Raut cemberut menghiasi wajah Arsya pagi ini yang terus saja mendusel di ceruk leher milik Alenza.
" Mas, minggir ih... " Usir Alenza yang mulai jengah dengan tingkah laku suaminya.
Alenza sungguh merutuki sikap dingin Arsya yang menghilang entah kemana. Sepanjang Malam hingga Pagi Arsya seolah tidak ingin Alenza tinggal sendirian.
" Sayanggg...." Panggil Arsya seolah merengek.
Beruntung Alenza tidak memegang handphone saat ini, karena jika iya maka sudah pasti Alenza akan semangat memvideokan Suaminya.
" Kalau kamu gak mau minggir, aku gak mau ngomong sama kamu seharian ini." Ancam Alenza.
Dengan spontan Arsya melepaskan pelukannya, akan berabe jika Alenza mendiaminya seharian ini. Arsya bahkan sudah meliburkan dirinya dari pekerjaan karena usia kandungan Alenza yang sudah memasuki usia sembilan bulan. Tidak lama lagi, mansion akan kembali mendengar suara tangisan bayi mereka.
" Kamu mau kemana sayang?" Tanya Arsya saat Alenza berusaha untuk bangkit dari posisinya.
" Jalan-jalan pagi. Mumpung Sinar Mataharinya bisa memproses Vitamin D bukan Vitamin G." Jelas Alenza.
" Vitamin G?" Tanya Arsya dengan dahi berkerut.
" Gosong." Jawab Alenza dengan enteng.
Arsya tercengang mendengar jawaban singkat dan jelas dari Alenza yang saat ini telah masuk kedalam kamar mandi.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi Alenza di dalam kamar mandi yang hanya sekedar mencuci muka dan menggosok gigi. Tidak lupa Alenza juga mengganti pakaian tidurnya dengan Daster yang sudah memenuhi Satu Lemarinya. Bukan Alenza yang memenuhi satu lemari dengan beraneka motif daster, melainkan Arsya yang sudah menyiapkannya. Demi kenyamanan istri dan Calon buah hati mereka semua itu Arsya lakukan.
" Kenapa harus cantik?" Tanya Arsya sembari memeluk tubuh Alenza dari belakang.
Alenza tersenyum saat menatap Arsya melalui pantulan cermin rias miliknya.
" Karena aku perempuan."
" Rasanya Mas ingin mengurungmu di kamar saja." Gumam Arsya pelan namun masih dapat Alenza dengar.
Dengan pelan Alenza membalikkan badannya hingga berhadapan langsung dengan Arsya yang tinggi.
" Mas, aku izin ke meja makan dulu ya, nanti Mas nyusul buat sarapan. Mas mau mandi kan?" Tanya Alenza sembari mengusap pinggiran pipi Arsya yang sedikit di tumbuhi rambut tipis.
Sebenarnya Alenza ingin sekali mengusap rambut Arsya, tetapi sayang tingginya tidak sesampai itu untuk mengusap rambut hitam legam milik suaminya. Salahkan Arsya yang terlalu tinggi dengan tubuh tegapnya, Alenza yakin banyak wanita di luaran sana sangat tergila-gila dengan suami tampannya ini.
" Satu kecupan sebelum kamu keluar kamar." Ujar Arsya tersenyum penuh kemenangan.
" Hanya kecupan janji?!" Sahut Alenza dengan ragu.
Alenza sangat mengetahui perkataan suaminya itu yang justru mengandung makna jebakan untuk Alenza sendiri. Dirinya hanya waspada, maka dari itu Alenza menyematkan kata janji yang dapat menyelamatkan dirinya dari terkaman singa jantan di depannya.
" Mas ralat, sedikit ciuman panas di pagi hari." Sahut Arsya dengan cepat.
Secepat bibir Arsya yang langsung menyambar bibir Alenza tanpa menunggu jawaban dari Alenza sendiri.
💙💙💙💙💙
" Dua puluh satu, dua puluh dua, dua puluh tig.... Eh iya! Katering! Eh woi tadi sampe manaa!!!" Seru Divia dengan wajah frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Is My Mama
ChickLit"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis dengan nama Alenza Putri Hartono meneguk ludahnya susah payah saat mendengar permintaan konyol sahabatnya yang sudah beberapa kali meminta A...