💙6

121K 7.8K 106
                                    

Berada di situasi seperti ini bukanlah harapan gadis seperti Alenza. Pasalnya saat ini Alenza berada semobil dengan Arsya, Ayah dari sahabatnya. meskipun ada supir yang mengemudikan mobil, tetapi Rasa canggung sangat terasa di dalam mobil.

Bagaimana awal situasi ini terjadi? Semua berawal dari Divia yang ternyata ada kerja kelompok bersama dengan temannya. Jadilah akhirnya Arsya mengantarkan Divia terlebih dahulu sebelum akhirnya mengantarkan pulang Alenza.

"Fakultas apa?" Tanya singkat Arsya tiba-tiba.

Sejujurnya Arsya juga merasakan kecanggungan yang membuatnya tidak nyaman, untuk itu dirinya memulai obrolan berharap kecanggungan itu menurun.

Pertanyaan singkat Arsya sedikit membuat Alenza berfikir dan bingung secara bersamaan, karena dengan tiba-tiba Arsya mengucapkan 2 kata yang tidak tahu tertuju pada siapa pertanyaan itu. Tetapi melihat di dalam mobil itu hanya ada dirinya dengan sang supir, Alenza menyimpulkan jika Arsya sedang bertanya  padanya.

" Saya Keguruan Om." Jawab Alenza dengan sopan.

Berharap dirinya tidak salah menyimpulkan jika Arsya sedang bertanya padanya.

" Guru?" Beo Arsya.

" Iya Om, Guru Geografi." Jawab Alenza.

Meskipun Alenza sudah berteman 3 tahun lebih dengan Divia putrinya , tetapi Arsya tidak tahu jurusan apa yang Alenza ambil. Arsya hanya pernah menyelidiki Alenza pada saat gadis itu pertama kali berteman dengan putrinya. Dan selebihnya Arsya tidak ingin tahu apapun, bahkan Arsya dapat menebak mengapa Putrinya tidak ingin Kuliah di luar Negeri dan memilih kuliah di sini, apa lagi jika bukan karena sahabatnya.

" Kenapa memilih menjadi seorang Guru?" Tanya Arsya.

" Om tahu? Awalnya saya sama sekali tidak berminat menjadi seorang guru, saya masih kurang percaya dengan emosi labil saya om, tapi saya tergerak saat menemukan kata-kata ini om. Om mau tahu?" Jelas Alenza dengan panjang.

" Apa?" Tanya Arsya menatap Alenza dengan minat.

" Guru bukanlah cita-cita semua orang, tetapi Guru adalah jembatan dari semua cita-cita. Hati saya benar-benar tersentuh saat mendengar kata-kata itu Om." Ucap Alenza tersenyum bangga.

Arsya tertegun saat melihat senyum Alenza yang begitu tulus dan penuh makna.

" Kamu benar." Ucap Arsya mengangguk setuju.

" Om hari minggu kerja?" Tanya Alenza saat melihat Arsya yang fokus pada layar tablet  di tangannya.

Sedikit demi sedikit kecanggungan mereka kikis dengan obrolan-obrolan antara keduanya.

" Saya hanya menyelesaikan pekerjaan untuk mengambil cuti 2 hari." Jelas Arsya.

" Kan Om CEO nya." Ucap Alenza dengan polos.

Arsya terkekeh saat mendengar perkataan polos yang meluncur dari mulut Alenza.

" Meskipun saya CEO, Saya tidak boleh seenaknya saja dengan jabatan yang saya miliki,  CEO juga bekerja untuk membayar gaji karyawan kalau kamu tahu." Ujar Arsya.

" Tapi Om udah kaya, Om mau memperkaya diri seperti apa lagi Om." Ucap Alenza.

Alenza hanya tidak habis pikir, kekayaan Keluarga Sahabatnya sangatlah tersohor, semua orang tahu bagaimana keluarga Zeduard sangat terpandang karena kekayaannya yang melimpah. Bahkan Alenza sangat yakin kekayaan yang selama ini media sorot tidak ada apa-apanya.

" Kamu kira saya menanggung 1 karyawan saja? Ada jutaan orang yang saya tanggung. Secara tidak langsung mereka semua tanggung jawab saya. Apalagi Dunia Bisnis tidak selalu nya kita berada di atas, ada kalanya kita mengalami kemerosotan yang diluar perkiraan kita. Belum lagi pesaing-pesaing Bisnis yang terkadang bermain kotor." Jelas Arsya.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang