Di sudut dekat jendela salah satu Restoran yang cukup terkenal, Alenza duduk dengan tatapan kosong menatap lalu lalang kendaraan.
" Maaf menunggu lama." Ucap seseorang mengambil duduk tepat di depan Alenza.
Alenza menyorotkan tatapannya pada pria di depannya, Alenza tahu bahwa pria di depannya ini bahkan berusia 2 kali lipat dari usia nya, meskipun dari parasnya sama sekali tidak menunjukan tanda menuanya, pria di depannya ini sangat Gagah dan juga Tampan dengan jas yang dipakainya saat ini.
Sesaat Alenza terpesona sebelum akhirnya tersadar saat Pria di depannya memanggil salah satu pelayan.
" Saya Coffe Americano, Spaghetti Bolognese." Tanya Pria itu.
" Baik, apakah ada pesanan lainnya?" Tanya pelayan.
Pria di depannya menatap kearah Alenza yang terdiam, merasa mendapat tatapan, Alenza mengerti sorotan mata
" Saya Pancake." Jawab Alenza.
Alenza hanya memesan pancake karena minumannya belum juga habis sejak dari dirinya datang ke restoran.
" Baik saya ulang pesanannya, Coffe Americano, Spaghetti Bolognese, dan Pancake, Tuan dan Nyonya bisa menunggu 15 menit lagi pesanan akan segera datang, saya permisi." Ujar Sang pelayan pergi.
Setelah kepergian Sang pelayan, Alenza mengaduk minumannya, rasanya tenggorokan Alenza sangat kering saat dihadapkan duduk bersama Pria di depannya yang sedari tadi menatap ke arahnya dengan tatapan tanpa ekspresi. Jika boleh jujur Alenza sangat tidak nyaman dengan tatapan pria di depannya yang seolah mengintimidasi.
" Om..." Ucap Alenza terpotong.
" Kita bicarakan nanti setelah Makan." Ujar Pria di depannya.
Arsya Gensara Zeduard. Pria yang saat ini duduk di hadapan Alenza, Pria dengan kharismanya yang tinggi, gagah dan juga tampan. Siapa yang tidak terpikat oleh garis keturunan Zeduard yang menggaungi Dunia bisnis dengan kepakan sayap perusahaan yang menyebar di berbagai negara belahan Dunia. Meskipun seorang Duda beranak satu tetapi ketampanannya tidak main-main diusianya yang menginjak 39 tahun.
Arsya merupakan Ayah dari sahabatnya Alenza. Siapa lagi jika bukan Divia Areta Zeduard. Yang sudah merencanakan sebuah pertemuan antara Alenza dan juga Arsya untuk menjodohkan mereka berdua. Meskipun baik Alenza maupun Arsya sudah menolak keras permintaan Divia, tetapi tetap saja keinginan Divia harus terpenuhi dengan berbagai cara salah satunya memanfaatkan situasi yang ada.
" Bagaimana keadaan Divia." Tanya Arsya setelah mereka menghabiskan makanan mereka.
" Demamnya sudah mulai turun pagi tadi Om." Jawab Alenza.
Arsya menghembuskan nafas beratnya, seminggu sudah Divia tidak ingin pulang kerumah semenjak terakhir kali Arsya membentaknya. Dan semalam Arsya diberitahukan bahwa putri semata wayangnya itu jatuh sakit.
" Om tidak ingin menemuinya?" Tanya Alenza.
Alenza tahu apa permasalahan Arsya dan juga sahabatnya Divia meskipun begitu Alenza tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi Alenza juga tidak membenarkan perang dingin antara keduanya.
" Menikahlah dengan saya." Ucap Arsya setelah beberapa saat terdiam dan mengabaikan pertanyaan Alenza.
Alenza terkejut sebelum akhirnya menunduk karena tidak tahu dengan jawaban apa yang akan dirinya berikan saat Ayah dari sahabatnya ini melamarnya dengan tiba- tiba.
" Pernikahan bukan permainan Om." Ucap Alenza mengalihkan pandangannya kearah jalan Raya.
" Dan saya bukan lagi seorang remaja yang tidak bisa membedakan ikatan Pernikahan yang sakral dengan permainan yang kamu maksud." Jawab Arsya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Is My Mama
ChickLit"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis dengan nama Alenza Putri Hartono meneguk ludahnya susah payah saat mendengar permintaan konyol sahabatnya yang sudah beberapa kali meminta A...