💙54

46.1K 3.2K 126
                                    

" YA TUHAN,,, BUNDA CANTIK BANGETT!!!" Seru Divia dengan brutal.

" Idaman Papa Arsya mah." Sahut Zerda.

" Udah tau." Jawab Alenza dengan nada cueknya.

" Yah yah bundaaa." Rengek Divia akhirnya yang merasa telah gagal membujuk Alenza.

Suara riuh anak kambing terdengar saling bersahutan, membuat Divia semakin bergidik ngeri.

" Bun, ganti ngidamnya yaaa." Rengek Divia tanpa kenal menyerah.

Alenza sama sekali tidak bergeming menanggapi rengekan Divia yang seolah antara hidup dan mati. Alenza justru masih sibuk memakan rujak buatan Gara yang sangat enak menurutnya, meskipun sedari tadi Arsya sudah memperingatkannya untuk memakan sedikit rujak tersebut karena takut Istrinya yang tiba-tiba sakit perut nantinya.

" Masa Cantik-cantik bau Kambing! Ayolah Bun!!" Bujuk Divia.

Arsya yang melihat drama antara Ibu dan anak itu hanya menggeleng kepalanya pelan. Dirinya sama sekali tidak menyangka jika putrinya akan kabur disini demi menghindar dari Alenza. Arsya sama sekali tidak marah dengan aksi kabur Divia, melainkan justru tertawa saat mengetahui fakta bahwa Divia sangat minim dalam aksi kabur-kaburan. Bahkan dapat Arsya tangkap betapa tertekannya Zerda yang entah kapan mulainya menjadi tertular dengan ke absurd an Divia.

" Tau gitu gue nginep di hotel." Gerutu Zerda yang memaki tindakan bodohnya untuk mengikuti Divia.

Mungkin jika Zerda mengikuti jejak Zordan saudara kembarnya, hidupnya akan masih aman tentram dan sentosa. Zerda sungguh menyesal telah mengikuti jejak sesat Divia, yang membawanya harus berkutat dengan puluhan anak kambing yang harus dirinya beri makan atas permintaan ngidam dari Alenza.

Zerda yang malang!!

Flashback On

" Lo mau kabur kemana?" Tanya Zerda pada kembarannya yang akan memasang helm dan bersiap untuk pergi meninggalkan Mansion Zeduard sementara waktu.

" Apart Temen." Jawab Zordan.

" Ki..." Timpal Divia yang terpotong oleh perkataan Zordan.

" Gak. Apart temen gue khusus Cowok. Kemungkinan temen-temen gue bakal nginep di sana." Tolak Zorda saat mengetahui isi kepala dari sepupunya.

Dengan tergesa Zordan memasang helm full facenya dan melajukan motornya meninggalkan pekarangan Mansion.

" Dasar Sepupu Pelit!!" Gerutu Divia.

" Div. Serius lo gak punya temen lagi yang bisa nampung kita." Ujar Zerda dengan nada seriusnya.

" Anjir! Temen gue yang paling klop cuma Bunda doang." Jawab Divia  yang rasanya ingin menangis.

Divia merutuki dirinya sendiri yang tidak mempunyai teman dekat selain Alenza. Jika tau Divia akan membutuhkan seorang teman di saat kesulitannya sekarang, tentu saja Divia ingin sekali mencari teman sebanyak banyaknya.

" Gak guna lo idup di negara ini puluhan tahun usia lo! Lo ngapain aja sih. Yakali punya temen cuma satu." Ketus Zerda dengan tatapan seolah sedang memutilasi.

" Heh! Enak aja!! Temen gue banyak ya! Tapi yang Paling klop cuma Bunda doang." Sewot Divia yang merasa tidak terima.

" Lo sebutin nama yang katanya temen banyak lo itu coba?!"

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang