" WOW! Keren!!! Gimana caranya nih Om?" Pekik Zerda dengan wajah girangnya.
" Papa Gue gitu loh." Sahut Divia dengan menyombongkan dirinya.
" Papa lo yang keren, bukan lo. Jadi gak usah sombong." Celetuk Zerda dengan wajah datarnya.
" Kan gue bibit dari papa gue, ya jelas dong gue harus sombong, apa lagi di depan orang kayak lo." Sengit Divia.
Dari arah lain, Alenza dan juga Alena datang membawakan minuman serta beberapa camilan di kedua tangan mereka serta dibantu oleh beberapa pelayan.
" Kalian sedang apa, heboh banget kedengarannya." Tanya Alena duduk di samping Aregan yang sudah tersenyum menyambut istrinya agar semakin mendekat kepadanya.
" Om Arsya keren Mom! Look!!! Om Arsya bisa mainin Rubik Zerda yang sulit Mom. Bahkan tanpa melihat." Puji Zerda dengan takjub sembari menunjukkan rubik nya yang sudah kembali teratur, tidak seperti tadi yang acak-acakan karena ulah Divia.
" Gue mah bisa!" Ucap Divia dengan nada sombongnya.
" Bisa acakkin tapi gak bisa ngembaliin nya." Sahut Zerda dengan wajah sinisnya, bagaimana tidak? Divia yang tiba-tiba datang langsung saja menyambar Rubik kesayangannya. Tidak hanya itu saja, bahkan Divia juga mengacak-acak Rubik nya sehingga menjadi tidak teratur.
" Daddy juga bisa sweet heart." Timpal Aregan yang sedari tadi diam mendengar pujian heboh yang terlontar dari putrinya.
Telinganya seolah berdengung saat putrinya sendiri terus saja memuji Arsya adiknya dengan berlebihan menurutnya, karena sudah mengembalikan tatanan Rubik kesayangannya secara teratur kembali.
" Serious Daddy??! Are you kidding? Terakhir kali Daddy bukannya mengembalikan tatanan rubik seperti semula, tapi justru membongkar Rubik ku jika Daddy lupa." Ujar Zerda dengan wajah masamnya.
Jangan lupakan wajah datar Aregan yang saat ini sedang di permalukan oleh putrinya sendiri. Apa lagi saat melihat wajah Arsya yang justru menunjukkan senyum smirknya yang terlihat seolah meremehkannya.
" Saat itu Daddy hanya sedang tidak ingin memainkannya Zerda." Bantah Aregan dengan wajah penuh wibawanya.
" Sudahlah Uncle Regan, lebih baik Uncle jujur aja kalau gak bisa mainnya. Kita Se Kubu sekarang Uncle." Ujar Divia dengan santainya sembari memakan camilan ditangannya.
Dengan wajah datar, Regan membuka ponsel miliknya untuk mengalihkan perhatiannya yang tidak terima dengan pengakuan dari Divia.
" Ebusettt!! Pada ngumpul disini ternyata!!" Seru seorang pemuda yang baru saja tiba.
Semua pandangan kini tertuju pada dua pemuda dengan koper yang mereka seret masing-masing. Dua pemuda itu ialah Zordan selaku kembaran dari Zerda dan juga Gentara putra dari Selina dan juga Ardan, yang baru saja pulang dari Luar Negri karena kuliah mereka yang berada di berbeda negara.
" Twinskerrrbelekk!!" Seru Zerda menghampiri dua pemuda tersebut lantas mengambil paksa tas ransel milik kembarannya.
" Brutal amat lo Zer." Celetuk Genta saat melihat keantusiasan Zerda saat membuka tas Ransel milik Zordan.
Dengan cuek Zerda masih terus membongkar isi tas ransel milik Kembarannya, bahkan beberapa barang dengan sengaja Zerda keluarkan dari dalam tas.
" Lo gak bawa Rubik yang gue suruh bawain ya!" Tuding Zerda dengan mata menyorot tajam.
" Lupa." Jawab Zordan singkat.
" Kan udah Zerda ingetin!!" Seru Zerda sembari menghentakkan kakinya dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Is My Mama
ChickLit"Len, jadi mama gue ya." Ucap Divia dengan wajah memerah dan air mata yang sedari tadi meluruh. Sontak gadis dengan nama Alenza Putri Hartono meneguk ludahnya susah payah saat mendengar permintaan konyol sahabatnya yang sudah beberapa kali meminta A...