part of my life

3 0 0
                                    

You are my life, part of life,
—and i meant it.

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

I mean, you are me

The “me” who i always want to depend on
The “me” who i always want to believe in The “me” who i always want to fully love

and i wish i am you

.

.

.

Usai membasahi tenggorokannya dengan minuman penyegar yang dibelinya, yunseong menutup botolnya dan menaruhnya di belakangnya. Dia amati wanita di sebelahnya yang masih berusaha membuka botol minumannya.

“Sengaja apa emang gabisa buka?” tanya yunseong sambil mengambil botol itu dari tangan buki.

“Beneran susaaah!!” rengek buki sambil menatap botolnya yang sudah dibukakan.

“Iya, agak keras sih”

“Tadinya mau nawarin kamu ini, tapi...”

“Rasa coklat?”

Buki mengangguk pelan, belum merampungkan wajah cemberutnya setelah merengek tadi. Buki tak bisa membagikan minuman coklat yang baru saja dia dapat dari temannya karena alergi yang dimiliki yunseong.

Yunseong hanya tersenyum simpul,

“haha tenang aja. Kan ada ini. Kamu kalau mau, ambil aja”

. . .

Dua pasang kaki yang sedang bergelantungan di ujung papan tempat duduk pinggir danau itu bergerak maju mundur. Di saat bersamaan, mata pemilik kedua pasang kaki itu menatap jauh ke depan, menikmati gelombang abstrak dari angin yang meniup halus air danau.

Yunseong meneguk sekali air penyegarnya, kemudian tangannya mencari tangan buki,

“jadi gimana hasil berbincangnya minggu lalu?”

Buki tak banyak berespon pada tangannya yang sudah dalam genggaman yunseong, dan tetap menatap jauh ke depan,

“hmm..”

Buki mengambil napas dalam dan membuangnya cuma-cuma.

“Banyak yang diomongin, banyak juga pelajarannya.. tapi menarik. and i guess it's a great start..”

Yunseong mengangguk setuju, hingga getarannnya terasa di tangan Buki,

“good then. Apa yang paling berkesan?”

“Banyak sih.. tapi mungkin ini” buki membetulkan posisinya agar genggaman tangan itu lebih nyaman, dan mulai mencondongkan badannya pada yunseong.

“Lagi ngomongin tentang setiap manusia pantas dapat hal yang baik.

Terus, beliau nanya apa yang membuat kamu pantas mendapat hal-hal baik?

Terus aku jawab karena udah jadi manusia..?

Beliaunya ketawa kecil, tapi juga sambil menyetujui gitu.

Terus aku gabisa jawab lagi. Bener2 blank, dan gatau hal apa yang bikin aku pantas dapat hal baik.

And then she helped me
Kamu sayang orang tuamu?
Kamu sayang saudaramu?
Kamu sayang temanmu?
Kamu suka membantu orang?
Kamu suka belajar?

satu satu aku jawab dengan anggukan pelan gitu kan..
and then..

see, you deserve to get good things. Jadi bagian mana yang bilang kamu ga pantas dapat hal baik?

and then aku tersadar.
It's all from my mind.
Setiap orang termasuk kamu selalu bilang banyak hal tentang bagaimana aku selalu deserve good things, dan aku tetep gabisa terima.

tapi entah kenapa pada hari itu aku mencoba terbuka sama diri sendiri.
It's me. It's me that blocks all of them.

Dari awal juga, she always said you are what you think

Bukan hal baru bagi yunseong mendengar buki yang bercerita terputus-putus seperti ini. Menjadi terbuka adalah suatu usaha keras untuk buki. Dia selalu mencoba meski tak pernah sempurna, dan tak setiap orang paham dengan kondisinya yang seperti ini. Yunseong mengukir senyum selebar mungkin, sambil mengangguk pelan.

“Yeah, you deserve all good things”

“I feel bad that im always failing your will to tell me about that..”

“No no, no need to. I'm so proud that you slowly accept it. You're doing well”

yunseong memindahkan tangannya, lalu menepuk pundak buki sambil mendekatkan dirinya.

Seiring selesainya cerita itu, kepala kecil buki mulai menumpu di pundak kesayangannya. Baginya, mengeluarkan apa yang tersimpan bagai menggali harta karun di tengah hutan. Melelahkan.

“Ada lagi? Atau udah capek?”

“Ga capek kok. Pokoknya gitu sih. Dan yang terpenting, she never pointed at my fault. Baginya semua wajar. Aku sampai sekarang gatau apa yang bikin aku begini. Beliau ga banyak ngasih tau di mana salahnya, bener-bener fokus bikin aku ga termakan masa lalu.
Aku gabisa banget natap beliau yang selalu eye contact, nandain bahwa aku bisa kok yakin sama diri sendiri eum.. tapi keyakinanku belum sampi di situ..”

Yunseong merasakan gerak dada buki yang mulai tak beraturan. Setelah dipastikan buki tidak menangis,

“good for you. Ga harus yakin sekarang kok. Pelan-pelan. You can keep going”

. . .

“Kamu emang sengaja ga buka socmed ya?”

“Huhu iya.. pas aku healing dan ga banyak buka socmed, i sometimes feel better. Aduh tapi kalau tau gini at least kan aku liat sehari sekali...ㅠㅠ”

“Hey hey tenang, this is not a big deal. Nanti aku bilang sama yeoni. Mau titip apa? Kan tiap hari aku ketemu”

“Yauda abis ini beliin kado buat kak yeoni yuk..”

“Ga capek?”

“Gak dong demi kak yeoni apapun kulakukan”

“Ooh.. kalau sama yeoni kek gitu ya.. kalau ke aku?”

Buki berdiri dari tempatnya, menatap yunseong yang masih terduduk, sambil menjulurkan lidahnya. Sepersekon setelahnya, terjadilah adegan seperti tom and jerry.

DIARY; You Are Me, I Am YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang