Xaviar.
Xaviar menjalankan mobilnya menuju mansion.
Setelah sampai Xaviar turun dari mobil menuju mansion langkah mendominasi dan penuh perhitungan.
" Tuk..."
"Tuk..."
" Tuk...."
Setiap langkah yang dikeluarkan Xaviar dapat membuat seluruh orang bergetar ketakutan.
Xaviar kembali melihat layar handphonenya yang menampilkan Celsi yang tertidur nyenyak.
....
Pagi pun tiba burung - burung berkicau dengan sinar matahari yang indah membuat siapapun akan terbangun dari tidurnya untuk melakukan aktivitas seperti biasa.
Namun bukan di ruangan serba hitam ini, tidak bisa merasakan ataupun melihat sinar matahari.
Celsi masih tertidur nyenyak dengan selimut yang masih menutup keseluruhan tubuhnya .
Hingga tidurnya terganggu akan cahaya yang sangat terang.
Celsi membuka matanya lalu terduduk dari tidurnya, menatap sekelilingnya yang kini dipenuhi oleh cahaya lampu di setiap sudut ruangan, sungguh sakit sekali mata Celsi melihat cahaya yang terlalu terang.
Celsi mendengar suara langkah yang semakin dekat, namun Celsi tidak sanggup untuk membuka matanya.
" Open " perintah Xaviar.
Celsi menggelengkan kepalanya.
Xaviar menekan dagu Celsi dengan kuat.
" Open " perintah Xaviar lagi semakin menekan kuat dagu Celsi.
"Ah...."
Rintih Celsi lalu membuka matanya menatap Xaviar yang kini juga menatapnya.
Beda dari hari yang kemarin kini Celsi menatap Xaviar dengan berani.
" Gue tau Lo cuma mau balas dendam sama keluarga gue lalu membuat gue juga merasakan apa yang Lo rasakan selama inikan. Poor thing " ucap Celsi dengan berani.
Xaviar tambah menekan kuat dagu Celsi , menatap tajam dengan aura mengimindasi.
" So what ?"
Xaviar menaikkan alisnya lalu melepaskan cengkeramannya.
" Harusnya Lo cari tau lebih dalam kenapa ayah gue membunuh keluarga Lo " ucap Celsi yang mempengaruhi Xaviar.
Di dalam cerita dikatakan bahwa keluarga Kiehl memiliki niat membunuh keluarga Xaviar, namun membiarkan anak - anak hidup, tapi sampai sekarang niatnya masih sebuah misteri.
" So " ucap Xaviar menatap tajam Celsi.
" Nah itunya masih misteri, tapi ya menurut gue pasti ada sesuatunya, nggak mungkin lah melakukan pembunuhan tampa ada apa - apanya" ujar Celsi sambil menepuk dada bidang Xaviar.
Celsi menumpang kedua dagunya dengan kedua tangannya, menduga - duga dan mengingat - ingat lebih dalam apa yang tertulis di novel black Love itu.
Xaviar menatap datar Celsi yang sangat santai.
Xaviar tidak peduli apapun intinya balas dendam.
...
.
.
..
..
Next....
Comment...

KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK LOVE
FantastikCelsi harus berurusan dengan iblis berhati batu, sedingin es, sehitam warna dan segelap malam. Satu kata kritikan dapat merubah hidup Celsi. "Lo benar - benar mempermainkan hati gue, apa ini balas dendam Lo ke gue?, LO BERHASIL" - Celsi. "Kita berte...