💙30

100K 6.8K 186
                                    

Tepat di depan pintu rumah kedua orang tua Alenza, Divia berdiri menatap Arsya dan juga Alenza yang baru saja pulang dari Toko Hewan Peliharaan untuk membeli kado Divia yang 2 hari lagi akan ber Ulang Tahun.

" Kalian habis dari mana?" Tanya Divia mengintrogasi layaknya seorang Ibu-ibu yang memergoki anaknya sedang pacaran.

Arsya yang sudah memarkirkan motornya, menatap heran Divia yang berdiri di depan pintu dengan berkacak pinggang.

" Kamu ke kampus Div hari ini?" Tanya balik Alenza saat melihat pakaian rapi yang dipakai oleh Divia.

Sontak pertanyaan Alenza membuat Divia membelalakkan kedua matanya tersadar. 

" OH IYAAA. ASTAGFIRULLAH DIVIA LUPA!!!! Pa anterin Divia pa Ayo!!!" Seru Divia dengan panik seraya menarik Arsya untuk segera mengantarnya dengan motor beat yang Arsya pakai tadi.

Niatnya yang ingin mengintrogasi terurung saat Divia mengingat Remedial Tes mata kuliah yang akan berlangsung 15 menit lagi. Divia tidak ingin membuat makalah berlembar-lembar karena keterlambatannya tidak mengikuti Tes Ulang. Sudah beruntung Dosen memberikan kesempatan Remedial untuk mahasiswa yang nilainya masih belum mencukupi, sebelum akhirnya membuat makalah untuk menaikkan nilai jika pada saat Remedial nilainya masih juga dibawah kesepakatan kontrak perkuliahan.

" Div, Papa masih pakai sarung." Cegah Arsya.

" Papa masih ganteng suer, Divia ada Remedial, udah keburu telat ini sekarang." Ujar Divia memaksa Arsya untuk kembali menaiki motor yang sudah terparkir.

" Bun, Divia berangkat ya." Pamit Divia bercipika cipiki dengan Alenza sebelum berangkat ke kampus, diantar oleh Arsya yang menampilkan wajah datarnya.

Di tempatnya berdiri Alenza tertawa pelan, saat melihat wajah pasrah Arsya yang ditarik langsung oleh Divia untuk mengantarkannya ke kampus, tentu saja dengan memakai baju koko, peci dan juga Sarung yang masih melekat di tubuhnya.

Damage nya itu lohh....

" Ah iyaa, Astagfirullah aku kasih kado Divia apa." Gumam Alenza pelan sembari berfikir.

Alenza benar-benar melupakan Ulang tahun sahabat sekaligus anak sambungnya sendiri. Jika bukan Arsya yang mengatakannya tadi, tentu saja rasa penyesalan akan Alenza rasakan nanti saat hari Ulang Tahun Divia tiba.

" Kak Alen dari mana?" Tanya Gara yang tiba-tiba muncul dan mengejutkan Alenza.

" Kakak kira siapa." Ucap Alenza terkejut.

Gara memicingkan sedikit matanya, dengan bola basket di tangan kirinya, dan kaos serta celana pendek selutut yang membuat Alenza terheran.

" Kamu gak sekolah dek? Ini jam 8 kan ya?" Tanya Alenza yang tidak memakai jam tangan.

" Hm. Di skors." Jawab Gara singkat sembari berlari pergi dari Sang Kakak sebelum Alenza tersadar dan membuat telinganya memerah karena ceramah panjang yang akan di berikan oleh Kakaknya.

" Hei!!!! Mau kemana!!!" Seru Alenza saat Gara sudah kabur terlebih dahulu.

Alenza menghembuskan nafasnya berat, sepertinya sang Adik belum juga mendapat hidayah. Meskipun Gara penyumbang piala terbanyak disekolahnya, tetapi bukan berarti dirinya harus menyepelekan hal belajar, apalagi sampai Di skors.

💙💙💙💙💙

Hari dimana ulang tahun Divia telah tiba, tepat di hari weekend. Pagi-pagi buta sebelum Divia bangun, Arsya dan Alenza yang sudah berpakaian rapi sekarang berada di kamar Zia kakak Alenza, yang sekarang di tempati oleh Divia selama menginap di rumah Kedua Orang tua Alenza. Bahkan sudah tiga hari ini mereka masih menginap, tentu saja membuat Dania sangat senang karena rumahnya kembali ramai.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang