" Lo kesurupan Jin Iprit dimana sih Hah?!!" Teriak Divia pada Genta yang tidak tahan untuk menanyakannya.
" Beraninya Lo!!" Seru Genta yang saat ini menodongkan pistolnya pada Divia.
" Divia!" Pekik Alenza terkejut dengan tindakan Genta saat ini.
" OMEGAT OMEGATT!!! Itu pistol beneran Gentol! Turunin wehh!! Gue belom Nikah Babi!!" Seru Divia disertai kepanikannya.
Zerda yang melihat Divia saat ini sedang panik, lantas menepuk dahinya sendiri. Sekarang Zerda sangat merutuki Divia yang tidak tepat dalam situasi dan kondisi saat ini.
" Sekarang gue rasanya pengen ngomong tembak aja Divia tepat di jantungnya sekalian." Gumam Zerda pelan.
" Jangan buat gue Geram Divia!" Gertak Genta yang terlihat tidak main-main dengan tindakannya.
" Shit, jika kau tidak datang dalam 5 detik lagi. Akan ku pastikan kau mengurus para singa ku Daren." Batin Arsya dengan penuh sumpah serapahnya.
" Mas... Divia." Ucap Alenza dengan nada tercekat yang akan berdiri untuk menghampiri Divia.
Sebelum Alenza berdiri, Arsya terlebih dahulu menahan lengan Alenza agar tetap di posisinya saat ini. Akan sangat berbahaya untuk Alenza bahkan juga Divia jika salh dalam bertindak.
" Mas." Protes Alenza dengan nada sepelan mungkin.
" Tetap disini. " Ucap Arsya yang terlihat tidak terbantahkan.
" Divia dalam bahaya Mas." Sanggah Alenza dengan kekeras kepalaannya.
" Apa kamu mau meninggalkan Mas yang kesakitan?" Ucap Arsya disertai ringisan kecil agar Alenza mempercayainya dan mengalihkan perhatian Alenza saat ini.
Peluru yang menancap di bahunya tidak ada apa-apanya bagi Arsya. Dirinya hanya takut jika Alenza yang akan menjadi sasaran Genta selanjutnya. Arsya sangat mengerti dengan kekhawatiran Alenza saat ini bahkan Arsya juga merasakannya, bagaimana mungkin seorang Ayah akan diam saja saat putrinya di todong oleh senjata Api tepat di kedua matanya, untuk itu Arsya mencegah Alenza bertindak yang dapat menimbulkan resiko besar dengan tindakan gegabah. Dan cara yang dilakukan Arsya untuk mencegah Alenza adalah memberikan posisi tersulit untuk Alenza saat ini.
Berbeda dengan Alenza yang dilanda kebimbangan saat ini karena Divia yang akan menjadi objek sasaran Genta selanjutnya, tetapi Alenza juga tidak bisa meninggalkan suaminya yang saat ini terlihat menahan kesakitan meskipun itu hanyalah manipulasi Arsya yang tidak Alenza ketahui. Rasanya Alenza ingin sekali membelah dirinya untuk menyelamatkan Divia saat ini tanpa harus meninggalkan suaminya.
" Hahaha!! Aku tidak sabar ingin menghabisi kalian semua disi..." Ucap Genta terpotong saat lehernya yang tiba-tiba tertusuk sebuah jarum panahan yang membuatnya tumbang bersama para Anak buahnya.
Keluarlah Daren dan beberapa orang suruhan Arsya dalam persembunyian mereka. Dengan mudahnya Daren beserta anak buahnya, melumpuhkan Genta dan komplotannya saat ini yang sudah tidak sadarkan diri di lantai.
Arsya berdiri dari duduknya dengan mudah, namun tangan kirinya tidak lepas menggenggam lengan kanannya yang terdapat luka tembak. Alenza dibuat melongo dengan Suaminya yang terlihat baik-baik saja seperti tidak merasakan rasa sakit apapun seperti beberapa menit yang lalu.
" Secepat itu sembuh?" Batin Alenza yang terdiam cengo di tempatnya.
" Tuan." Sapa Daren seraya menunduk hormat bersama orang-orang suruhan Arsya lainnya.
" Kau terlambat Daren." Desis Arsya sembari memberikan tatapan mengintimidasi.
" Saya terima konsekuensinya Tuan." Jawab Daren dengan patuh sembari menunduk tanpa membantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Is My Mama
ChickLit"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis dengan nama Alenza Putri Hartono meneguk ludahnya susah payah saat mendengar permintaan konyol sahabatnya yang sudah beberapa kali meminta A...