💙26

107K 7.1K 266
                                    

Dikeramaiaan yang didominasi oleh para remaja, Alenza dan Divia berjalan berdampingan. Meskipun dengan wajah masih tertekuk karena kekecewaannya, tetapi Divia masih dapat menikmati pertandingan basket yang baru mereka lihat.

Niat awal mereka yang ingin menonton kini hangus saat ternyata film yang akan mereka tonton ternyata tayang besok, bukan sekarang, Divia yang sudah berangkat dengan antusias kini seolah ingin memakan seseorang karena dirinya yang salah info. Pada saat mereka akan pulang, di depan lobi Mall mereka bertemu Gara. Dan dengan seenak jidatnya Gara menarik lengan Alenza untuk menonton pertandingannya bermain basket.

" Sudah Div, gak usah murung lagi." Ucap Alenza.

" Hm."

Dari arah berlawanan, terlihat Gara dan juga teman-temannya berjalan ke arah mereka. Dengan lambaian tangan Gara memanggil Alenza, beberapa remaja perempuan sontak memekik tertahan. Dengan kaos Basket yang di pakainya, serta keringat yang membasahi seluruh tubuhnya membuat Gara terlihat sangat tampan. Ditambah dengan gaya berjalannya yang sangat Cool dan rambut acak-acakannya. Jika Gara bukan adik nya, sudah pasti Alenza akan dicap predator brondong karena mengagumi Adiknya.

" Selamat ya kalian menang." Ucap Alenza dengan tulus saat mereka sudah berdiri di dekatnya.

" Iya Kakak cantik." Sahut Bisma salah satu teman Gara dengan mata genitnya.

" Gak usah ganggu Kakak gue." Timpal Gara dengan datar.

" Ebusett..... Kalem Man." Jawab Bisma menjauh dari jangkauan Gara yang sangat possesive kepada kakaknya.

Sudah menjadi hal biasa ketika teman- teman nya bertemu dengan Alenza.

" Gar, itu bukannya cewek yang waktu itu lo bawa?" Bisik Rio menunjuk ke arah Divia.

" Hm." Balas singkat Gara.

" WOHOHOHO!!!! keponakannya Gara kan!!" Seru Bisma dengan lantang sembari menunjuk dengan terang-terangan ke arah Divia.

Seruan keras bisma membuat semua pasang mata menoleh kepada mereka karena ulah Bisma yang menarik perhatian mereka.

" Apa lo bocil!!" Ketus Divia dengan tak bersahabat.

" Cantik-cantik gak boleh galak." Goda Bisma.

" Diem lo bis! Yang lo goda anak tirinya Kak Alenza." Timpal Fendi mengingatkan pada Bisma.

" Aduh, maap ya kak." Ucap Bisma menggaruk tengkuknya yang tak gatal saat sadar bahwa gadis yang ia goda adalah anak tiri kakak sahabatnya yang saat ini masih berdiri dengan tenang.

Alenza hanya menanggapinya dengan senyum simpulnya. Alenza sudah tahu bagaimana sifat teman-teman adiknya. Sudah beberapa kali mereka bertemu, dan menurut Alenza mereka adalah teman-teman baik dan juga Absurd dengan tingkah mereka yang beragam menurut Alenza.

" Beuhhh Maak!!!!..... Kalau Emak tiri gue kayak kakaknya Gara gue rela jadi anak tirinya." Pekik Bisma saat melihat senyuman manis milik Alenza.

" Heh!!! Lo doain bapak lo nikah lagi?" Seru Rio menepuk pundak Bisma dengan tidak berperikekawanan.

Bisma meringis saat merasakan pundaknya yang terasa panas akibt tepukan maut Rio, tidak lupa dengan gerutuan yang menyumpah serapahi Rio tentunya.

"Bangke!!! Tangan lo banyak cabe nya Yo!!! Eh tapi...... Kalo Kak Alenza nya mau sih gue gak papa punya nyokap dua hahaha." Ujar Bisma dengan tawa kerasnya.

" Maruk lo!!" Sahut Ardi.

" Heh bocil!!! Enak aja, gue aduin ke Papa gue. Rata rumah lo!" Sahut Divia dengan nada ngegasnya.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang