teddy bear

0 0 0
                                    


●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

“ih padahal aku kuat loh bawa sendiri”

yunseong hanya menanggapi rajukkan buki sambil tertawa ringan. lengan yunseong kini penuh dengan sebuah kardus berukuran cukup besar—jika dibandingkan dengan tubuh buki.

cukup ringan baginya, karena hanya berisi satu boneka besar. tapi yunseong tidak mungkin membiarkan buki membawanya sendiri; mengingat tadi dia saksikan sendiri buki membawa kardus itu layaknya berjuang di medan perang.

kardus itu sampai di kamar buki. seperti biasa, buki tidak pernah menutup kamar kosnya jika hanya buki dan yunseong sedang ada di dalamnya—sebuah peraturan tak tertulis untuk mereka yang begitu patuh pada kedua orang tuanya.

“wow, segede ini?” yunseong terkesima dengan ukuran boneka kesayangan buki yang secara ukuran seperti buki namun lebih pendek, dan tentunya lebih ringan karena berisi dakron.

“iyaaah!! gemes kan, peutti?! gemeees!” buki langsung memeluk boneka beruang kesayangannya yang sudah lama tak dia temui.

sekedar info—boneka besar itu biasa berada di rumah bersama orang tua buki. kini, rumah itu sudah tidak ada isinya (kakak dan adik buki juga sudah berada di berbeda kota). akhirnya boneka itu di kirim kakaknya ke kos. alasan buki biasa menaruhnya di rumah? karena baginya, boneka itu adalah “rumah”nya. dia merasa agak aneh jika ada “rumah” di kosnya. namun, sekarang boneka itu akan bertempat tinggal di kamar kos buki.

“haha lucu banget sih,” entah pada bonekanya, atau pada perlaku menggemaskan buki saat memeluk bonekanya—bagi yunseong, keduanya menggemaskan.

buki menempatkan boneka besar itu di pojok kasurnya. yunseong membantu membereskan bekas kardus tadi, dan mereka berdua duduk di sofa depan kamar buki.

“makasih peutti!” ucap buki girang sambil memeluk lengan yunseong.
kalau yunseong boleh memilih, dari sekian banyak momen menggemaskan bersama buki, dia akan menempatkan momen ini di urutan pertama.

yunseong mengusap ubun-ubun buki hingga rambutnya sedikit berantakan, lalu mencubit pipinya.

“gemes” gumam yunseong, dengan senyumnya yang tak bisa ditahan.

.

.

.

“peutti mau denger cerita tentang boneka buki, ga??” tanya buki yang masih dalam kondisi bahagiannya.

“mau,” yunseong membawa rambut buki yang diterbangkan angin sore itu ke belakang telinganya sambil tersenyum gemas. riakan air danau di depan mereka pun ikut melambat seakan ingin mendengar cerita buki.

“dia tuh kado dari mama yang paling buki sayangin!”

senyum gemas yunseong kini berubah mode menjadi senyum pahit—yang untungnya juga tidak buki sadari karena buki masih fokus melihat awan-awan yang sedang bergerak pelan.

“dibeliin waktu kelas 2, atau 3 sd yah? lupa. awalnya, mama mau kasih ke buki dalam keadaan surprise gitu. tapi sayangnyaaa hahaha” buki sedikit terkekeh dengan ceritanya sendiri,

“itu buki juga lagi ada di toko itu tau! tapi buki liatin dari mobil sama papa. terus buki keluar dong dari mobil sambil tanya ke mama; 'MAAA, ITU BONEKA BUAT SIAPA?', soalnya mama bilangnya lagi beliin kado untuk orang lain,”

buki menarik napasnya, melanjutkan ceritanya,

“ternyata itu buat buki! haha. mama langsung kecewa tapi juga seneng karena buki suka banget. buki sayang banget sama dia. sampai akhirnya, suatu saat, pertama kalinya, dia harus dicuci, tapi harus ke laundry karena mesin cuci di rumah ga cukup. dan buki waktu itu nangis berhari-hari sampai hampir sakit karena kangen sama dia,”

jari yunseong membeku di belakang telinga buki. senyumnya kini benar-benar padam hingga pandangannya hanya fokus pada mata buki.

“buki setakut itu kehilangan dia. merasa... kalau dia belahan hati buki banget. i feel like i have an attachment issue to my own teddy bear,” buki akhirnya menatap yunseong, tanda bahwa ceritanya mulai berakhir.

“buki takut kehilangan dia, boleh ga sih? normal ga sih kayak gitu?” suara buki kini sedikit bergetar.

yunseong belum ingin menanggapi apapun. dia taruh pelan kepala buki di pundaknya. yunseong tidak begitu yakin apakah yang dilakukannya membantu, sehingga kala itu, yunseong mengambil posisi agar bisa menatap mata buki secara lumat.

“perasaan buki gimana sekarang?” tanya yunseong pelan.

buki membelalakkan matanya. matanya berkedip berkali-kali seakan kelopaknya ikut berpikir.

“sekarang?”

beberapa detik berlalu, burung-burung beterbangan mulai sedikit mengeluarkan kicauan lembutnya seakan mengisi waktu kosong buki yang sedang menyiapkan jawaban.

“sekarang buki seneng dia nemenin buki di kos, dan buki takut kehilangan atau lama-lama berpisah sama dia,”

yunseong menghela napas lega bersamaan dengan senyum gemas ringannya.

“kalau peutti juga ikut jagain dia, boleh ga?”

buki perlahan tersenyum lebar. dengan mimik wajahnya yang semakin bahagia buki memeluk yunseong,

“boleh banget! buki seneng!”

baiklah. yunseong sadar, saat ini buki sedang ingin fokus untuk berbahagia dengan kehadiran bonekanya. sejujurnya, yunseong begitu nyeri mendengar cerita itu. namun untuk menanyakan hal di luar cerita bonekanya, baginya akan sangat menyinggung. tidak tahu juga apakah cerita mengharukan tadi akan mempengaruhi emosi buki, tapi setidaknya yunseong sudah membantu mendengar.

sehingga, yunseong mencoba memberi sugesti dirinya sendiri—

buki pasti bisa menghadapinya, dan nantinya mungkin dia akan menghubungiku jika butuh bantuan

●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●

gatau mau cerita sama siapa. akhirnya cerita sama peutti😅🤭

DIARY; You Are Me, I Am YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang