Bab 11

3K 281 2
                                    

Xaviar melompat menuju balkon, lalu menyenderkan bahunya malas lalu memasukkan sebatang rokok dan mengambil korek dan membakarnya.

Xaviar menatap Celsi yang kini tertidur pulas di kasur dengan wajah sebabnya.

Di malam gelap yang seharusnya semua manusia sudah tidur tapi bukan untuk seorang Xaviar.

Hampir setiap hari bau darah menyengat itu melekat di tubuh Xaviar.

Black melambangkan seorang Xaviar yang hidupnya penuh akan kegelapan dan juga hitam. Bahkan hati nurani sepertinya sudah tidak ada dalam diri Xaviar.

Xaviar kembali menghisap rokoknya dengan pandangan matanya tidak pernah lepas dari wajah Celsi.

Setelah rokok itu habis menjadi abu, Xaviar membuka pintu balkon dan berjalan kearah Celsi dengan pakaian yang dipenuhi darah.

Xaviar mengusap wajah Celsi dan menyelipkan rambut - rambut yang menutupi wajah Celsi.

Setelah puas memandang wajah Celsi, Xaviar mengambil  botol wine yang tersimpan dan tersusun rapi di lemari kaca yang berada di sisi kanan dekat ranjang.

Xaviar membuka botol wine itu dan meminumnya.

Sungguh pemandangan luar biasa di tambah wajah Xaviar yang rupawan dengan rahang yang sempurna dan pakaian Xaviar yang selalu bewarna hitam menambah aura ketampanannya. Sungguh bahkan lelaki pun bisa pangling jika melihat Xaviar.

Xaviar bersandar disisi ranjang lalu memejamkan matanya, kepalanya bersender di dinding dengan tangan kanannya bersender di sisi ranjang dan tangan kirinya memengang wine.

" Ah..."

Xaviar berteriak prustasi, setiap saat menutup matanya banyangan - banyangan masa lalu terus menghantui Xaviar.

Xaviar kembali meminum wine nya, karena wine yang bisa menenangkannya walaupun sementara.

10 menit "

" 1 jam "

" 4 jam "

Tidak terasa sinar matahari mulai muncul walaupun masih malu - malu. Dan di saat itulah Xaviar baru berhenti minum tampa mabuk sedikitpun hanya kepala Xaviar yang sedikit terasa sakit.

Xaviar meletakkan botol wine itu di meja melangkahkan pecahan - pecahan botol wine yang kosong, tidak bisa terhitung berapa wine yang telah diminum Xaviar. Sebab Xaviar akan melemparkannya ke sembarangan arah setelah wine itu habis.

Xaviar melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan menghilangkan aroma wine di tubuhnya.

Setelah selesai mandi Xaviar memakai bajunya dan Xaviar membuka tirai agar sinar matahari masuk kedalam kamarnya.

Celsi menggejap matanya berulang kali, menyesuaikan sinar yang masuk kedalam netralnya, setelah terasa sempurna barulah Celsi membuka matanya dengan sempurna.

Hal yang pertama dilihatnya adalah jendela dan pemandangan pagi yang sangat indah.

Celsi langsung duduk dan memandangi sinar matahari yang sangat Celsi rindukan.

Sungguh beda saat Celsi berada di dunianya, bahkan dulu Celsi sangat malas untuk beranjak dari kamarnya, bahkan saat disuruh mamanya menghirup udara pagi, Celsi menolaknya lebih memilih berada dikamar ya yang jauh dari sinar matahari.

Tapi kini beda, Celsi sangat dan teramat merindukan sinar matahari itu. Melihat sinar matahari saja sekarang Celsi sudah sangat bahagia, padahal hanya sinar matahari yang bagi orang itu hal biasa.

Xaviar yang sejak tadi duduk di kursi hanya menonton semua pergerakan Celsi sejak membuka matanya sampai sekarang.

Xaviar menyeringai saat Celsi tidak menyadari ada seseorang di ruangan ini, bahkan dengan terang - terangan Celsi menunjukkan bagian atas tubuhnya.

BLACK LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang