Malam dengan gemerlap lampu serta beberapa hiasan bunga terpasang di sepanjang pintu masuk sebuah hotel. Menyambut para tamu yang akan menghadiri Pesta Ulang tahun putri tunggal Salah satu dari Jajaran Pengusaha Besar yang tak lain adalah Viona.
Meskipun bukan acara Formal, tetapi seluruh tamu undangan sebagian besar adalah rekan-rekan bisnis atau jajaran pengusaha- pengusaha kaya yang hadir.
" Jangan takut." Ucap Arsya mengusap tangan Alenza yang melingkar di lengannya.
" Banyak yang natap kita Mas." Cicit Alenza pelan.
Semua pandangan seolah menyorot pada Arsya dan Alenza, bahkan sedari mereka turun dari mobil semua orang menatap ke arah mereka dengan tatapan bermacam-macam, dari mulai kekaguman mereka bahkan hingga keirian mereka saat melihat keserasian antara Arsya dan Alenza.
" Wajar. Kamu bersama Pria tampan." Ujar Arsya yang membuat Alenza menatap suaminya yang sedang dalam tingkat kepercayaan tinggi meskipun diucapkan dengan raut biasanya.
Alenza sudah dibuat kesal sekian kali oleh Suaminya, bahkan sejak mereka berada di butik untuk memilih pakaian yang akan di kenakan malam ini oleh Alenza dan juga Arsya. Sudah berkali-kali Alenza harus berganti pakaian karena komentar Arsya yang tidak berperikesuamian.
' Tidak buruk' komentar Arsya saat Alenza mencoba pakaian ke sekian kalinya dan jatuh pada Dres hitam yang sangat menawan dan elegan dengan harga fantastis tentunya.
Serta jangan lupakan Arsya yang terlihat sangat tampan dan gagah, memakai tuxedo dengan kemeja yang dibuka kancing atasnya serta jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan.
" Mundur mas." Ucap Alenza membuat Arsya berhenti dengan tiba-tiba begitupun Alenza yang sedang menggandeng lengan Arsya.
" Hah?" Ucap Arsya dengan alisnya terangkat satu.
" Percaya diri mas kelewatan." Lanjut Alenza dengan senyum kemenangannya.
Berbeda dengan Arsya yang menatap Alenza yang sedang tertawa pelan dengan pandangan datar. Dengan sekali gerakan Tangan Arsya sontak melingkar dan menarik pinggang Alenza hingga keduanya menjadi semakin dekat bahkan tidak ada jarak diantara mereka.
" Mengerjai Mas heh?" Ucap Arsya dengan senyum smirk nya.
Alenza dapat merasakan hembusan nafas suaminya dengan kedeketan mereka sekarang ini, bahkan melalui lirikan matanya, Alenza dapat melihat bahwa semakin banyak orang yang menatap ke arah mereka saat ini
" Alenza..... Bergurau eh bercanda." Ujar Alenza dengan gelagapan berusaha melepaskan tangan Arsya yang melingkar di pinggangnya erat.
Alenza menyesal telah membangunkan raja singa sekarang, tetapi Alenza juga senang dapat mengerjai suaminya yang sudah membuatnya kesal.
" Cantik." Puji Arsya tepat di telinga Alenza hingga membuat bulu kuduk Alenza meremang disertai semburat merah di kedua pipinya.
Bohong jika Arsya tidak terpukau dengan penampilan Alenza malam ini, sekarang Alenza adalah candu baginya. Bersama Alenza sudah menjadi sebuah keterbiasaan untuk Arsya yang sudah menduda selama bertahun-tahun. Tentang perasaan, hingga saat ini Arsya belum terpikirkan sama sekali, karena yang terpenting Alenza sudah menjadi miliknya dan tidak akan Arsya lepaskan hingga kapan pun, meskipun Alenza yang memintanya sekalipun.
Arsya mengendurkan tangannya yang melingkar di pinggang ramping milik Alenza, tetapi tidak melepaskannya sembari melanjutkan jalan mereka dengan Alenza yang mati-matian menyan kegugupannya.
" Kamu baru sampai Arsya?" Tanya seorang wanita paruh baya menghampiri keduanya.
Wanita paruh baya itu berjalan layaknya wanita dengan kasta tinggi, bahkan dari penampilannya terlihat menunjukkan kemewahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Is My Mama
ChickLit"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis dengan nama Alenza Putri Hartono meneguk ludahnya susah payah saat mendengar permintaan konyol sahabatnya yang sudah beberapa kali meminta A...