Di depan sebuah cermin meja rias saat ini Alenza memoleskan Lipbalm di bibirnya agar terlihat lebih segar dan lembab, tidak lupa dengan memoleskan sedikit bedak di wajahnya. Pagi ini Alenza akan pergi ke kampus bersama dengan Divia setelah cuti panjang yang Arsya ajukan sendiri kepada pihak kampus tanpa sepengetahuan Alenza yang hanya menerima kabar jika dirinya di izinkan untuk cuti beberapa hari.
" Kuliah pagi?" Tanya Arsya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tubuh polos bagian atasnya serta celana panjang bahan yang sudah di pakainya.
Arsya berjalan ke arah ranjang tempat tidur untuk duduk disana sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil di tangannya.
" Jam 9 mas tepatnya." Jawab Alenza mengambil alih handuk di tangan suaminya untuk membantu mengeringkan rambut yang masih basah.
Kegiatan seperti ini sudah menjadi rutinitas bagi Alenza saat Arsya selesai mandi dengan rambut basah, karena Arsya yang memintanya sebagai salah satu kewajiban Alenza untuk melayani Arsya.
" Kenapa berangkat jam setengah 7?" Tanya Arsya dengan mendongak kan sedikit kepalanya.
Posisi Alenza yang di depannya, sementara dirinya yang duduk membuat kepala Arsya sejajar dengan perut datar milik Alenza.
" Sekalian berangkat bareng sama Divia Mas." Jawab Alenza.
" 2 jam terlalu lama untuk menunggu." Ucap Arsya.
" Memang. Tapi nanti rencananya Alenza mau ke Perpustakaan kampus dulu Mas." Jelas Alenza.
" Mau ikut Mas ke kantor?" Tawar Arsya.
" Kantor Mas?"
" Hm."
" Lain kali aja Mas, takutnya gak keburu. Kemeja nya gak mau dipakai Mas? Ini udah hampir jam 7, Divia udah nunggu dibawah loh." Ujar Alenza memberitahu.
" Bantu mas memakainya." Ucap Arsya singkat.
Alenza menurut tanpa bantahan apapun karena waktu yang mepet dan khawatir jika suaminya akan terlambat berangkat bekerja. Namun sebaliknya dengan Arsya yang terlihat santai.
Perusahaan itu adalah miliknya, tidak masalah jika Arsya berangkat telat sekalipun, karena tidak ada yang bisa memecatnya. Yang terpenting perusahaannya mengalami kemajuan dengan Omzet tinggi dan memuaskan, sehingga dapat menggaji setiap karyawannya terlebih memberikan mereka bonus gaji yang besar. Keterlambatannya tidak menjadi masalah besar asal dirinya bertanggung jawab pada semua karyawan.
" Mass...." Pekik Alenza terkejut saat Arsya menariknya dalam pangkuan menyamping.
" Lanjutkan." Ucap Arsya singkat tanpa memperdulikan pekikan dari istri kecilnya.
Alenza yang tadinya sedang mengancingkan kemeja Arsya, dengan gugup melanjutkan kegiatannya kembali. Jarak keduanya yang sangat dekat membuat jantung Alenza berpacu cepat berbeda dengan Arsya yang lebih menikmati wajah istri kecilnya dari dekat. Saat Alenza akan mengancingkan kancing bagian bawah, tangan Alenza tertahan di udara sembari menggigit bibir dalamnya.
" Yang bawah mas kancing sendiri ya." Ujar Alenza dengan nada lirih.
Saat Alenza akan bangkit dari pangkuan Arsya, Namun Arsya terlebih dahulu mencegahnya dengan melingkarkan tangannya di pinggang ramping milik Alenza dengan erat.
" Tanggung. Kancing kan sekalian." Cegah Arsya yang mampu membuat wajah Alenza merah merona.
Dengan menggigit bibir dalamnya, tangan Alenza bergerak mengancingkan kancing bagian bawahnya. Dari posisinya saat ini membuat Arsya dapat dengan intens menatap pahatan wajah milik istrinya, bahkan dengan wajah lugunya yang saat ini fokus mengancingkan kemejanya membuat Arsya tersenyum sangat sangat sangat sangat tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Is My Mama
ChickLit"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis dengan nama Alenza Putri Hartono meneguk ludahnya susah payah saat mendengar permintaan konyol sahabatnya yang sudah beberapa kali meminta A...