💙23

129K 7.8K 370
                                    

Tepat satu minggu sudah Arsya dan Alenza pergi honeymoon. Dan besok adalah hari terakhir keduanya berada di pulau Hawai. Perlakuan Arsya yang perlahan-lahan mulai berubah sudah menjadi hal biasa bagi Alenza, meskipun terkadang Alenza masih sering tersipu malu karena hal manis yang di berikan Arsya. Alenza berharap agar keharmonisan dalam rumah tangganya terjaga tanpa mempermasalahkan usia ataupun batas kedewasaan, karena mereka sama-sama belajar mendalami karakter satu sama lainnya terutama Alenza yang harus dapat beradaptasi dengan hal-hal baru dalam sebuah ikatan pernikahan.

" Mas gak silau?" Tanya Alenza mengusap pelan kening Arsya yang berada di pangkuannya.

Keduanya saat ini sedang berada di tepian pantai dengan Alenza yang memangku kepala Arsya yang berbaring diatas pasir pantai. Setelah membeli beberapa oleh-oleh, Arsya mengajak Alenza untuk berjemur di sore hari. Awalnya Alenza menolaknya, karena dirinya yang ingin beristirahat setelah lelahnya berkeliling untuk membeli oleh-oleh , tetapi berkat iming-iming Arsya yang mengatakan matahari sore akan jauh lebih  indah ketika dilihat secara langsung, apalagi saat melihat sunset Hawai untuk terakhir Honeymoon mereka di Pulau Hawai, sehingga Alenza tergoda untuk ikut bersama Arsya menikmati matahari sore ini dengan di temani deruan Ombak.

" Silau." Gumam Arsya pelan sembari merubah posisinya dengan menenggelamkan wajahnya di perut rata Alenza.

Meskipun Alenza memakai kaos besar milik Arsya yang ia pinjam, tetapi Alenza tetap merasakan geli saat nafas Arsya yang keluar dari hidungnya menerpa perut Alenza yang tertutup kaos.

" Geli Mas." Ucap Alenza.

" Setelah pulang Mas akan sibuk." Gumam Arsya pelan yang masih dapat Alenza dengar meskipun pelan.

" Gak papa, kan mas sibuk kerja, bukan sibuk cari Mama baru lagi buat Divia." Celetuk Alenza yang mendapati serbuan ciuman dari Arsya di bagian perut Alenza.

Alenza tertawa geli karena tindakan Arsya. Hingga Arsya berhenti dengan sendirinya saat tangan halus Alenza mengusap pelan rambut hitam milik Arsya.

"Mana ada yang mau di madu sama Mas." Ujar Arsya dengan suara datarnya.

" Ada lahhh, kan mas mapan, ganteng, hot lagi! Siapa yang gak tergoda iman saat melihat Mas, Ehhh..." Puji Alenza dengan menggebu-gebu tanpa sadar.

Arsya menyembunyikan senyum tipisnya saat mendengar Alenza yang memujinya.

" Tapi diawal kamu tidak." Ucap Arsya singkat.

" Alenza kebal kali Mas. " Sahut Alenza disertai tawa pelannya yang membuat Arsya terpaku menikmati tawa indah milik istrinya.

Bukan hanya Alenza saja yang terheran dengan perubahan sikapnya, dirinya pun juga heran dengan apa yang dilakukannya bersama Alenza yang sudah berstatus sebagai istrinya. Semenjak mendalami Seorang Alenza,  Arsya sedikit demi sedikit menjadi pribadi terbuka. Arsya tidak ingin istrinya merasa tidak nyaman saat berada di dekatnya. Arsya sadar dengan usianya yang terpaut jauh, tetapi setidaknya dirinya beruntung dapat merasakan kembali saat-saat usia mudanya bersama Alenza.

" Banyak ya? yang deketin kamu sebelum Mas." Ujar Arsya menggigit gemas perut Alenza.

" Banyak. Kan Alenza wangi." Sahut Alenza dengan percaya diri disertai senyum merekahnya.

" Meskipun tidak mandi seharian hm...." Ujar Arsya yang menyindir Alenza karena seharian ini yang belum juga mandi dan tentunya dengan alasan beragam yang keluar.

" Itu namanya hemat air Mas." Cicit Alenza.

" Mas tidak akan jatuh miskin hanya membeli seember air untuk kamu mandi. Kecuali kamu mau mandi dengan air mata Naga" Ujar Arsya.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang