💙55

43.4K 3K 97
                                    

Kehidupan yang saat ini Arsya dan Alenza jalani berjalan dengan semestinya. Arsya bersyukur karena tidak mendapati bahaya yang menerjang rumah tangganya, dan semoga saja itu akan terus terjadi.

Jika kalian bertanya Arsya dan Aregan kemanakan Ardan? Mereka berdua sepakat untuk mendisiplinkan Ardan di sebuah desa terpencil dengan penjagaan yang sangat ketat. Menghukum Ardan jauh dari perkembangan teknologi dengan hidup yang seadanya.

Baik Arsya maupun Aregan sepakat untuk menghukum saudara kandung mereka dengan hukuman yang sudah mereka tetapkan. Mereka tidak membunuh Ardan lantaran hati dan ikatan darah mereka yang tidak tega melakukannya. Lagi pula meskipun Ardan hidup dalam pengasingan, tidak membuat Arsya dan Aregan melepaskan Ardan begitu saja, mereka tetap harus waspada dengan sekecil apapun kegiatan yang Ardan lakukan di sana.

" Ih gemes banget kakak sama kamu. Mau gak jadi anak kakak?" Tanya Alenza sembari menciumi pipi gembil seorang anak perempuan berusia 5 tahun.

Terlihat anak itu berusaha untuk melepaskan diri dari rengkuhan Alenza yang sedang berjongkok, dan menatap ibunya dengan tatapan meminta pertolongan.

" Sayang, lepaskan Nana...  Anaknya udah mau nangis itu karena kamu uyel-uyel" ujar Arsya pada akhirnya untuk menghentikan tingkah istrinya.

" Aku gemas Mas sama Nana hehe..." Ucap Alenza sembari melepaskan Nana dari rengkuhannya dengan berat hati.

Alenza bangkit dengan dibantu Arsya dengan susah payah. Sedangkan Nana sudah berlari menjauh dari jangkauan Alenza dan bermain bersama teman-temannya.

" Kan kamu mau punya anak sendiri len." Timpal Renata selaku dokter kandungan Alenza sembari mengusap perut buncit Alenza.

Arsya dan Alenza sudah menghadiri acara pesta ulang tahun anak dari Renata.

" Hm. Tapi Nana gemesin Kak, dulu waktu hamil Nana, Kak Renata ngidam apa?" Tanya Alenza dengan kekepoannya.

" Ngidam saya Len." Timpal Mahendra menghampiri mereka sembari memeluk mesra pinggang Renata istrinya.

" Ishh siapa bilang?" Sahut Renata sembari mencubit gemas pinggang suaminya karena merasa malu.

" Benarkah? Tapi.... Pantas saja kalau Kak Renata ngidam Kak Mahen. Orang jarang ketemu, apalagi Kak Mahen yang tidak bisa setiap waktu di hubungi." Sindir Alenza.

Mengingat pekerjaan Mahendra yaitu seorang Pilot. Renata sering kali mengeluhkan padanya tentang suaminya yang sangat sulit untuk di hubungi. Keduanya sama-sama sibuk, namun karena sebuah keberuntungan yang Renata dapatkan untuk hanya menangani satu pasien khusus yaitu Alenza, jadilah Renata memiliki banyak waktu luang, tetapi tidak dengan Suaminya Mahendra yang tetap sibuk dengan pekerjaannya.

" Sepertinya Citra ku sudah buruk di matamu Nona Alenza. Aku harus bagaimana lagi? Istriku setiap saat selalu menginginkan tas keluaran terbaru yang tidak semua negara menjualnya. " Ujar Mahendra dengan nada menggodanya sembari mencolek lengan Renata.

" Hei!!! Itu sogokan kamu ya mas!!! Bukan aku yang menginginkannya!!" Ketus Renata sembari bersedekap dada.

" Tapi kamu menyukainya sayang." Ucap Mahendra yang tidak mau kalah.

" Jelas!!! Siapa coba yang gak mau punya tas branded keluaran terbaru? Wanita munafik yang menolak tas dengan harga ratusan juta lebih. Kan bisa dijual buat kebutuhan mendesak."

" Kebutuhan mendesak seperti apa Kak Ren?" Pancing Alenza dengan nada menggoda.

" Selingkuh." Celetuk Renata yang membuat kedua bola mata Mahendra melotot tajam.

" Sayangggggg~~~~" rengek Mahendra bernada seolah menyuarakan protesannya.

" Wah, kayaknya ada huru hara rumah tangga. Kak Renata, Alenza mau pergi dulu ya nikmati makanan disana. Ayo Mas kita kesana..." Ajak Alenza menggandeng lengan Arsya untuk pergi meninggalkan kedua pasangan yang sedang berdebat mesra.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang