💙2

164K 10.3K 596
                                    

Pada pagi yang cerah hari ini, Alenza bangun seperti biasanya. Setelah selesai sholat Alenza membantu sang ibu di dapur, berbeda dengan Divia yang kembali tidur.

" Divia bangun." Ucap Alenza sembari membuka gorden kamarnya sehingga silauan sinar matahari menerpa langsung pada wajah gadis yang saat ini justru menyembunyikan wajahnya di balik selimut.

" Masih ngantuk len." Gumam Divia dengan nada serak khas baru bangun.

" Makanya habis sholat subuh jangan tidur, Ayo bangun Div, kamu ada kelas gak hari ini?" Tanya Alenza.

" Gak ada Len, gue mau tidur seharian, jangan diganggu." Ujar Divia.

" Kamu yakin mau melewatkan hari spesial ini?" Tanya Alenza.

" Hari spesial apa? Ini bukan tanggal 17 Agustus, bukan tanggal 9 Oktober juga hari ulang tahun lo, bukan juga tanggal 6 juni ulang tahun gue." Sahut Divia dari balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

" Inget lagi coba, ini hari spesial apa, yang kemarin kamu bilang." Pancing Alenza duduk dipinggiran ranjang tempat tidur.

Lama Alenza menunggu jawaban dari Divia membuat Alenza menghembuskan nafasnya pelan. Sepertinya putri tidur membutuhkan air segayung.

" MAMA!!!" Pekik Divia melompat menerjang tubuh Alenza yang terkejut akibat pekikan Divia.

" Div, kamu mau buat aku jantungan?" Ucap Alenza dengan kesal.

Dengan senyum pepsodent miliknya, Divia mendusel pada tubuh Alenza.

" Jorok ih, kamu belum mandi Div, sana mandi." Ucap Alenza memerintah Divia yang seakan enggan melepaskan pelukannya.

" Tunggu Divia ya Mah." Seru Divia berlari kearah kamar mandi.

" Mama?" Gumam Alenza pelan.

Meskipun sudah tahu seharian ini Divia akan memanggilnya Mama, tetapi tetap saja dalam prakteknya Alenza dibuat terkejut oleh Divia.

" Div! Mama tunggu di bawah." Ujar Alenza.

Biarkan Alenza menganggap dirinya sebagai ibu Divia hari ini, demi kebahagian Divia, Alenza akan bersikap layaknya Ibu Divia sahabatnya.

Setelah mendengar jawaban dari Divia, Alenza beranjak dari kamar.

" Pagi Kak Alen." Sapa Gara saat berpapasan dengan Alenza dengan memakai kaos basketnya dan tas yang berada di punggung.

" Gak sekolah Dek?" Tanya Alenza berjalan berdampingan dengan adiknya yang tingginya bahkan melebihi dirinya sendiri.

Mungkin karena Gara yang rajin olahraga, apa lagi Gara yang notabennya pemain basket.

" DiIzinin, Minggu depan mau ada Pertandingan kak. Jadi ini mau latihan." Jawab Gara.

" Wah seru kayaknya Dek."

" Tapi kali ini kakak gak bisa nyumbang teriakan, soalnya jauh pertandingannya." Sahut Gara menggoda Alenza.

Alenza menggeleng kepalanya saat Sang adik mengetahui isi pikirannya, meskipun Alenza tidak menyukai Basket tetapi saat Adiknya mengikuti pertandingan jika ada waktu luang maka Alenza akan semangat menonton pertandingan sang adik. Seperti ada kebanggaan sendiri yang Alenza rasakan saat adiknya mengokuti pertandingan.

" Pagi Ma." Sapa kedua adik kakak itu kepada Sang ibu.

" Pagi sayang." Jawab Dania

" Papa udah berangkat ma?" Tanya Gara.

" Udah pagi tadi, katanya ada konsumen yang mau komplain." Jawab Dania.

" Komplain? Ada masalah di bengkel Ma?" Kali ini Alenza yang bertanya kepada sang ibu.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang