💙5

128K 8.5K 34
                                    

Dihari minggu ini Alenza memiliki janji dengan Divia yang akan mentraktirnya makan di Cafe Star sesuai janjinya saat Divia akan pulang ke rumahnya.

" Jadi perginya?" Tanya Dania.

" Jadi Ma."

" Mau pergi kemana len?" Tanya Hartono Papanya.

" Mau ke Cafe Star dengan Divia pa, Papa izinin kan?" Tanya Alenza.

"Iya, mau papa antar?" Tawar Hartono kepada putrinya.

" Tidak usah pa, Divia akan menjemput." Jawab Alenza.

Alenza duduk diteras rumahnya sembari menunggu Divia datang untuk menjemputnya setelah mendapat izin dari Sang Papa.

Sesekali Alenza mengecek ponsel nya, untuk mengetahui jam yang tertera di sana. Seharusnya 20 menit lalu Divia sudah sampai jika dalam perhitungan Alenza. Chat darinya pun sama sekali tidak dibalas oleh Divia.

Suara klakson mobil terdengar, dan keluarlah Divia dari pintu belakang penumpang dengan senyum sumringahnya. Tanpa membuang waktu Alenza bergegas menghampiri Divia.

" Sorry len, telat dikit." Ringis Divia.

Alenza mengangguk mengerti.

" Ya udah Ayo kita berangkat." Ajak Divia.

Divia tidak masuk kedalam kursi belakang penumpang yang masih tertutup otomatis saat turun dari mobil, melainkan membuka pintu depan mobil yang menimbulkan kerutan heran pada Alenza.

" Len, buruan masuk buka pintunya, lo di belakang ya." Ucap Divia menurunkan kaca mobilnya  menyadarkan Alenza dari kebingungannya.

Saat Alenza membuka pintu mobil, alangkah terkejutnya Alenza saat mendapati Arsya yang juga berada di dalam mobil. Dengan ragu Alenza masuk ke dalam mobil.

" Assalamu'alaikum om." Salam Alenza.

" Wa'alaikumussalam." Jawab Arsya mengalihkan tatapannya dari laptop yang berada di pangkuannya.

Arsya terlihat tampan berkali lipat saat menggunakan kaos yang dipadukan dengan celana pendeknya, jangan lupakan kacamata yang bertengger diatas hidungnya. Meskipun pakaiannya menunjukkan tidak formal tetapi kharismanya masih melekat pada Arsya.

Tanpa sadar Alenza mengagumi sosok Papa dari sahabatnya ini.

" Len, Papa gue ikut anter kita gak masalah kan." Ucap Divia.

" Iya." Jawab Alenza singkat. Hanya kata itu yang terlintas dibenak Alenza.

Mobil mulai melaju menyusuri jalanan yang sepi oleh aktivitas, hanya segelintir orang yang keluar di hari minggu ini.

" Papa di Restoran seberang, jika kalian sudah selesai telfon Papa." Ujar Arsya pada putrinya.

" Siap pa!" Seru Divia yang langsung menarik lengan Alenza untuk memasuki Cafe.

" Assalamu'alaikum om." Pamit Alenza dengan kepala sedikit menunduk dan lengannya yang sudah tertarik oleh Divia.

" Wa'alaikumussalam." Gumam Arsya pelan dengan senyum tipisnya.

Alenza dan Divia segera mencari tempat yang nyaman untuk mereka tempati. Dengan wajah antusias Alenza memesan beberapa makanan yang sangat menggiurkan untuknya.

" Ngidam lo len?" Celetuk Divia saat melihat antusias sahabatnya.

" Heh! Enggak, kan mumpung kamu yang traktir." Ucap Alenza memakan makanan yang sudah datang.

"  Biasanya kalau gue traktir lo gak mau, nah ini? Kan jadi curiga gue nya len." Ujar Divia menggeleng kepalanya herena dengan tingkah sahabatnya.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang